Sabtu, 30 April 2011

May Day 2011

May Day 2011, adalah Hari Buruh Sedunia....
"Sampai dimana kesejahteraan dan upah para buruh
sudah diperhatikan oleh pemerintah"
semoga pemerintah lebih bijak.

Namun, May Day 2011,
adalah juga hari-hari resahku
mengenang, menjalani, dan berharap
akan hari-hari pasti dalam genggaman

Semoga kasih akan selalu terangi tiap jejak langkah
Semoga persahabatan dan kekeluargaan
akan jadi penuntun dalam segala kekurangan
hingga proses perjalanan
akan menghantarku sampai pada tiap tujuan....

Selasa, 26 April 2011

Pagerwesi

Ida Sang Hyang Pramesti Guru.... Berikanlah bimbingan dan tuntunan selalu pada kami, agar selalu menjadi pribadi yang bijak dan kokoh dalam menegakkan Dharma selalu di jalan Mu. Seuntai nada kami lantunkan dalam puja bagi Mu pada Hari Raya Pagerwesi. Haturan banten yang kami persembahkan sebagai tanda bhakti pada Mu, semoga semakin menyadarkan kami syukur atas segala berkah dan anugerah yang masih boleh kami terima selama ini.


Buda Kliwon Shinta, 27 April 2011, Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia. Semoga kita semua bisa semakin dewasa dan bijak dalam menyikapi berbagai situasi dan kondisi yang ada.


Semoga kita bisa saling menghargai dan mengasihi sesama di antara kita semua, karena :

We come to love, not by finding a perfect person,

but by learning to see an imperfet person perfectly.....

Prove The Spirit..... Buktikan Semangatmu, Bro!!!!

Don't let others change your life,

Be your own change agent and implement the changes you want.

Jangan biarkan org lain pengaruhi dirimu,

Jadilah agen perubahan itu sendiri dan melakukan perubahan yang kau inginkan secara bertanggungjawab


And if an unexpected change occurs in your life,

find the positive in it.

Jika terjadi hal-hal yang mengecewakanmu,

pandanglah dan temukan hal positif.


Rather than wasting your energy and wasting your time,

focus on the positive.

Daripada menyia-nyiakan energi dan waktumu percuma,

fokuslah pada hal-hal positif


In some cases,

search for the positive.....

Cari selalu hal-hal positif....


There is opportunity in every change.

Selalu ada kesempatan dalam setiap perubahan yang terjadi


(Catherine Pulsifer)

Beautiful Quotes, Worth It


Enjoy life,

This is not a rehearsal.

Nikmati hidupmu. Ini bukan latihan....


Don't fear pressure

for pressure is what turns rough stones into diamond.

Jangan takut akan tekanan, karena dia bakal mengubah batu menjadi berlian.


Heal the past, Live the present, Dream the future.

Terima dan hargai masa lalu, Aktifkan dan isi masa kini, Mimpikan dan wujudkan masa depanmu.


Don't count the days, make the days count.

Jangan selalu menghitung dan menanti hari-harimu, biarkan hari dan waktu yg terbilang selalu.....


Don't allow guilt to eat away at your happiness

Accept your mistakes.

It will make you fell much better.

Jangan biarkan kesalahan dan kekalahan membuat kebahagiaan berlalu,

Terima kesalahan dan bangkitlah berjuang.

Ini akan membuatmu menjadi lebih bersemangat.


The world is like a mirror.

If you face it smilling, it smiles right back.

Hidup bagai cermin.

Jika kita tersenyum menghadapinya, maka dunia juga akan ikut tersenyum....


Learn to listen.

Opportunity sometimes knocks very softly.

Belajarlah untuk mendengarkan,

Terkadang.... kesempatan datang dengan sangat perlahan dan sayup terdengar.


Good times, become good memories

Bad times, become good lessons.

Waktu2 indah bakal menjadi kenangan yang indah pula.

Namun waktu2 yang buruk bakal menjadi bahan pembelajaran yang baik untuk kita semua.


