Sabtu, 25 April 2009

Baliku tercinta

Bali memiliki luas 5.632,86 km per segi, dengan sekitar 3,5 juta jiwa. Situasi dan kondisi Bali, dengan 1.433 Desa Adat / Desa Pekraman, 4.863 Banjar, 2.345 Subak, lebih dari 600 Sekeha Kesenian, seharusnya dapat menjadi potensi dahsyat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam mengembangkan eksistensi Bali itu sendiri.
Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, merupakan lokomotif pembangunan perekonomian masyarakat, dengan daya tarik Budaya dan Alam, dimana elemen Budaya Bali sebagian meliputi tradisi, pandangan hidup, arsitektur, agama, makanan tradisional, seni dan musik, barang - barang kerajinan. Hasil survey membuktikan 67 % wisatawan ke Bali mengemukakan bahwa Bali menarik karena budayanya.

Namun, apa yg terjadi di lapangan? sebagai dampaknya.....
1. Pertambahan jumlah penduduk yang bombastis telah mengakibatkan : kualias lingkungan menurun, terjadi pencemaran, pengambilan air bawah tanah semena-mena, tingkat kriminalitas bertambah (STI: kecenderungan konflik dalam komunitas juga bertambah, karena beda kepala, beda mau dan beda mampu)

2. Alih fungsi lahan bertambah : jalur hijau berubah menjadi jalan / ruko, subak berkurang (STI : Aneh ya? Area / lahan pertanian merosot drastis 1000 ha per tahun nya, tapi jumlah Subak justru bertambah).

3. Kemacetan lalu lintas semakin menjadi (STI: ah dulu indah sekali naik sepeda gayung sore hari, dengan anakku bergelayut manja di dalam kantung kangguru di dada, keliling Kuta, Sunset Road, Imam Bonjol, sekarang? Whuih....

4. Komersialisasi / komodifikasi unsur-unsur budaya (STI: iya tuh, segala macam bisa dikomodifikasi...diubah dikit / banyak demi kepentingan wisatawan...demi dapatkan uang).

5. Belum terwujudnya pemerataan (STI: asas adil dan merata? Desa - Kota, Utara - Selatan, Pusat - Daerah, perlu banyak pembenahan).

6. Berubahnya perilaku masyarakat: dari yang ramah, murah senyum, jadi cenderung cepat gerah, negatif thinking duluan, bertindak kurang logika.

7. Produk asesoris pada Daerah Tujuan Wisata lebih dominan daripada produk inti (STI: wisatawan mo lihat alam, atraksi kesenian, dipaksa, diuber untuk beli gelang, kalung, patung, kacamata, jam tangan.....salak gula pasir jadi terlupakan).

8. DTW buatan cenderung keluar dari pakem Pariwisata Budaya (STI: pernah analisis rombongan Gereja, ke Bali Buggy..... wow...jauh jauh datang ke pedalaman, ngebut, merajai jalanan pedesaan, sedikit sentuhan / interaksi dengan budaya.

9. Kualitas pelayanan yang rendah dengan banyak kasus di imigrasi, di bandar udara, di restaurant, di pasar (STI: kecenderungan kita untuk lebih minta dilayani dari pada melayani, memahami, mnerima setiap orang tanpa membedakan).

Hal ini seharusnya menjadi perhatian banyak pihak, kita semua,
Bahwa kita memiliki daya saing yang rendah dan mengalami over supply.
Hal ini terjadi karena kualitas destinasi yang menurun / mulai kurang menarik dimata wisatawan.
Dengan Tourist arrival 7.285.000 per tahun, Room demand 5.500.000 kamar per tahun,Room supply16.145.000 room available per tahun, Travel agent 570.

Ah....
Baliku tersayang..
Tapi..mau bilang apa lagi...
Bali is still Bali...
Bagaimanapun...akan tetap Bali
Demikian kata Covarrubias


Sekarang tinggal kita pikirkan bersama
Apakah implementasi Tri Hita Karana telah berjalan sepatutnya?
Bagaimana pola hubungan, penyusunan rencana, dan operasional,
implementasi serta pengawasan, inspection, antara Pusat dan Daerah, antara masyarakat dan pemerintah, antara stake holder yang terlibat dan bermain
di dalamnya dan para pengusaha. Clifford Geertz menambahkan dalam essainya tentang Mojokuto dan Tabanan: antara rakyat dan bangsawan, antara penguasa dan pengusaha.

