Senin, 29 November 2010

Dari Jogja, Pontianak, hingga Bogor, Ku Kayuh Becak...





Becak

http://id.wikipedia.org/wiki/Becak




Sebuah becak di kawasan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Indonesia.

Sekumpulan becak di Bogor

Becak (dari bahasa Hokkien: be chia "kereta kuda") adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang dan seorang pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk mendapatkan nafkah yang paling mudah, sehingga jumlah pengemudi becak didaerah yang angka penganggurannya tinggi akan menjadi sangat tinggi. Becak dilarang di Jakarta sekitar akhir dasawarsa 1980-an. Alasan resminya antara lain kala itu ialah bahwa becak adalah “eksploitasi manusia atas manusia”, dan becak digantikan dengan Bajaj, Helicak.

Di Indonesia ada dua jenis becak yang lazim digunakan:

  • Becak dengan pengemudi di belakang. Jenis ini biasanya ada di Jawa.
  • Becak dengan pengemudi di samping. Jenis ini biasanya ditemukan di Sumatra. Untuk becak jenis ini dapat dibagi lagi ke dalam dua sub-jenis, yaitu:
  1. Becak kayuh - Becak yang menggunakan sepeda sebagai kemudi.
  2. Becak bermotor/Becak mesin - Becak yang menggunakan sepeda motor sebagai penggerak.

Dibeberapa negara lain masih ada becak yang pengemudinya berada di depan, sebagaimana dikembangkan di India, Pakistan dan Bangladesh, konsep ini yang kemudian dikembangkan dalam oleh bajay yang diambil dari India pada tahun 1970an.


Becak merupakan alat angkutan yang ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi udara (kecuali becak bermotor tentunya). Selain itu, becak tidak menyebabkan kebisingan dan juga dapat dijadikan sebagai obyek wisata bagi turis-turis mancanegara.

Meskipun begitu, kehadiran becak di perkotaan dapat mengganggu lalu lintas karena kecepatannya yang lamban dibandingkan dengan mobil maupun sepeda motor. Selain itu, ada yang menganggap bahwa becak tidak nyaman dilihat, mungkin karena bentuknya yang kurang modern.

Satu-satunya kota di Indonesia yang secara resmi melarang keberadaan becak adalah Jakarta. Becak dilarang di Jakarta sekitar akhir dasawarsa 1980-an. Alasan resminya antara lain kala itu ialah bahwa becak adalah "eksploitasi manusia atas manusia". Penggantinya adalah, ojek, bajaj dan Kancil.

Selain di Indonesia, becak juga masih dapat ditemukan di negara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kuba. Di Singapura, becak kini hanyalah sebuah alat transportasi wisata saja.

[sunting] Modernisasi becak


Velotaxi, becak modern di Hamburg, Jerman.

Untuk meningkatkan kemampuan becak dan mendorong penggunaan kendaraan tidak bermotor dan menjadi tren dibeberapa negara maju dikembangkan becak yang menggunaan gigi percepatan/transmisi seperti yang digunakan dalam sepeda modern sehingga bisa melewati tanjakan dengan lebih mudah, desain dibuat aerodinamis serta pengemudinya berada di depan ruang penumpang. Tren itu berupa alat transportasi umum bebas polusi bertenaga manusia—dikayuh—dan diberi nama “Velotaxi”.

Di Yogyakarta saat ini ada upaya untuk melakukan modernisasi becak yang dilakukan bersama antara Universitas Gajah Mada, dalam ini Unit Studi Transportasi, Puspar bekerja sama dengan Institute for Transportation and Development Policy, New York serta Pemerintah Daerah dan Kadin yang dimaksudkan untuk menciptakan "Sebuah upaya mewujudkan kesinambungan peran becak dalam pengembangan pariwisata Yogyakarta".

Senin Sore dengan berolah raga.... mendorong motor


Sore baru pulang dari kantor. Pukul setengah enam sore, Senin 29 November 2010. Mendung menggantung di langit. Hujan pasti tengah melanda se antero Denpasar. Hmmm, smoga jalanku tidak terhambat hujan.

Melaju di atas motor, kubayangkan, setiba di rumah, anak-anak yang telah selesai ulangan umum akan menyambut dengan segala histeria mereka. Ah ha, mereka selalu mewarnai hari-hariku dengan berbagai tingkah polah yang seakan tiada habisnya energi tercurah.

Kulewati persimpangan Nusa Dua, berbelok ke kiri, dan masuk ke jalan By Pass Ngurah Rai, persimpangan menuju kampus Unud di Bukit, persimpangan menuju daerah Kedonganan, persimpangan menuju Bandara Ngurah Rai, dan... Tiba di Simpang Siur..... motor mendadak mogok. Bensinnya habis tanpa kusadari.

Ah ha.....
Cobaan lain lagi. Kudorong motor menepi dari segala rintangan berbagai kendaraan dengan berbagai tipe yang sedang melaju kencang... Ku turun dari motor, mendorongnya, lalu mulai mengarah ke kiri. tujuan, Pom Bensin di jalan Raya Kuta. Hmm, mengenakan uniform kemeja putih, bercelana panjang cream, berjaket, dengan helm dan kacamata hitam, sarung tangan, lengkaplah sudah.....

Tiba di Pom bensin jalan raya kuta, dekat hotel Harris, bensin habis di Pom tersebut. Ah haha.... Terpaksa menyusuri jalan kembali. Tidak satu pun pedagang bensin eceran kutemui. Bali sedang krisis energi bensin. Bergerak menuju ke Pom bensin di banjar Abian Base. menyeberangi jalan Patih Jelantik. Hhhhhh. Kasus sama. Harus kembali bergerak menyusuri sepanjang jalan Raya Kuta. Depan Central Parkir Kuta, kutelpon suami tercinta. "Bawakan bensin ya Pa. Sudah hancur lebur, luluh lantak, remuk redam nih, gara-gara mendorong motor ber kilo2 meter".

Akhirnya tiba di depan supermarket Alpha, setelah sekian km berjalan dan mendorong motorku, kutemui pedagang bensin eceran. Selesai bensin diisi oleh penjajanya ke motorku, suami tiba dengan se botol penuh bensin. Hmmm. Segera kami bergerak bersama, pulang ke rumah. Anak2 menanti.

Ah anak-anakku tercinta. Begitu motor di jejer rapi di teras rumah, mereka sudah menyambut dengan penuh kehebohan. "Ma, hanya mau makan masakan mama. Kali ini, gorengkan nugget ya ma?" Ah haha. Astungkara Tuhan, masih harus memasakkan makanan bagi keluarga. Walau ada lauk, namun mereka inginkan perhatianku. Simbok berangkat ulangan di paket kejar C nya. Dan aku masih harus mencuci baju. Aaaahhhhh...

Minggu, 28 November 2010

Bila Tuhan Sudah Berkata.....


Ada satu hati
yang enggan berlari
dalam cerita satu malam
hanya biarkan bulirnya jatuh sendiri

Ada satu kata
yang terus terukir
entah kapan menggumpal
jadi sesak dalam diri

Namun...
kenangan, harapan, dan kejadian...
bukankah, kita pun tak bisa berkehendak

Bila Tuhan ciptakan kataNya
Maka, bersimpuh ku bersujud
Terlalu indah cerita hanya jadi campah

Swaha, Astungkara....
Untuk segala soneta ini
takkan terhenti dalam satu masa.....