It is not the scenery you miss by going too fast.

Ini semua bukanlah pemandangan yang akan membuatmu merasa kehilangan yang teramat sangat,

karena semua bakal selalu berkembang, berubah, berjalan, dan mengalir terus menerus.....


I look to the future because that's where I'm going to spend the rest of my life.

Lihat selalu ke depan, karena kita hidup untuk dan demi masa depan, bukannya demi masa lalu


Live your life to the fullest......

Maka, selalu isi hidup dan kehidupan dengan berbagai aktivitas positif.....

Senin, 25 April 2011

Manusia-manusia Bersahaja (Kencanku bersama Rousseau dan John Locke)

Manusia2 bersahaja, lebih tepatnya orang2 bodoh, pasti akan merasa sakit hati terhadap manuver2 politis dari diskusi publik, karena perdebatan rasional kritis yang panjang akan sanggup menelanjangi kepentingan2 mereka yang paling tersembunyi sekalipun ( Kaidah Opini John Locke dalam Contract Social Rousseau))


Dahulu, banyak hal yang terjadi pada banyak tempat, ruang dan waktu tidak dapat dengan mudahnya diakses oleh publik. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, keterlibatan wartawan, dan berbagai pihak lain, hal tersebut sudah menjadi semakin kian transparan, dunia bagai tanpa batas lagi (borderless world). Mulai dari rahasia negara, rahasia pribadi, berbagai peristiwa dan kelakuan bisa dengan cepat tersebar dan tersiar ke berbagai pelosok dan penjuru dunia. Betapa hal yang dulu dianggap tabu atau tidak mungkin, kini menjadi konsumsi publik, dan menimbulkan banyak opini mengenai hal tersebut. Bahkan, hal yang dulu termasuk sakral, kini dijadikan komidifikasi dan dibuat profan. Guru tidak lagi semata digugu dan ditiru, pejabat dan para pemuka tidak lagi dianggap sebagai satu2nya teladan dan tiap katanya dipatuhi. Orangtua tidak lagi ditempatkan bagai menghargai surga yang ada di balik telapak beliau.


Masyarakat kelas bawah (grass root) ini akan dapat ditata dengan lebih baik apabila diatur di dalam koridor hukum yang berkaitan dengan adat istiadat yang sudah matang / mapan. Kesahajaan adat istiadatlah yang merupakan pelindung dalam melawan berbagai bentuk diskusi menjengkelkan, sementara kesahajaan yang munafik / berpura-pura yang bakal membuat terjadinya disharmoni antara satu dengan lainnya, terjadinya hegemoni.


Opini di ruang terbuka publik ini, menurut Locke, masih membutuhkan sebuah tuntunan agar mampu menerapkan fungsi gandanya. Alasannya sungguh sederhana, sebagai sebuah opini yang masih lugu, bersahaja, ungkapan ini mengemban tugas kontrol sosial. Jika tiada sensor yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, maka opini tersebut bakal diterima mentah-mentah.Misalnya, betapa seorang Norman Camaru bisa menarik perhatian massa dengan suara dan tariannya, Justin Bieber bisa membuat euphoria remaja yang menangis histeris di bandara Soeta karena gagal menemuinya. Nilai UAN menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang siswa.


Opini publik adalah serangkaian hukum yang sensornya adalah para manusia itu sendiri sebagai tuan dari dirinya. Hal ini sesuai dengan Kaidah Opini dari John Locke : "Siapapun yang menilai adat istiadat berarti menilai kehormatan, dan, siapapun yang menilai kehormatan pasti mengambil kaidah penilaiannya itu dari opini (On The Social Contract, John Locke).


Namun, mengapa kemudian masih terjadi konflik di tengah masyarakat bila manusia-manusia ini telah memiliki opini tersendiri yang sungguh positif karena mampu melakukan sensor dan pengawasan, adalah karena dia membutuhkan legislasi. Dan ini membutuhkan arahan. Sama seperti opini dalam fungsinya sebagai kontrol sosial memerlukan pengartikulasian lewat sensor, maka opini dalam fungsi legislatif memerlukan pengesahan dari orang yang berwewenang.