Siapa elit kita? Siapa penguasa berikutnya? Seberapa kuat mereka? dan siapa yang mempengaruhinya, pembisik - pembisiknya. Bagaimana spiritnya? Kita membutuhkan orang-orang yang kuat dengan karakter yang dibutuhkan, pemimpin yang berani bertindak tegas, bukan mementingkan keluarga dan sahabat, bukan mementingkan hasrat dan peluang terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan - penyimpangan libido kapitalis dalam pengembangan ipoleksosbudhankam di Bali ini. Sehingga tidak timbul kesan, bahwa Diparda tanggapi dingin desakan Dewan untuk verifikasi perijinan di Badung, Dewan merasa dilecehkan dengan keluarnya Perbup Gianyar tentang kenaikan tarif PDAM padahal Pansus masih bekerja untuk itu, Ranperda RTRWP telah menghasilkan generasi penghancur Bali, dan.....masih banyak contoh kasus lainnya...

Benar...kita perlu banyak orang - orang Hindu, yang kuat, yang berani keluar dari persembunyiannya, yang keluar dari pertapaannya, berani tampil, yang bisa berinteraksi dan bekerja sama dengan berbagai pihak secara luas, menyusun planning dan mengkoordinir tugas serta wewenang, tanpa jabatan ganda yang bakal bikin gak bisa konsentrasi penuh. Sudah tiba saatnya, untuk tidak merengek lagi, berpangku tangan merenungi nasib, bermalas dan menunggu warisan atau bantuan pihak lain, menyombongkan kemampuan diri sendiri, dan keagungan masa silam.


Ah, Baliku....

Sabtu, 18 April 2009

Om Swastyastu........

Sambil terduduk menunggu.....asyik membuka lembaran disertasi
buah karya Prof. Titib.
Bisa digunakan untuk merujuk, mendalami, membahas, mengupas......

Tentang Persepsi Umat Hindu di Bali, terhadap Svarga, Naraka dan Moksa, dalam Svargarohanaparva. Bagi saya, sangat bermanfaat untuk membantu mengembangkan persepsi positif tentang berbagai aktivitas spiritual yang berbeda, unik, antara satu pihak dengan lainnya.

Begitu banyaknya variasi aktivitas umat Hindu, baik dalam berbagai bentuk aktivitas ritual, hadir dalam berbagai simbol, benda dan upakara, yang berupa Pancayadnya, tidak dapat dipisahkan dengan keyakinan / Sraddha, yang merupakan ajaran keimanan dalam agama Hindu.
Ajaran Sraddha, utamanya karmaphala, merupakan landasan perilaku umat Hindu, (Sti: yang gak hanya di Bali). Hal ini yang akan berkembang sesuai dengan persepsi dan penerapan umat itu sendiri dalam aktivitas kehidupannya sehari - hari, yang berkaitan dengan Svarga, Naraka, Moksa.
Apa sih tujuan penerapan tersebut? agar umat Hindu dapat meningkatkan Sraddha / Keimanan, dan Bhakti / Takwa pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam meningkatkan pengamalan ajaran agama itu sendiri (Sti: entah jadi agama kerja, atau agama ritual menurut persepsi sebagian teman), dan, setelah memahami bentuk, fungsi dan maknanya, umat Hindu, baik sebagai subjek maupun objek, akan dapat melestarikan agama dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu.

Disini...bisa digunakan rujukan atawa pendekatan teologis, filosofis, psikologis, etika, estetika, sosiologis (Sti: bahkan mungkin..... teknis, ekonomis, matematikais, logis, parapsikologis, dan......puluhan, bahkan ratusan pendekatan lain, ya? Indahnya variasi dunia).