What I Beg for All of You, at Pura Jagat Kertha, Gunung Salak....


This is my wishes for all of you, I pray, and beg God to shower you, when i was at Pura Parhyangan Jagat Kertha, Gunung Salak.... Sabtu, 27 November 2010. To all of my parents, my parents in law, my families, my kids, my friends, my partners, my love, and all of you......



Comfort,
on different day....
(Kebahagiaan, kesejahteraan, sepanjang waktu)

Smile,
when sadness intrudes....
(Senyum, bila kesedihan melandamu)

Laughter,
to kiss your lips....
(Canda tawa, yang selalu hiasi bibirmu)

Hug,
when spirit sag....
(Pelukan erat untuk memotivasimu)

Friendship,
to brighten your being....
(Persahabatan, untuk memelihara sisi manusiawi dalam diri)

Confidence,
for when you doubt.....
(Kepercayaan diri, bila kecemasan melanda)

Patience,
to accept your truth...
(Kesabaran, dalam menghadapi kenyataan hidup)

Love,
to complete your life....
(Cinta kasih, untuk melengkapi hidup)

Courage,
to know your self.....
(Semangat, dalam mengenali dirimu sendiri)

Faith,
so that you can believe....
(Kebenaran, yang membuat kalian yakin dan percaya)

Beauty,
for your eyes to see....
(Keindahan, agar bisa kau lihat dan sadari keberadaannya di balik segala peristiwa)

Sunsets,
to warm your heart....
(Sinar mentari, yang bakal menghangatkan hatimu)

Rainbows,
to follow the clouds...
(Anak panah, dengan pelangi sebagai jalannya, sebagai penunjuk arah, hingga takkan tersesat dalam kegelapan tanpa arah tujuan)

Cukup Sudah....


Cukup sudah....

Berjalan dengan hari-hari tersembunyi
langkah kaki berlari tiada hendak terhenti

Hatiku....

Separuh hatiku ada padamu
Jaga agar jiwa tetap berlabuh dari segala deru

Kataku.....

Takkan kuminta dunia tercipta di wajahmu
biarlah, biar malam gelap jadi perangkum dunia kita

Terbit terang....

Akan hadirkan cerita cinta kita
walau maya, namun indah lahir dari kalbumu
kalbuku jua.....

Jumat, 26 November 2010

Ujian Audit Internal dan.... Nangkil ke Gunung Salak


Sabtu, 27 November 2010. Hari terakhir di Papyrus Tropical Hotel, dan harus ikuti ujian audit internal. Hmmm, smoga lulus deh.

Sedih sebenarnya..... mumpung berada di Bogor, ingin sekali nangkil, bersembahyang ke Pura di gunung Salak. Namun acara yang sungguh padat, hingga larut malam masih penuh dengan diskusi dan penyelesaian tugas. ah.... mungkin memang bukan jalanku ke sana.

Namun, pagi hari ini, sedang menikmati sarapan pagi, kuterima telpon dari Ibu Mangku. Pemilik travel ini mengatakan kemungkinan dan kesiapanku untuk meng handle group Tirta Yatra dari Bali hingga hari Minggu besok. Beliau berhalangan hadir karena Shri Mpu sedang sakit parah dan tidak mungkin ditinggalkan. Swaha, astungkara..... Ida Sang Hyang Prama Wisesa. Ini kah jalan yang Engkau ciptakan bagiku, bersujud kembali di ujung jemari kaki Mu?

Maka, dengan se penuh semangat yang mengalir dalam tiap urat nadiku, kuselesaikan rangkaian kegiatan Audit Internal ini, dan bersiap demi sebuah perjalanan spiritual lain lagi. Kugelar pakaian sembahyang yang slalu tersedia di dalam tas ranselku. Tuhan, takkan pernah bosan ku mengisi hari-hari dengan memuja Mu, dalam segala cara yang kumampu dan kutahu.... Gunung Salak.... I am coming!!!

Kamis, 25 November 2010

Kangen Anakku


Tugas slama 5 hari, meninggalkan anak2ku. Berada di Bogor, menginap di Papyrus Tropical Hotel bersama Ibu Juli dan teman2 lain. Mengikuti Internal Audit Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Badan Penjaminan Mutu IPB. Kuikuti paket 2.

Pelatihan Paket 2. Pelatihan Audit Akademik Internal (24 - 27 Nop.2010) yang berisikan:

1. Kebijakan dan Sistem Mutu Pendidikan Tinggi Nasional

2. Sistem Penjaminan Mutu Internal PT

3. Penjaminana Mutu Internal PPM dan Kemahasiswaan

4. Audit Akademik Internal pada PT

5. Pembuatan Laporan Audit Akademik

6. Praktek Audit Akademik Internal dan Pembuatan Laporan

Hmmm, walau rajin menghubungi mereka pagi, siang dan sore hari, namun rasa kangen selalu mendera. Ah.... semoga mereka semakin mandiri dan bijak dalam melangkah. Jika selalu dibantu dan ditunggu, kapan mereka bisa menjadi pria dewasa kelak?

Buat Anto, Adikku.....


Pada saat ada pijar yang tiba
dan menyalakan segala cahaya
yang lahir di sekeliling pintu hatimu....
Tersenyumlah, karena putih itu adalah indah,
tulus dan bersih.

Menangis bukan solusi
dari segala asa yang tercipta
dan cinta yang mengalir dalam nuranimu
Biar mengalun merdu
bagai segala soneta yang senandungkan
lagu asmara

Tersenyumlah, adikku,
Agar bisa kulihat wajah sumringahmu selalu
karena ada aku, kakakmu
Yang akan selalu dampingi jejak kakimu
dalam arungi samudera hidupmu....

Di Papyrus Tropical Hotel, Bogor. 22 - 27 November 2010

Rabu, 22 November 2010. Setelah pesawatku, GA 407, delay 2 jam di bandara Ngurah Rai, Denpasar, akhirnya mendarat Pk 14.15 di Bandara Soetta Jakarta. Segera kunaiki bis Damri jurusan Bogor, setelah membayar tiket seharga Rp 35.000. menyusuri jalan raya menuju Bogor, dan tiba 2,5 jam kemudian, di terminal Baranangsiang. Kucoba duduk dan membeli minuman ringan, beberapa roti unyil seharga Rp 1.500 per biji. Setelah mengamati lingkungan sekitar, kusapa seorang bapak tukang ojek, menanyakan ongkos ke Papyrus Tropical Hotel. Akhirnya kami sepakati, Rp 20.000 bagi ongkos yang dia minta untuk menghantarkanku ke hotel tersebut.

Hari ini diklat periode I akan berakhir. Beberapa temanku sudah mendahului dengan mengikuti Program pelatihan paket 1 mengenai Standar Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (22 - 24 NOP.2010) yang berisikan :

  1. Kebijakan Nasional SPMI-PT
  2. Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi yang disesuaikan dengan ciri khas PT
  3. Mekanisme Penetapan kebijakan , standar dan manual SPMI;
  4. Praktek Pembuatan Kebijakan, Standar dan Manual SPMI.