Vis a vis opinion adalah kekuasaan, namun yang ini pun ternyata menghadapi bahaya menjadi picik, karena kekuasaan lalu menemukan dirinya berada di dalam situasi yang genting. Karena tidak dapat bersandar kepada kekuatan maupun diskusi publik (ni la force ni la resolution), maka kekuasaan harus berlindung di bawah otoritas dari sebuah pengaruh yang tidak langsung, " yang dapat memaksa tanpa menggunakan kekerasan dan meyakinkan tanpa menipu"


Hal ini menjelaskan, bahwa adakalanya, demokrasi terkadang menjadi sebuah bentuk demokrasi yang manipulatif, menggunakan kekuasaan sebagai kekuatan untuk menekan pihak lain yang berseberangan. Walaupun kemauan umum terlihat jelas arahnya, namun penilaian dari masing-masing pihak yang akan membuat banyak pandangan terhadap duduk persoalan seperti apa adanya, bahkan terkadang terkesan sengaja diperlihatkan. Hmmm, Betapa sungguh, Ruang Publik menuntut kita, para manusia bersahaja, untuk semakin bertambah dewasa dan bijak dari hari ke hari....

Minggu, 24 April 2011

Pancake Ceria di Penghujung Minggu

Sudah sejak seminggu ini Adi berbicara mengenai Pancake. Topiknya berkisar tentang.... "Ma, kapan kita bikin Pancake?" Hmmm. Walaupun bukan seorang pakar makanan, juga pakar dalam membuat makanan, namun keluarga kami termasuk sering melakukan eksperimen mengenai berbagai jenis makanan. Dari yang direbus, digoreng, dibakar, dibumbui, ato cuma sekedar bikin bubur, lalu disiram kecap asin.

Lagipula... aku percaya, anak-anak dan remaja, adalah masa golden age, dimana energi berlipat2 dan harus disalurkan secara positif. Mereka membutuhkan berbagaimacam saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas mereka semua.

Hari ini, setelah selesai dengan serangkaian acara sepanjang pagi hingga siang hari, kupastikan bisa meluangkan waktu bersama anak-anak untuk menuntaskan rencana ini. Aku keluar dengan mengendarai sepeda motor bersama Adi. Kami membeli se kantung tepung cakra untuk tepung terigu, sepuluh butir telur, susu kental manis dari Dancow, sirup strawberry merek Marjan, se kotak tanggung es krim tiga rasa. Di rumah masih ada buah-buah lungsuran / sisa upacara Saraswati kemarin. Ada pisang susu, ada buah pear, ada jeruk.

Setiba di rumah, Yudha si putra bungsu segera mencuci tangannya, dia ingin ikut mengaduk adonan kue. Kutuang seperempat kg tepung terigu ke dalam baskom adonan kue, Adi memecahkan 4 butir telur, kutambahkan sepertiga gelas gula pasir, setengah gelas air minum, dan mereka mengaduknya dengan tangan. Hohoho, rasanya asyik tentu....

Segera kuletakkan penggorengan di atas kompor menyala dengan api kecil, sedikit minyak, dan Adi menuangkan adonan tersebut, membaliknya ketika sudah mulai menguning. Terakhir, lalu dia menggoreng 6 buah pisang yang telah dikupas. Yudha sibuk menyiapkan 6 buah piring, satu bagiku, satu untuknya sendiri, satu buat kakaknya, satu untuk si bapak, satu lagi untuk simbok, dan.. satu bagi tantenya dan si Om, yang tinggal di belakang rumahku.

Setelah Adi menuangkan kue yang sudah matang ke atas masing-masing piring, simbok mengisi bagian atas kue dengan pisang goreng dan potongan kecil buah pear dan jeruk. Lalu Yudha menuangkan susu kental manis dari botolnya, sirup strawberry berikutnya, lalu es krim disendokkan Adi di bagian paling atas. Hmmm, yummy. Jadilah sudah. Dan... duduklah kami di dapur sempit rumah, di antara tumpukan buku dan lemari. Hohoho.... indahnya sebuah kebersamaan. Bukan dari segi materi atau betapa banyak kuantitas kita untuk selalu kumpul bersama, namun kualitas yang akan menentukan se berapa bahagia kita....