Beberapa rujukan karya sastra Bali, tentang Svarga Naraka, Moksa, dalam Svargarohanaparva, seperti dalam Veda, Upanisad, dan Susastra Sanskerta, seperti Itihasa, yang terdiri dari Kitab Ramayana, Mahabarata. Dalam Purana : Agni Purana, Garuda Purana, Brahma Purana.
Data primer tentang Svarga Naraka Moksa dalam Susastra Jawa Kuno.
Prosa rujukan, Agastyaparva, Arjunavivaha, Siwaratrikalpa, Koravasrama, Vrhaspatitattva, Slokantas .

Persepsi umat Hindu di Bali sendiri, berdasar riset beliau, berdasar telaah 6 buah karya sastra Bali tentang Svarga Naraka Moksa, terpapar pada : Berbagai Teks, Bhima, Svarga, Putru Pasaji, Atmaprasansa, Aji Palayon, I Japatuan, dan Bagus Diarsa.

1. Dalam bentuk tutur (prosa, dalam bahasa Jawa Kuno),
yaitu Putru Pasaji dan Atmaprasansa.

2. Kakawin (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Jawa Kuno)
yaitu Kakawin Aji Palayon

3. Kidun (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Jawa Tengahan / Bali)
yaitu Kidun Bagus Diarsa

4. Gaguritan / gancaran (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Bali),
yaitu gaguritan Bhima Svarga, I Japatuan, Bagus Diarsa)



Ooops, maafkan saya Guru......
Jika tidak sempurna menangkap makna di balik uraian ajaran Guru.
Bahkan....dengan begitu lancang dan jumawa, berani memaparkannya disini.

Bagi saya.....
Surga dan Neraka, ada di sini, di hati. Bersemayam dalam diam.
Tergantung kita mewujudkannya dalam berbagai bentuk,
memaknai dan menerapkan dalam berbagai fungsi dan sistem,
baik pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Tapi saya tetap meminta, memohon, memaksa, mengemis, merengek,
minta kelas percepatan...
Kelas berstandar ber Sertifikasi Nasional,
sehingga gak perlu capek capek lagi numadi, menitis berkali,
agar saya bisa Moksa, bersatu dengan Sang Hyang Widhi.
Dibakar.....karena keyakinan, dengan dibakar, abu dilarung ke laut, dan atmannya dilinggihkan di Sanggah Kemulan, Bethare Hyang Guru, Rong Tiga, maka Moksa akan dapat diperoleh.

Pesona Batur - Besakih

Dulu....hingga kini....Terkadang saya ragu pada kemampuan saya...
Untuk membuktikannya....kita perlu menjalani kehidupan kita...dengan adakalanya saya biarkan, menatap indahnya dunia, dengan berbagai variasi, susah maupun senang, sukses maupun hancur lebur terpuruk.

Sedih, setelah gak dikasih berangkat ke Yogya dan Bandung, dengan alasan yang rada rada rumit, pdhal, teman lain, datang, taruh tas, pergi lagi.
Lalu, Jum'at ini gak nguji Sidang Skripsi, padahal, bimbinganku maju ujian.
Gak boleh ngajak keluarga untuk nangkil ke Batur dan Besakih, dengan bis kantor, banyak teman kecewa.
Anakku yang SMP berangkat ke Batur dan Besakih, dengan bis sekolahnya. Aseli...banyak tantangan dan rintangan... Simbok yg imut-imut jadi amit- amit, belajar bawa motor jalan-jalan dan kakinya kena knalpot, lalu bilang "Bu.... saya gak jadi berangkat" Padahal, dia kuandalkan bawa 2 pejati dan 2 sodan. Suami yang kupaksa jadi pecadang kuang, cm bilang, hari ini jadwal konsultasi dengan Prof.
ini dan Prof anu, kan bisa ikut bis kantor, anak yg kecil tinggal aja, suruh sekolah..