Sedangkan diriku akan mengikuti Pelatihan Paket 2. Pelatihan Audit Akademik Internal (24 - 27 Nop.2010) yang berisikan:

1. Kebijakan dan Sistem Mutu Pendidikan Tinggi Nasional

2. Sistem Penjaminan Mutu Internal PT

3. Penjaminana Mutu Internal PPM dan Kemahasiswaan

4. Audit Akademik Internal pada PT

5. Pembuatan Laporan Audit Akademik

6. Praktek Audit Akademik Internal dan Pembuatan Laporan


Pukul 18.15, tiba di Papyrus Tropical Hotel. Bos ku, ibu Dra. Ni Kade Juli Rastitiati, M.Si. baru saja selesai mengikuti diklat sessi ke lima untuk hari itu. Seluruh peserta dapat waktu istirahat selama satu jam sebelum melanjutkan diklat dengan sesi berikutnya hingga pk. 20.30 malam. Hmm, kami akan melangsungkan diklat hingga ber malam-malam. Hwalah, sungguh membutuhkan stamina maksimal.

Segera kuikuti bu Juli ke kamarnya, # 103. Ya, aku akan tinggal bersama dengan ibu Juli selama mengikuti diklat ini. Kubawa satu ransel berisi perlengkapan pakaian, satu ransel laptop, dan satu ransel berisi perlengkapan administrasi.

Pukul 8 malam, bu Juli dan para peserta diklat periode I masih berada di ruang diklat. Dua orang sahabatku tiba di hotel ini. Mereka tinggal di Cibubur. Ibu Lia sudah berkali datang ke Bali. Dia slalu meluangkan waktu untuk menemuiku di rumahku, jika sedang ke Bali. Ibu Lia dating bersama sahabat akrabnya, Ibu Oka. Kami berbincang mengenai banyak hal. Dari segala keluh kesahnya, tentang impian dan harapan, hingga perjalanan hidup masing-masing. Tak terasa, hingga jelang pukul 12 malam waktu Bogor, kami melewatkan waktu dengan bercerita, saling menimpali, mendukung dan memberikan semangat satu sama lain.. Ah ha… bahkan mereka setengah mendesak, agar aku mau mampi di rumah mereka di Cibubur. Hmm, entahlah. Jadwal diklat yang berlangsung hingga larut malam hingga hari Sabtu, 27 November 2010. Harus mencoba menyesuaikan diri dengan segala rencana dan harapan.

Memang benar… pepatah yang mengatakan, kita harus tetap menjaga dan memelihara persahabatan, dengan siapapun juga, karena persahabatan bisa selalu mewarnai hari-hari kita, saling membantu dan memotivasi.

Senin, 22 November 2010

Ke Jakarta Lagi


Pagi hari, Selasa 23 November 2010. Semenjak pagi mempersiapkan anak-anakku yang akan mengawali aktivitas di pagi hari. Si sulung akan mengikuti tiga mata pelajaran yang diujikan dalam rangka ulangan akhir semester, dan dua mata pelajaran ujian yang harus disusulnya karena dia mengikuti Olimpiade Ilmiah kemarin. Si bungsu akan mengikuti kursus di pagi hari, dan menempuh ulangan akhir semesternya di siang hari. Suami bersiap untuk mengikuti Piodalan di Nyalian, Banjarangkan, Klungkung. Namun sebelumnya, dia akan menghantarku ke bandara. Aku ditugaskan mengikuti pelatihan berkaitan dengan Total Quality Assurance di Bogor, yang diselenggarakan oleh manajemen IPB, dari Selasa hingga Sabtu, 24 hingga 27 November 2010.

Setelah kuhantar si bungsu ke tempat lesnya, aku beranjak menuju ke toko sepeda. Hmmm, tidak tega rasanya, melihat si bungsu memelas. Dia ingin mengendarai sepedanya kembali. Namun, tetangga yang sungguh pelit, tidak berkenan meminjamkan pompa sepedanya. Tapi kupikir, memang anak-anak juga keterlaluan, meminjam pompa sepeda, namun tidak bertanggungjawab. Mereka menghilangkan pentil untuk pompa, sehingga rusaklah pompa pinjaman. Dan mereka tidak diijinkan meminjam kembali. Dan... kubelikan pompa sepeda bagi anak-anakku, seharga Rp 55.000. Ah haha, sungguh sebuah perjuangan ibu-ibu bagi anaknya. Bahkan, sebelum berangkat bepergian, masih kusempatkan mengurus setiap detail urusan perlengkapan anak-anakku.

Hmmm, setelah satu urusan selesai. Kini beranjak ke pasar. Persediaan daging telah habis. Tak tega aku, pergi keluar daerah, selama beberapa hari, dengan penuh kebahagiaan, sementara keluarga di rumah tidak karuan. Maka, di pasar Sri Kerthi, yang terletak 100 meter dari perumahan kami, kubeli empat kilo daging ayam. Kuminta pedagangnya untuk memotong dalam potongan kecil, agar mudah kumasukkan dalam kantong plastik kedap udara, sebelum kumasukkan dalam kulkas ku di rumah. Kubeli pula, empat ekor pindang, beberapa jenis sayur dan perlengkapannya. Juga telur dan minyak goreng. Ah, cukup sudah. Kini segera pulang dan mempersiapkan keberangkatan ku ke Jakarta.

Aku bukanlah orang yang selalu memperhatikan detail penampilan dan perlengkapan kecantikan setiap bepergian. Sebuah kotak bedak, lipstik, 3 set baju, sabun, odol dan sikat gigi. Beres lah sudah untuk 5 hari perjalanan. Yang penting, laptop beserta flashdisk. Dan, buku catatan bagi persiapan presentasi materi yang harus kulakukan nanti. Juga, meminta berbagai materi yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelatihan.

Well....
Waktu menunjukkan pukul 11.00. Suami tercinta mengantarku ke bandara Ngurah Rai dengan mengendarai Mio. Di parkiran, cukup sapuan lipstik dan bedak, dan.... brubah, jadi cantik. Hahaha. Ehm, suamiku sayang... Ini yang kusebut dengan istri satu paket. Kau terima istrimu, terima semua apa yang ada dalam dirinya, suka maupun duka, sedikit dan banyak, jelek atau cantik, Toh daku baik-baik saja. Cuma, emank, ga suka dandan. Hohoho.

Lalu, lanjut lesehan di teras terminal keberangkatan, bimbingan dengan Ni Luh Yuliarthi. Mahasiswa ku ini telah selesai ujian sidang hampir se bulan lalu. Dan dia ingin segera selesaikan segala revisi yang berkaitan dengan ujian sidang. Aku tidak ingin meninggalkan hutang beban pikiran selama keberangkatan ke Bogor. Dan, kami janjian berjumpa di terminal keberangkatan bandara Internasional Ngurah Rai ini. Lesehan pun, oke lah. Ah haha... Selesai dengannya, aku masuk ke dalam, melanjutkan konfirmasi keberangkatan dengan pesawat GIA 407 di counter Garuda.

Selesai melakukan konfirmasi keberangkatan, aku beranjak menuju ruang tunggu keberangkatan penumpang, di dekat gate 16. kuletakkan satu tas ransel berisi pakaian, satu tas jinjing berisi laptop, dan satu tas perlengkapan berisi berbagai file. Kukeluarkan kotak makan siangku. Hmmm, harus bersyukur, memiliki simbok yang sungguh cekatan. Dia masih terhitung cucu jauh suamiku. Dan, dia membekaliku nasi, berisi jukut ares, telor pindang, tempe goreng, dan mie. Ah, nikmat sekali, duduk di ruang tunggu, menikmati makan siangku sebelum keberangkatan. Kutawarkan pula, sebagai basa-basi, pada orang-orang yang duduk di sekitarku.