Pancake ditaburi berbagai buah, disiram susu cokelat, limun, dan es krim, hasil masakan dan karya artistik anak-anakku. Hmmm, boleh juga. Sudah bisa buka warung makan khusus buat emak & bapaknya doang .....

Sabtu, 23 April 2011

Saraswati

Indahnya Saraswati bersama Yudha dan Adi, juga Sang Suami terkasih, Saniscara, Kajeng Umanis Watugunung, 23 April 2011. Saraswati adalah hari dimana ilmu pengetahuan diturunkan ke muka bumi oleh Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Semangat menanamkan nilai luhur, memupuk dan mengembangkan dalam berbagai aplikasinya di dunia kehidupan ini, menghantarku pada upaya persiapkan seluruh keluarga di pagi hari...


Adi, si sulung yang bersekolah di SMAN I Denpasar, grafis desainer, calon dokter, senang berhemat, rajin me banten, namun terkadang masih manja bhianget, sudah berangkat ke sekolah untuk bersembahyang di Pura sekolahnya semenjak pagi. Yudha, si bungsu yang masih duduk di bangku kelas 3 SDN 3, pelukis muda dengan segala goresan di buku dan tembok rumah, pencinta binatang dan gemar bersepeda ria, juga sudah berangkat menuju sekolah dengan mengenakan busana adatnya.


Rencananya, aku akan berangkat menuju Pura Niti Bhuwana di kampus STPNDB, di Nusa Dua. Namun demam yang melanda membuatku memilih tertidur bersama suami yang juga baru sembuh dari sakitnya. Tuhan Maha Mengerti, dan bukankah masih ada waktu juga kesempatan lain untuk menunjukkan bukti bhakti kami pada Beliau dengan segala manifestasinya... Kami terjaga saat anak-anak sudah tiba dari sekolah.


Sore hari, kami mewujudkan rencana lain yang telah kami sepakati... Banten Saraswati kuhaturkan di Padma rumah kami, kugelar tikar untuk duduk bersama, suami menjadi pemimpin persembahyangan sekeluarga. Puja Trisandhya mengalir indah bersama panca sembah. Sinar rembulan membagikan cahayanya dengan dihantarkan wangi dupa melati yang semerbak menyeruak udara di sekeliling kami.


Selesai dengan lantunan puja dan puji syukur bagi Hyang Widhi dan Bunda Gayatri di Padma rumah kami, sekeluarga bergerak menuju Pura Jaganatha yang berada di bagian Utara Perumahan, kembali menghaturkan rangkaian buah dan kue dalam sebuah bokor perak kecil. Lalu kami lanjutkan menghaturkan sembah sujud di Pura Dalem Pejarakan Ulun Lencana, Pura Padmasari di Kampus Sastra Unud, hingga Pura Padmasari di Kampus Pascasarjana Unud di Jalan Sudirman.


Tatkala menyapa Rumah Tuhan di sini, Kampus Sudirman, terlihat para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Unud sedang menggelar rangkaian acara Gema Bersama Saraswati. Ada Bondres, ada tari Cili Naya, diiringi oleh gamelan gong yang dimainkan oleh para mahasiswa itu sendiri. Juga pengumuman pemenang lomba merangkai gebogan, penjor dan busana adat ke Pura. Ada pula para dosen yang datang bergabung bersama mereka. Tema yang digelar pada GBS ke 31 kali ini adalah Satyam Siwam Sundaram, Manunggal Guna Ika Wiakeng Widyotama.


Hmmm, indahnya kebersamaan ini, bersembahyang memperlihatkan wujud kebersamaan, memanjatkan rasa syukur pada Sang Hyang Widhi, walau hanya dengan haturan yang mampu kami persembahkan. Astungkara, Tuhan.... takkan kugadai cintaku ini......


http://fpmhd-unud.blogspot.com/2009/01/dewi-saraswati.html

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Saraswati.