He...he...jangan bilang Bu Santi, kalo langsung menyerah.... .
Jum'at, 17 April 2009.
Bangun Pk 4 pagi, bereskan anak pertama, pk 5 pagi anter ke sekolah untuk kumpul dengan 8 bis teman teman lain. Pk 7 pagi, dengan motor Astrea 800, bareng pangeran bungsu, menuju target pertama, Batur. Ada banyak, ratusan pasangan, beserta anak mereka, juga naek motor. Aku gak sendirian. Hyang Widhi maha pemurah, aku bisa parkir di Ajeng Beliau, Pura Ulun Danu Batur. Tersenyum memikirkan, besok Nyoman, bersama keluarga besarnya, anak-anaknya, anak-anak asuhnya, pegawai-pegawainya, hanya bisa parkir jaauuuhh dari pura. Selesai di Batur, beranjak perlahan menuju Besakih, lewat Penelokan. Uuuupppss, pemandangan, luarbiasa indah, jalan berliku menakjubkan dengan kelokan erotisnya. Tapi....masih kalah rawan dengan jalan Hutan Yeh Leh Yeh Lebah, Bading Kayu - Dapdap Putih - Sepang Kelod, hancur parah.
Hyang Widhi kembali Maha Pemurah, aku berhasil parkir tepat di depan Pura Dalem Puri, dan menuju ke pelataran parkir Pura Agung Besakih, dibanding puluhan bis yang terpaksa parkir jaaaauuuhhh, lalu para penumpangnya berjalan kaki perlahan, atau naik ojek bayar 5000. Bersyukur juga berangkat pukul tujuh pagi, karena, saat beranjak pulang, wwooooww,Terima kasih juga, para Bapak polisi, penjaga keamanan, yang mungkin merasa kasihan melihat tampang wanita tua ini, lalu mengijinkan kami mengambil beberapa jalan pintas.
Dps - Batur - Besakih - Dps, hanya menghabiskan empat liter bensin. Plus plus plus. Nasi bungkus dua, mie goreng satu, aqua 3 botol, he..he....

Tuhan....pesonaMu. ..takkan pernah membuatku berpaling... ...
Walau banyak tantangan dan rintangan... ..
Walau IM2 lelet...
(he...he...apa hubungannya ya?) aku janji...Cintaku hanya untukMu

Sama seperti saya menembus pedalaman belantara Kalimantan, ratusan kilometer, mendekati perbatasan, naik vespa, atau RX King, naik mobil pribadi, atau di atas kapal Bandung. Sama halnya, diatas sepeda gayung, Sendowo, Yogya, menuju Kaliurang, hampir tiap minggu, melaju sendirian. Ke Pura Banguntapan, ke Pura di Kasihan, Bantul.Yogya - Borobudur, Magelang, bersama adik adik kandung, naik sepeda, hanya untuk menikmati kebesaran Tuhan. Demikian pula saat melaju di atar motor, dari Denpasar menuju Grokgak, Pura Pulaki tahun lalu, Gowa Lawah minggu lalu, Pura Rambut Siwi Jembrana bulan lalu, bahkan menuju kantor hampir tiap hari pp Nusa Dua - Denpasar, bisa berkali dalam sehari. Apalagi...manajemen bilang...Oke...boleh lanjut sekolah...tapi...gak boleh menolak untuk tetap mengabdi...Dengan kata lain...sekolah lagi...tetap ambil beban kerja sehari hari.....

Masih lebih parah perjalanan ke Asah Badung bulan lalu. Jalan hancur, rusak parah....
Padahal, banyak sekali hasil bumi sedang panen di sana. Harga salak jatuh jadi 400 rupiah. Saya beli untuk Galungan di peken Badung sudah 6000 per kg. Menyedihkan memang nasib petani kita.

Orang bilang...saya sakit...entah apa yang saya cari...
Saya bilang...enggak tuh.... Saya tahu persis apa yang saya mau...
Di luar sana...ada banyak orang - orang lain yang lebih hebat dibanding saya.
Perjuangannya...lebih drastis dibanding saya....
dalam memuliakan Tuhan, mengagungkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
dengan berbagai cara yang unik, yang lebih agung dan mulia.
Cuma....mereka gak punya akses aja...ke internet. Untuk posting perjalanan spiritual mereka...hasil astral kemana mana.....
Atau...terlalu cuek....untuk menjadi Andreas Harera - Andreas Harera lain,
yang bisa menuangkannya menjadi buku hebat, jadi Laskar Pelangi - Laskar Pelangi lain. Gak bisa seindah Michael Covarrubias, dalam menuang tulisan tentang Bali.