Setelah selesai dengan urusan makan memakan, kubuka laptop. Dan mulai beraksi. Hmm, menikmati waktu dengan membuat tulisan. Selalu ada cara memanfaatkan waktu luang, daripada hanya sekedar bengong, merenungi nasib. Berkarya, ayo, berkarya. Sekecil apapun, akan jauh lebih baik berkarya. melatih konsentrasi, mengisi waktu dengan hal-hal positif.

Akhirnya.... informasi dari petugas bandara. "Perhatian, perhatian..... Pesawat Garuda Indonesia tujuan Jakarta, mengalami keterlambatan keberangkatan. Dan akan diberangkatkan pukul 13.30" Ah ha..... What a day..... Enjoy aja dah.....

Minggu, 21 November 2010

Perjalanan Spiritual lain lagi


Perjalanan spiritual lain lagi....

Ngaturang ayah, membawa jejahitan, nanding banten, goreng jaje, ngupas base, dan, goreng base lakar angon base genep buin puan.... di Banjarangkan Klungkung, dalam rangka odalan di Anggara Kasih Julungwangi, Selasa, 23 November 2010.

Kali ini, Minggu, 21 November 2010, anak-anak tidak ikut pulang. Mereka sedang bersiap untuk menghadapi ulangan umum. Anak pertamaku, Adi Pratama, telah melewati seminggu ulangan umum di SMAN I Denpasar. Senin masih ada ulangan Fisika, lalu dia akan bersiap untuk mengikuti lomba Olimpiade Ilmiah di Poltek Udayana. Anak keduaku, Yudhawijaya, baru akan memulai ulangan umumnya hari Senin ini, dengan mata pelajaran, PPKN dan Bahasa Indonesia.

Hanya aku dan suamiku, dan juga ipar, Nyoman Sumadi, beserta istri. Minggu, 21 November 2010. Hmmm, sesungguhnya, kasihan juga para ipar dan keluarga besar yang berada di kampung. Mereka harus menjalani ini berhari-hari. Jelang odalan. Maka, sungguh, harus kami hargai setiap upaya dan perjuangan mereka. Mungkin, dengan membantu menyelesaikan banyak jejahitan, sampian gantung hingga 75 set yang kubuat di Denpasar, sampian pusuh, canang, tangkih, ituk2, porosan. Membawa lauk pauk, dan berbagai jenis kue.

Yeah.... Harus maklum lah. Hubungan ke Tuhan, ke leluhur, dan, ke sesama umat manusia harus berjalan sama seimbang dan harmonis....

Hari ini, Senin, 22 November 2010. Pagi hari sudah kududuk manis di ruang kuliah Gedung Pasca Sarjana, bersama banyak teman yang sedang menempuh pendidikan Program Doktoral, S3, di Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana. Setelah selesai kuliah ini, aku akan segera berangkat menuju Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, untuk melanjutkan ngayah kembali. Ida Bethare akan nyejer malam ini. Dan, aku ingin membuat beberapa gebogan, atau tetandingan, susunan berbagai buah dan kue, sebagai simbol persembahan kepada Tuhan, yang telah memberikan kemurahan rejeki dan kesehatan sebagai anugerah tiada ternilai bagi kami semua.

Besok sudah harus bersiap untuk perjalanan lain lagi..... Ke Bogor mengikuti Diklat selama 5 hari, bagi Total Quality Assurance yang diadakan oleh Institute Pertanian Bogor. Hmmm, kali ini bersama Ibu Juli, my Boss, dan, beberapa rekan lain dari Bali.

Hmmm, sungguh tidak sabar rasanya. Abhayam mitraad, abhayam amitraad. Hanya Tuhan yang kutakuti. Tiada pelaut tangguh yang dihasilkan dari lautan yang selalu teduh... Menjalani hari-hari yang selalu penuh kejutan. Swaha, Hyang Widhi Wasa. Semoga Dikau selalu memberikan bemudahan dalam hadapi berbagai cobaan dan rintangan, dan menganugerahi kesejahteraan bagi kami semua. Namaste....

Sabtu, 20 November 2010

Piodalan di Anggara Kasih Julung Wangi


Bapak dan ibuku selalu berkata.... "Jangan pernah lupakan Tuhan, leluhur, dan orang-orang yang ada di sekitar kita. profesor doktor sekalipun, seorang terpandang sekalipun, jika melupakan ajaran agamanya, dan tidak bisa menghargai dirinya sendiri, akan percuma jadi manusia". Maka.... walau se sibuk apa pun, aku coba untuk sempatkan jalani hidup dengan sebaik mungkin. Prinsip Tri Hita Karana, dengan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan, sungguh berguna. Coba menjalani kehidupan dengan sebaiknya, menciptakan hubungan harmonis, baik dalam hubungan dengan Tuhan, dengan leluhur, dan umat manusia.

Mungkin, aku bukanlah orang yang terbaik, atau orang yang terhebat. Namun selalu berusaha untuk menjadi semakin baik, dari hari ke hari... Beberapa hari terakhir ini.... di sela kegiatan mengikuti perkuliahan pada jenjang pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Udayana, program Doktoral, Program Studi Kajian Budaya, memberikan perkuliahan dan bimbingan di lembaga dimana aku mengabdi, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, mempersiapkan pemantapan berjalannya Pusat Penjaminan Mutu di STPNDB, dan mengajar di malam hari Jum'at ini, di Paket Kejar C, kupersiapkan pula banten bagi persiapan odalan.

Odalan adalah hari raya bagi umat Hindu dalam memperingati hari lahirnya sebuah Pura atau Merajan, atau Sanggah. Dan, kali ini adalah Sanggah Dadia, bagi warga Tanjung 2, Shri Arya Shri Kresna Kepakisan, yang jatuh pada hari Selasa, 23 November 2010, Anggara Kasih Julung Wangi. Berlokasi di dusun Kapit, desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, kabupaten Klungkung.

Pagi ini, setelah putra sulung ku berangkat sekolah, aku mengantar si bungsu ke sekolah, sekalian, mengecek jadwal ulangan umum bagi mereka, minggu depan. Suami melanjutkan diskusi dengan para pembimbing disertasinya. Lalu, dengan mengendarai motor, kubawa dua kampil bekas beras berukuran 25 kg, berisi jejahitan, mulai dari sampian gantung, dan juga lamaknya, untuk dipersembahkan bagi Sanggah Dadia keluarga besar. Jumlahnya sekitar 50 set. Juga ada, sampian pusuh, panak sampian, dan berbagai macam pernak-pernik lain.

Setiap bergerak sekian kilometer, selalu kusentuh karung beras berbahan plastik tersebut, untuk meyakinkan bahwa dia masih berada di belakang boncengan motorku. Setiba di jalan Prof. IB Mantra, dekat pura Masceti, kembali kuraba. "Hah.... tidak ada lagi". Hanya tertinggal satu kantong plastik merah. Hmmm, segerak ku putar arah motor, kembali menyusuri jalan raya yang sedang mengalami perbaikan itu. Ku berharap, segera kutemukan kembali kantong kampilku. Sungguh tidak bernilai bagi orang lain yang temukan, namun bagi kami, ahhh, sungguh besar artinya. Namun, bahkan, hingga mendekati arah jalan raya by pass Ngurah Rai, tidak kutemukan. Ah ha... mngkin, mereka yang menemukannya, mengira isinya adalah benda berharga, dan... segera menyembunyikannya, lalu memeriksa isinya.