Perihal sosok cantik untuk menggambarkan Dewi Saraswati, sesunguhnya mengandung arti simbolis. Bahwa apa yang digambarkan cantik itu pasti menarik, karena Dewi Saraswati adalah Dewi ilmu pengetahuan, maka tentu saja akan membuat umat manusia tertarik untuk mempelajari ilmu pengetahuan itu sendiri. Ketertarikan di sini jelas bukan dari segi fisik biologis, melainkan harus dilihat etis-religius. Bahwa mempelajari ilmu pengetahuan sebenarnya adalah salah satu bentuk bhakti kita kepada Dewi Saraswati. Tentu saja ilmu pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Ilmu pengetahuan merupakan harta yang tak ternilai harganya, sebab selama manusia itu hidup, ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak akan habis atau berkurang malah akan bertambah terus sesuai dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan. Lain halnya dengan harta benda duniawi yang sewaktu-waktu bisa habis, kalau tidak cermat memanfaatkannya. Ilmu pengetahuan merupakan senjata yang utama dalam meningkatkan kehidupan dunia ini. Orang bisa mencapai kedudukan yang terhormat, kewibawaan, kemuliaan kalau memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.


Dalam ajaran Tri Murti menurut agama Hindu, Sang Hyang Aji Saraswati adalah saktinya/kekuatan Sang Hyang Brahma. Beliau diwujudkan sebagai wanita cantik bertangan empat lengkap dengan berbagai atributnya antara lain: wina/alat musik, teratai, genitri, cakepan/kitab. Disamping itu terdapat pula burung merak dan angsa. Dari semua atribut itu memiliki makna sebagai beikut:

  1. Genitri adalah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu tidak pernah berakhir sepanjang hidup dan tak akan pernah habis dipelajari.
  2. Cakepan/kitab adalah lambang sumber ilmu pengetahuanWina/alat musik adalah mencerminkan bahwa ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi rasa estetika/keindahan dari manusia.
  3. Teratai sebagai stana / linggih Hyang Widhi.
  4. Burung merak melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu agung dan berwibawa.
  5. Angsa adalah simbul dari kebijaksanaan untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Dan juga angsa merupakan lambang kekuasaan di ketiga dunia (tri loka) karena ia bergerak di tiga unsur alam yaitu di air, darat maupun di udara.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai tempat bagi kalangan pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran kepada anak didiknya. Sangat tepatlah sekolah yang berada di daerah Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dibuatkan monumen ilmu pengetahuan dalam bentuk patung Dewi Saraswati untuk mengabadikan symbol suci ilmu pengetahuan. Hal ini dapat memberi ciri khas dan wibawa sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan. Di samping tujuan tersebut dapat juga bermanfaat dalam proses pembelajaran di antaranya, yaitu :

  • sebagai motivasi belajar bagi anak didik
  • sebagai media pembelajaran agama Hindu
  • sebagai obyek dan media dalam pembelajaran seni rupa
  • sebagai salah satu unsur untuk menciptakan keindahan halaman atau taman sekolah

Jumat, 22 April 2011

Dear Friends... (Sohibku)

To realize the value of ten years, ask a newly divorce couple

(Untuk menyadari betapa berharganya waktu 10 tahun berlalu... tanyalah pada org yang baru bercerai)


To realize the value of four year, ask a graduate

(Untuk menyadari berharganya waktu selama 4 tahun, tanyalah seorang mahasiswa yg baru tamat)


To realize the value of one year, ask a student who has failed a final exam

(Betapa berharganyai waktu yang berlaku selama setahun, tanyalah orang yang baru gagal ujian akhir)


To realize the value of nine month, ask a mother who gave birth to a still born

(Untuk menyadari waktu selama 9 bulan adalah bernilai, tanyalah seorang ibu yang baru melahirkan...)