Bersama saya kemarin...
Ada banyak pasangan, bersama istri dan anak anaknya. Naik motor juga, berjalan kaki berpuluh kilo dari balik bukit, menumpang mobil sahabat.
Ada yang dari Sobangan, Mengwi...dari Batu Agung, Negara....
Dari Lombok....Bahkan ribuan lainnya, rela bersesakan, berpayah - payah, mengadakan perjalanan menuju rumah Beliau.
Mungkin.....saya terbawa euphoria massa, menangis, bersujud di hadapan Beliau. Begitu indahnya tawaran Beliau bagi saya....yang membuat saya tidak akan lelah dan letih....terseok seok menghampiri Beliau, menawarkan anak - anak saya melakukan hal sama, selama saya masih mampu...sebelum saya terbaring tak mampu bergerak lagi.
Tapi saya tidak obsesif, kok pak. Tidak sampai ter kompulsive. Saya tahu batas kemampuan saya..... Cuma....ya itu....tetep minta kelas percepatan...he...he....
Rada norak emang.....
Yang kenal saya....kenal seberapa noraknya saya.....
Dari kuliah jadoel (jaman dulu)....baju atasan kotak kotak, bawahan kembang-kembang.
atasan kembang-kembang, bawahan garis garis. Akh...dengan gaya suka - suka.

Honda memang hebat ....
terutama Astrea 800...paling irit, apalagi rajin di service.
Saya masih incer Astrea Prima dan Astrea Star.
Bandingkan dengan Mio sekarang,
Mungkin saya mampu jika memaksakan diri untuk beli mobil.
Tapi...saya tahu apa yang saya mau....
Berkali ditawarkan gratis, berkali ditawarkan nyicil. Gak lah yau.
Gak level saya lah, Terrano atau Pajero, Mercy atau Volvo terbaru,
dikasih pun saya gak mau......syusyah ngerawatnya, terima sih gampang....
memelihara untuk menjadi milik yang kita cintai setulus hati,
kan butuh lebih dari sekedar ruang dan waktu.
Tul kan ?

Rabu, 08 April 2009

Perjalanan Hidup I

Perjalanan hidup.....
Selalu menghantarkan kita pada sebuah tujuan. Dari tujuan ini, kita akan bergerak lagi ke tujuan berikutnya. Hingga akhirnya kita benar benar terhenti, entah karena tak mampu lagi bergerak melangkah, entah karena meninggal.
Jika ada pertanyaan, "Santi... apa tujuan mu kini, dan nanti?" akan kujawab.... "Aku ingin jadi lebih baik, semakin baik, dari hari ke hari. Aku ingin jadi lebih siap, semakin siap, dari hari ke hari".
Terkadang, aku resah, terjatuh, tak mampu untuk bangun. Kadang, alami hari buruk, menyedihkan, terhina, dan tersingkir. Terkadang, alami euphoria, dipuja, tersanjung, hingga tak mampu merunduk dan merendah diri.
Tapi, aku akan berusaha, demi kedua orangtuaku, demi keluargaku, demi sahabat dan seisi dunia. Aku kan berusaha, untuk jadi kuat, untuk jadi makin baik, tapaki jalan hidupku.

Kamis, 02 April 2009

CINTA

Hidup tanpa cinta, akan sangat menyedihkan

Mencintai, sebaiknya dan seharusnya, tanpa beban, tanpa syarat, tanpa harap balasan,
tidak diukur dari tebal tipisnya dompet seseorang, dari kemampuan memberi atau menerima.
Bagai cinta seorang ibu pada anak - anaknya,
bagai cinta seorang sahabat, bagai cinta pada anak terlantar, mereka yang terbuang.

Menyedihkan sekali hidup dengan penderitaan tanpa cinta.
Penderitaan yang paling menyedihkan adalah perasaan kesepian,
terbuang, dikucilkan, tidak diterima.

Jadi, apa susahnya, berbagi, sedikit cinta, setiap harinya,
sedikit demi sedikit, pada orang lain, pada mahluk hidup lainnya.