Duh, Dewa Ratu..... Ida Sang Hyang Widhi Wasa...... Jika memang benar ini adalah ujian darimu, maka, akan kuterima, kuhadapi dengan pasrah. Bhaktiku, Yadnya ku kepada Mu, sedang alami cobaan. Maka, kulanjutkan perjalanan ke Klungkung, dan segera menelpon rumahku di Denpasar. Simbok dan anak2 yang sudah tiba dari sekolah kuminta untuk segera memulai proses pembuatan jejahitan kembali. Bersyukur, masih ada busung duang pesel, bunga pacah dan mitir yang baru kubeli. Dan... bisa segera memperbaharui yadnya kepada Beliau. Ah haha......

Jumat, 19 November 2010

The Best of Friends


The best of friends
Can change a frown
Into a smile
When you feel down

The best of friends
Wiil understand
Your little trials
And lend a hand.



The best of friends
Will always share
Your secret dreams
Because they care.

The best of friends
Worth more than gold
Give all the love
A heart can hold

Sahabat dan Persahabatan Sejati


A friends is somebody who knows you and likes you
Sahabat adalah orang yang mengenal dan menyayangimu

excactly the way that you are.
apa adanya, ga berpura-pura.

Some one who's special and so close in thought
Sahabat yang spesial dan sangat akrab

that no distance can ever seem for.
bagai tanpa jarak yang memisahkan kalian berdua.

A friend understands you without any words,
Sahabat akan memahami tanpa perlu banyak kata,

stands by you when nothing goes right.
menguatkanmu, jadi tiang penyangga, bila segala sesuatu terlihat buruk.

And willingly talks over problems with you
Mau mendiskusikan berbagai masalah bersamamu

till they somehow just vanish from sight.
hingga masalah pergi dan berlalu

And whether you are neighbors or live miles apart
Ga perduli, apakah kalian bertetangga atau hidup ribuan mil terpisah

a word from a friend gives a lift to your heart and spirit.
sebuah kata dari sahabat akan mampu membangkitkan semangat.

That shows you once more
Hal ini telah membuktikan

why friendship is life's dearest gift.
Persahabatan adalah sebuah hadiah terindah dalam kehidupan.....

Kamis, 18 November 2010

Musketeers

Ada yang memimpikan ku hadir, bersama dalam perjalanan spiritualnya. Hmmm, kangen my Musketeers. One for all, all for one. Indahnya sebuah persahabatan sejati yang takkan pernah mati.....

Rabu, 17 November 2010

A'la carte Spain Food dan Kandidat Relawan Gempa Merapi


Chef Program :"A'la carte Spain Food". Makan siang bareng kandidat relawan Merapi dari STPNDB.
Siang ini, sehabis mengajar satu kelas dan beberapa bimbingan skripsi bersama mahasiswa semester akhir, aku bergerak menuju Restoran Ganesha. Beberapa teman yang diajak, tidak bisa mengikuti, karena berbagai kepentingan.

Setiba di Restoran praktek STPNDB ini, kupilih duduk bersama 3 orang mahasiswa DIII Manajemen Tata Boga B semester 5. Mereka bercerita dengan semangat, bahwa mereka sudah mendaftar bagi kandidat relawan yang akan diberangkatkan untuk menangani suplai dan distribusi makanan di berbagai kantong pengungsian yang ada berkaitan dengan Gempa Merapi. Hmmm, sungguh sebuah cita-cita yang mulia, dengan semangat yang terpancar dari berbagai ceritera mereka. Semoga Hyang Widhi Wasa meluruskan jalan dan niat baik mereka ini.

Dan, kuambil daftar menu yang ada di meja. Kali ini, makan siang ini diadakan dalam rangka A'la carte bagi Chef Program untuk mahasiswa DIII Manajemen Tata Boga A semester 5. Yande, mahasiswa dari DIII Manajemen Tata Hidangan semester 5 menjadi waiter bagi meja kami.

Hmmm, kupilih, bagi menu Appetizer (makanan pembuka) : Authentic Spanish bruschetta with veloute sauce, buat Soup nya : Summery Spanish style soup recipe, bagi Main Course (menu utama) : Recubierto de pechuga de pollo servido con salsa de pimention espanol acompanando con micro ensalda verde y azafran Pure de Papas, dan, Dessert nya (makanan penutup) : Churros Spanish fried dough served with cinnamon powder honey and chocolate dipping.

Hla... kok, porsi mini semua? Hohoho....

Taki takining sewaka guna widya


Taki-takining sewaka guna widya
Smara wisaya rwang puluh ring ayusa.
Tengahi tuwuh san wacana gegen ta.
Patilaring atmeng tanu paguruken.
(Kekawin Nitisastra V.1). dalam
http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=603

Maksudnya:

Bersiap sedialah selalu mengabdi pada ilmu pengetahuan yang berguna. Hal yang menyangkut asmara setelah berumur dua puluh tahun. Setelah berusia setengah umur menjadi penasihatlah pegangannya. Setelah itu hanya memikirkan lepasnya Atmanlah yang menjadi perhatian.

DALAM menapaki tahapan hidup ini yang pertama dan paling utama adalah mengabdi pada ilmu pengetahuan. Dalam kutipan kekawin Nitisastra ini disebutkan dengan istilah Guna Widya. Artinya, mengabdi pada ilmu pengetahuan sampai ilmu itu memberikan manfaat atau guna dalam menapaki tahapan hidup ini.

Ilmu pengetahuan itu menurut kitab Agni Purana ada dua yaitu Para Widya dan Apara Widya. Para Widya itu adalah ilmu pengetahuan tentang kerohanian atau Brahma Widya. Sedangkan Apara Widya adalah ilmu pengetahuan tentang keduniaan. Dalam hidup ini kedua ilmu itu harus diserap secara seimbang. Pertemuan kedua ilmu tersebut melahirkan 50 cabang ilmu pengetahuan.

Maka...
Taki takining sewaka guna widya menghantarkan ku pada berbagai upaya untuk mencari pengetahuan sepanjang kehidupan. Belajar dari lingkungan sekitar, belajar dalam lingkungan formil, atau nonformil.... Berusaha meningkatkan kadar spiritual dalam diri. Termasuk dengan ngaturang ngayah dan belajar mebanten.

Hari ini, berangkat ke Nyalian, Banjarangkan. Sebuah desa di Klungkung, dimana odalan menjelang. Anggarakasih Julung Wangi. Kali ini jatuh pada tanggal 23 November 2010, hari Selasa. Sanggah Dadia keluarga besar. Kubawa besertaku, sampian kembang, sampian pusuh, dan, berbagai macam jejahitan untuk banten, dalam dua kantong beras berukuran 25 kg, dan dua kantong plastik besar.

Ah. selalu menyenangkan berkumpul bersama keluarga, melakukan berbagai aktivitas bersama untuk memuliakan nama Tuhan. Mungkin, tidak banyak yang bisa kulakukan. Hanya membantu buat sampian, bantu masak2, bantu nanding banten, goreng2 kue. Namun, takkan kujual kebahagiaan ini. Ingin selalu bersama mereka selalu.... Para iparku, simbok, dan para ponakan. Wajah polos mereka, keluguan dalam berbagai polah, dengan berbagai aktivitas saat odalan, akan selalu kurindukan....

Hmm, Tuhan....
Berbagai cara dilakukan umat manusia, dalam upaya semakin mendekatkan diri padaMu... Jangan pernah meninggalkan kami ya Tuhan... Bantu kami untuk selalu memahami Mu, mendekati Mu....

Sabtu, 13 November 2010

FangLi, Si Tukang Becak yang Mulia


Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan, keinginan menyumbang hampir tak ada.

Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China. http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=44452

Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan ia dapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian? Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.

Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.


Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ia tanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan. Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.

Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh. Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.

Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.

Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru. Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak terperikan.

Hmmm...

Tuhan, ajari aku bahasa cintaMu selalu, untuk menjadi alatMu, kepanjangan tanganMu, dalam memuliakan kebesaranMu, berbagi kebahagiaan pada sesama... Seperti FangLi, si Tukang becak yang Mulia....

Kamis, 11 November 2010

Me, My Self


I am a woman, a worker, a wife, and a mother.

When you do something in life, have complete faith that you will definitely succeed. Never do anything half-minded. If you are taking up a new venture, don't fear that you may not succeed. That internal fear will reduce your chances to half.

It applies not only to your career matters, but also to your personal matters.

If you love someone, don't fear that the other person may not accept your love. Have complete faith that you will succeed. Believe in your love. Face whatever obstacles come across your way. Sometimes it may seem to be lost. But have the same faith. The other person will surely realize your love. May be, it may take sometime. Finally, your faith will definitely give you all that you want. If not, it will at least give you the mental strength to face any obstacles in life or it will give you the courage to overcome your failure.

Not only love, even in friendship, same thing applies. If your friend doesn't understand you, don't turn panic. Don't blame them for being a wrong friend to you. Sometimes, mistakes do happen between friends. If you can't wait patiently, you will lose them completely. Probably, you may never be able to get them back. So, never blame them, whatever they do. Keep the same faith in your friendship. The other person may take sometime to realize how much you care for them, how much you love them. But finally, your faith will get them back to you.

If you don't try anything with complete faith, you will surely lose it. And after some time in life, you may have to regret that you lost it only because you haven't tried hard. Don't let such situation come to you. If you try with all your faith, strength and will, you will succeed. Incase you don't get success, you need not regret. Because you tried your best and the result is beyond your reach. But there is no fault of yours.

FAITH is a great foundation to build your life...

Treat everyone with Politeness, Even they are Rude to You .
Not because They are Not Nice, But because you are Nice.


I'm a simple person just like everybody else... I have my mistakes, weaknesses and fears... I'm not perfect but who is?... The joy, failures, pains made me the person who I am today... I'm a WOMAN, a WORKER, a WIFE, a MOM and I'm PROUD of it....I know myself and I don't care what others say about me...I've had my toll of love and heartaches (a hell lot of heartaches), it just reminds that I'm only a human. I TRUST TOO MUCH!!! I LOVE TOO MUCH!!! I think I'm stupid when I'm in love when I despise about myself, it only means that I'm not perfect...hahaha! I have my alter ego, my better half to be (in God's time) I'm not expecting to be perfect but I know and wish all the best from Heaven. I love my family and my kids so much... I do love my job. I'm not a common man. I choose to be UNCOMMON. I'm a big dreamer but I don't just dream I work on my goals. I don't want to rely on other people. This is me! No clones no copies I'm me!!!

Many times in our lives we are dropped and crumpled into the dirt by the decisions we make and the circumstances that come our way. We feel as though we are worthless. But no matter what happened or what will happen, you will never lose your value. Dirty or clean, crumpled or finely creased, you're still priceless to those who love you. The worth of our lives comes not in what we do or who we know, but by..........WHO WE ARE!!!!

**Some expect me to be "PERFECT" but i'm not, for nobody is.... I have my MISTAKES, WEAKNESSES and FEARS but I am CONTENTED for whatever life I have NOW... And it does'nt matter where I came from, my title or my family name... Its always my DIGNITY as a person that counts... Others may see me as STONE not a gem and I don't give a damn... I know WHO I AM... How I care for people I love... what I think and what I feel... Me... Myself... and I... not perfect but just the way I WANT IT and WHO I AM...**

Selasa, 09 November 2010

Anakku dan Ikan Asin


Pulang dari Pontianak, tempat dimana emakku tinggal, kubawa oleh-oleh se kilo ikan asin peda bagi keluarga dan sahabat di Denpasar. Kami menyebutnya di Pontianak sana, ikan kembung asin. Aku sungguh suka ikan ini. Semenjak kecil, emak terkadang membelinya, dan kami nikmati bersama sekeluarga, baik untuk sarapan sebelum berangkat sekolah, se pulang dari sekolah, dan saat makan malam bersama. Bapak juga sungguh suka sekali. Aku bisa makan dengan lahap, bahkan hingga nambah nasi hingga dua piring.

Dan malam ini, kugoreng kembali tiga ekor ikan kembung asin untuk makan malam bersama anak-anakku. Sang suami berangkat ke Jakarta tadi siang. Dia sedang mengadakan penelitian di Arsip Nasional Republik Indonesia untuk penyusuan disertasinya. Simbok sedang mengikuti sekolah paket kejar C di salah satu SD di jalan Imam Bonjol.

Hmmm,
sungguh kunikmati waktu bersama anak-anak. Mereka baru saja selesai bersembahyang bersama. menghaturkan canang, mencakupkan tangan, berdoa kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dan kini, kusuapi mereka. Aneh? Tidak bagiku... Putra sulungku sudah duduk di bangku klas 1 SMAN I Denpasar, dan si bungsu sudah di kelas 3 SDN 3 Padang Sambian Klod. Namun, malam ini kududuk dengan nasi se piring besar, dan kusuapi mereka dengan ikan kembung asin. Dua piring besar nasi pun ludes tandas.

Ah ha, lumayan... saling mendekatkan diri dengan makan bersama. Kapan lagi bisa sering-sering begini... sebentar lagi mungkin mereka sudah akan sibuk dengan kelompoknya, para sahabatnya, dan saling bersuapan dengan para pacarnya, dan, kita sebagai orang tua hanya bisa menyaksikan, dan ditinggal sendirian, eh hehe.

Jumat, 05 November 2010

Adikku Peternak Lele

Namanya Dewa Nyoman Diwya Artha Kesuma, Dia adik kandungku. Kami berempat bersaudara. Kakakku telah menikah dengan miliki dua anak, Padma dan Wulan. Lalu sebagai anak ke dua, kumiliki anak dua pula, Wayan Adi Pratama dan Made Yudhawijaya. Adikku ini, miliki seorang anak perempuan, Desak Putu Tantri. Lalu masih ada si bungsu adikku, Dewa Ketut Karma Susatia, yang miliki tiga anak. Dewa Putu Aditya,Desak Made Putri Saraswati, dan Dewa Nyoman Graha Danartha.

Adikku, si Dewa Nyoman, pernah mengecap bangku pendidikan di Universitas Trisakti. walau sejak awal dia telah menyatakan keberatannya untuk melanjutkan pendidikan ke bangku universitas, namun orangtua tidak ingin kami merasa dianaktirikan. Dan, pada tahun kedua masa pendidikannya, dia mengundurkan diri. Kini dia menjadi peternak lele.

Pada saat kami berkesempatan berkumpul bersama lagi di awal minggu November 2010 ini, di kota Pontianak, Kalimantan Barat, kusempatkan berkunjung ke kolam lele yang dimilikinya. Hujan gerimis yang luruh satu-satu tidak menghalangi niat kami, ibuku, kakak kandungku, dan aku, untuk mengendarai mobil menuju rumahnya yang terpisah sekitar 15 km dari rumah ibu. Bapak telah meninggal dua tahun lalu. Ibu masih mengelola usaha yang ditinggalkan bapak. Maklum... orangtua jika disuruh diam saja tidak bakal bisa betah.

Ada 5 petak kolam lele yang terbuat dari adukan batako dan semen, berukuran 2 X 4 meter, sebanyak 5 buah, yang dimilikinya. Setiap kali membeli bibit lele, adikku ini bisa membeli sejumlah 10.000 s/d 25.000, dengan harga sekitar 500 rupiah per ekornya. Pakan lele yang masih berusia di bawah satu bulan seberat 10 kg, seharga Rp. 115.000. Lalu, untuk lele yang telah berusia satu hingga dua bulan, pakan ternak yang diberikan adalah 781 - 2, dengan harga 230 per 10 kg nya, diberikan pagi dan sore hari. Untuk lele yang telah berusia di atas dua bulan, dia mengusahakan ayam tiren, ayam mati kemaren, yang didapat dengan harga Rp 1.000 per ekor. Dia mencarinya hingga ke berbagai pelosok tempat pemeliharaan ayam, termasuk ke Jungkat, berpuluh km dari kota Pontianak. Ayam2 ini lalu dibersihkan bulu-bulunya, dan kemudian direbus, lalu dipotong sebelum diberikan pada ikan lele yang telah berusia di atas 2 bulan.

Ikan lele yang telah berusia 3 bulan dan pantas panen, akan diangkut oleh para pengepul ikan lele. Biasanya, sekali panen, adikku ini bisa panen sekaligus 100 hingga 300 kg, dengan harga Rp. 19.000 per kilonya. Dia bisa panen se tiap bulan.

Adikku ini memilih jadi pengusaha dan peternak lele, dengan alasan lebih bisa bekerja sendiri dan memanage dirinya sendiri. Berkali dia mencoba bekerja sama dengan orang lain, berkali pula gagal. Dan, dalam menjalankan bisnis ini, sering pula gagal, karena tingkat kadar keasaman air yang tinggi, udara yang terkandung dalam air berkurang, kebanyakan pakan hingga lumpur tinggi di dasar kolam, dan bibit yang terlalu banyak dalam kolam.

Hmmm....
Dia sungguh ulet dalam menjalankan usahanya. Aku tidak malu memiliki adik seorang peternak lele. Apapun usaha yang kita tekuni, jika bersungguh, akan menentukan kualitas kepribadian seseorang. Bukan tujuan yang tentukan tingkat keberhasilan, namun bagaimana rangkaian proses kita dalam mencapai tujuan yang telah kita tetapkan dalam kehidupan ini. Dan dia adalah adikku......

Puja Trisandhya bareng Emak, dengan Simbol dan Sarana Memuja Tuhan


Ekaaksaram param brahman

Praanaayaamah param tapah.

Saavitryastu param nasti

Maunaat satyam visisyate.

(Manawa Dharmasastra II.83)

Maksudnya: Aksara suci Omkara simbol tersuci mencapai Brahman, pranayama cara tapa yang utama, Savitri adalah Mantra tertinggi dan mona (diam rohani) yang utama.

Hari terakhirku di kota yang penuh dengan sejuta kenangan. Pukul 11 pesawatku akan menghantarku menuju Jakarta. Pontianak adalah kota kelahiranku, mengawali hidup di dunia. Ada emak dan keluarga besar, juga para sahabat, tetangga, dan ingatan masa lalu. Sedih? Ya. Entah kapan akan tiba kembali, menguntai jejak langkah disini. Telah kumiliki keluarga ku sendiri, pekerjaanku, jalan kehidupanku, di pulau Bali. Namun, dengan Tuhan dalam hati, yakinku bahwa, hari terakhir disini, last day in paradise, not means last day I believe always in God, give another chance. Maka, dengan setangkup doa di pagi dini hari, se keluarga melantunkan Puja Trisandhya bersama. Didahului dengan penyucian diri dan pengucapan mantra Om Kara. Hmmm, emak melantunkan dengan fasih, perlahan, kuiringi satu demi satu.....


http://okanila.brinkster.net/DataCetak.asp?ID=508 menjelaskan bahwa

SIMBOL Tuhan itu memang bukan Tuhan. Simbol tersebut adalah sarana. Dengan sarana yang berupa simbol Omkara itulah Tuhan dirasakan lebih mudah dipuja terutama bagi umat Hindu yang awam pada umumnya. Tetapi dengan sarana simbol Tuhan tersebut manusia merasa lebih dekat dengan Tuhan. Sarana tersebut adalah alat. 


Swami Dayananda Saraswati menyatakan bahwa aksara Omkara itu adalah sarana tertua dari sebutan untuk Tuhan dalam tradisi Veda. Dalam Bhagawad Gita VII.8 dinyatakan: pranava sarvavedasu. Artinya Tuhan itu (disimbolkan) dengan aksara suci Omkara di dalam semua Veda.

Bahkan, dalam Manawa Dharmasastra II.74 dinyatakan bahwa hendaknya mengucapkan Omkara Mantra setiap permulaan pengucapan dalam mempelajari Mantra Veda. Karena kalau tidak didahului dengan Omkara pelajaran Veda akan tergelincir menyasar. Demikian juga kalau tidak ditutup dengan pengucapan Omkara kesucian Veda akan menghilang. Bahkan, pengucapan Omkara sebagai sebutan Tuhan harus didahului dengan penyucian Pranayama dan Tirtha Pawitra. Ini mengajarkan kita umat Hindu untuk tidak sembarangan menggunakan simbol Omkara tersebut. Dalam sloka berikutnya dinyatakan bahwa Omkara tersebut diperah oleh Tuhan (Prajapati) dari tiga Veda suara A, U dan M serta dari Wyaahrti Bhur, Bhur Swah. Jadi keberadaan aksara Omkara atau juga disebut Bija Mantra atau Pranawa Mantra sangat disucikan menurut ketentuan kitab suci agama Hindu. Oleh karena itu, penggunaan aksara suci Omkara itu tidak boleh sembarangan. Aksara suci Omkara itu bukanlah sekadar hiasan yang menarik dan hanya bernilai seni. Omkara itu simbol sakral keagamaan Hindu.

Kamis, 04 November 2010

My Love


Love & magic have a great deal in common.

They enrich the soul,

delight the heart,

and they both take the practice....

Rabu, 03 November 2010

Dunia Ini Begitu Kecil.....

Mengawali perjalanan dari Bali, ternyata tidak sendiri. Di bandara Ngurah Rai, kutemui banyak orang yang kukenal, juga akan bepergian. Ada sang pakar seks, Doktor Wimpie Pangkahila, ada Prof. Ramantha, dekan FE Unud. Dengan beragam tujuan dan cara, kita semua berusaha terlibat dalam berbagai proses kehidupan, susah dan senang, baik dan buruk, kaya dan miskin, tua dan muda. Hmmm, kan kubuktikan, bahwa tiap orang punya hak untuk berkembang sesuai dengan standar norma yang berlaku, walau mungkin daku dengan tertatih tatih.


Di Bandara Soekarno Hatta, sambil lesehan di lantai ruang terminal keberangkatan A3 ini, menanti keberangkatan pesawat yang delay ber jam, kukenal Ibu Cicilia dari Jogja, dia bakal melanjutkan penerbangan ke Jambi. Dia merupakan praktisi dalam dunia pendidikan, terlibat langsung dalam penanganan perkembangan pendidikan di kalangan para pengungsi di Muntilan, akibat bergeloranya Merapi. Ah, kenanganku tentang Jogja, semasa lima tahun tinggal dan menggeluti kota tersebut, berharap semoga penghuninya baik-baik saja. Segala harapan bagi mereka yang sedang menderita dengan segala perasaan was was yang melanda, baik di lokasi pengungsian, dan di tiap rumah masing-masing. Ingin sekali terlibat langsung dalam proses penanganan ini. Jiwa dan semangat sosial memanggil. Namun, bukankah tiap orang punya skala prioritas pula?


Hmmm...

Baru Selasa kemarin, 2 November 2010, kami, warga STPNDB, mengadakan kegiatan Galang Dana STPNDB Peduli bencana, dan Senat Mahasiswa sedang merencanakan penggunaan dana tersebut dengan sebaik mungkin. Mungkin, tidak lah banyak jumlah yang berhasil kami kumpulkan, Namun, ini sungguh berarti, karena sumbangan yang diberikan dengan tulus ikhlas tersebut menunjukkan kepedulian dan nilai kemanusiaan yang sesungguhnya ada dalam diri tiap umat manusia di dunia.... Hanya perlu sedikit letupan untuk memotivasi mereka. Dan, sudah kubuktikan, berkali, bahwa mereka mampu, mereka mau.


Dan kini...

Dunia ini terasa begitu kecilnya. Harus mengakui kuasa Tuhan, Sangkan Paraning Dumadi, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pesawatku delay ber jam. Perjalanan menemui si emak tertunda. Termasuk ke Jambi. Dan, Makasar. Cuaca buruk jadi tertuduh kali ini. Ah ha.... Kami pun, dari beragam profesi, berbagai latar belakang kepentingan dan tujuan, antri makanan disini, saling berdiskusi, lalu melanjutkan dengan gaya masing2. Ada yang bekerja, ada yang tertidur, ada yang tiada henti berceloteh. Ehm, dunia ini begitu kecil....

Senin, 01 November 2010

STPNDB Peduli Bencana


Tuhan, restui niat tulus ini.

Kuawali untuk mengetuk sisi hati tiap insani yang berkaitan dengan STPNDB.

Karena kami bukan kumpulan orang manja yang tidak peduli sesama,

karena kami datang dari berbagai penjuru dunia,

karena segala beda: agama dan suku bangsa, miskin dan kaya,

guru dan murid, tua dan muda, tidak jadi perintang untuk mengabdi bagi negeri ini....


Selasa, 2 November 2010. Pukul 8 pagi di Ruang Administrasi Perhotelan. Ben dan Wiras Dipa sudah hadir dengan senyum manisnya. Kuangsurkan kotak kosong bekas kertas A4 kuarto. Kami merencanakan untuk mengawali hari dengan Spontanitas Galang Dana STPNDB Peduli Bencana. Dan... karena hidup tidak bisa berjalan sendiri, maka kubutuhkan bantuan dan keterlibatan mahasiswa ini.Mereka akan berusaha mengetuk pintu hati para mahasiswa yang sedang praktek di dapur untuk turut memberi sumbangan dengan ikhlas.

Bersama Ibu Tri Ariani yang kutemui di tempat postingan kehadiran, finger print, kami menghadap ketua STPNDB, Dr. Madiun. Tidak perlu segala proposal, segala urusan formal, yang kukhawatirkan akan memperpanjang perjalanan kami. Beliau memberikan ijin dan restu untuk kegiatan penggalangan dana tersebut. Maka, Kami bergerak membawa kotak bekas. Tujuan kami pertama adalah Gedung Padma. Blok gedung yang terjauh ini menjadi sasaran kami. Menaiki anak tangga, menuju lantai dua, Gedung Padma Blok A, ruang PA 201, DIV ADH A smt 3 dengan 30 an mahasiswa menanti. Kotak beredar dengan cepat, mereka mengeluarkan jatah uang jajan mereka, dan disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan. Kemudian kami beralih ke ruang sebelah, PA 202, dengan DIV ADH B smt 3, lalu PA 203, DIV ADH C smt 3. Dan... kudaulat 3 siswanya untuk membantu kami melanjutkan perjuangan penggalangan dana. Kami dapatkan Dayu, Rah Kartika, dan Galih.

Lalu kemudian beralih lantai 3, dengan mahasiswa DIV ADH smt 5 A, B, dan C. lantai 1, lalu berpindah ke gedung Padma B, lantai 1, ke lantai dua, dan lantai tiganya. Kemudian berpindah ke gedung lain, kali ini, Rebab A dan Rebab B. Bergeser kembali ke gedung Lontar A dan B. Akhirnya, lengkap semua mahasiswa yang sedang berada di kampus STPNDB di sasar. Lumayan melelahkan, dengan.. belum sempat sarapan, turun naik lantai gedung, keluar masuk satu ruang ke ruang kelas lainnya. Dan... tak lupa ber foto narsisss. Ehm.

DIV ADH smt 5 (A,B,C), DIV ADH smt 3 (A,B,C), DIV ADH smt 1 (A,B,C), DIV MAH smt 5, BHP smt 1, DIV MKH smt 1, DIV MKH smt 3, DIV MKP smt 1, 3, MBP smt 1, 3, DIII MTH smt 1 (A,B), DIII MTH smt 5 (A,B), MDK smt 5, DIII MTB smt 1 B, DIII MTB smt 3 B, DIII MTB smt 5 (A,B), DIV DPW smt 1, BAP (Jerman, Perancis, Jepang).

Kami kembali bergerak ke gedung Rektorat, tempat berkumpul para dosen dan pegawai, untuk rehat sejenak, sebelum melanjutkan berbagai aktivitas lainnya. Mengedarkan kotak sumbangan dengan harapan ada kerelaan menambah jumlah yang ada di sana. Dan... akhirnya, selesai sudah seluruh rangkaian perjuangan ini. Kotak sumbangan akan mereka hitung bersama, akan mereka tentukan langkah pembagian alokasi besaran dana, bagi berbagai lokasi yang akan mereka sasar mendapat bantuan. Ehm, mereka adalah para pemimpin muda yang sudah cukup cakap, cukup mumpuni, dalam me manajemen i urusan sumbang menyumbang ini. Beri mereka kepercayaan penuh. Trims Senat Mahasiswa, Trims, orang-orang yang sudah sangat peduli pada sesama. Usaha ini adalah dari kalian, untuk kalian pula.

Trims Ibu Tri. Trims Teko, Dayu, Galih. Trims Ben Marlon, Wiras Dipa. Trims semua, bersama kita pasti bisa.... Sorry Ekstensi, gak ikut tertarik, krn keterbatasan waktu. Maaf seluruh teman dan murid yang ga ikut jumpa. Bukan maksud hati meremehkan. Apa daya, hanya segini kemampuan kami. Doa tulus kalian sungguh berarti....