To realize the value of one month, ask a mother who has given birth to a premature baby

(Untuk menyadari berharganya waktu selama sebulan, tanyalah ibu yang baru melahirkan bayi prematur)


To realize the value of one week, ask an editor of a weekly newspaper

(Baru kita pahami betapa bernilainya waktu selama seminggu, tatkala kita tanyain seorang editor suratkabar mingguan)


To realize the value of one hour, ask the lovers who are waiting to meet

(Untuk menghargai waktu satu jam, barangkali kita bisa bertanya pada dua orang kekasih yang saling berjanji untuk berjumpa)


To realize the value of one minute, ask the people who has missed the train, bus or plane

(Betapa berartinya waktu selama satu menit bisa kita tanyakan pada orang yg tertinggal kereta api, bis ato pesawat terbang)

To realize the value of one second, ask a person who has survived an accident

(Untuk menyadari bertapa bernilainya waktu satu detik, tanyalah pada orang yang baru selamat dari sebuah kecelakaan)


To realize the value of one millisecond, ask the person who has won a silver medal in the Olympics

(Betapa berharganya waktu selama se per sekian mili detik jika kita tanyakan ini pada orang yang baru memenangkan medali perak pada sebuah lomba olimpiade, sedang dia inginkan medali emas)


Time waits for no one....

(Waktu takkan menunggu kita, kita yang telah menyia-nyiakan waktu yang ada)


Treasure every moment you have. You will treasure it even more when you can share it with someone special

(Taklukkan dan perlakukan dengan tepat tiap waktu yang kita miliki, termasuk saling berbagi dengan orang-orang yang istimewa)


To realize the value of a friend, lose one.

(Untuk menyadari nilai seorang sahabat, cobalah rasakan saat kita kehilangan sahabat kita)


The origin of this letter is unknown, But it brings good luck to everyone who passes it on.

(Ke sahih an surat ini tidak diketahui, namun menentukan keberhasilan kita saat kita berhasil melakukannya dalam dunia nyata...)

Rabu, 20 April 2011

Raden Ajeng Kartini & Dewi Sartika

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879 dan meninggal tanggal 17 September 1904. Judul buku yang merupakan kumpulan surat-suratnya, Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.

RA Kartini yang merupakan puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai daerah lainnya. Betapa ia mampu mendorong semangat kaum wanita dalam memperjuangkan hak-haknya. Beliau membuktikan semangat dan tekadnya dengan mendirikan sekolah gratis bagi anak perempuan di Jepara dan Rembang. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia seutuhnya.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria. Tidak diperkenankan melanjutkan pendidikan, bahkan tidak memiliki kebebasan dalam menentukan jodoh dan pernikahan. Perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, juga kaum pria, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.

.Dewi Sartika dilahirkan di Bandung, 4 Desember 1884 dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya seorang patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, hingga kemudian menikah dengan seorang Asisten Residen.

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar. Tatkala berumur sepuluh tahun, Dewi Sartika membuat gempar. Kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan, apalagi di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan, yakni Dewi Sartika. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir akan masa depan Dewi Sartika. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru. Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis.

http://dwiindralestari.blogspot.com/

http://gunawank.wordpress.com/2010/12/14/biografi-lengkap-raden-dewi-sartika/

Sruti dan Smrtimenjelaskan: Sarvam Khalu Idam Brahma, Segalanya adalah Brahman [Chand. 3.14.1]. Vaasudev Sarvam "Segalanya adalah Kreshna" [BG 7.19]. Isaavaasyamidam sarvam yatkincha jagatyaam jagat, apa pun yang bergerak atau tidak bergerak di dunia, semua ini diliputi oleh Ishwara sendirian. [Isa Upanisad]

Tuhan ada dimana-mana, dalam banyak manifestasinya. Maka... jangan pernah berhenti berharap, jangan pernah berhenti berkarya, dalam jalan Tuhan pula. Smoga semangat Kartini dan Dewi Sartika selalu ada pada jiwa kita semua......


Love all, serve all

"Poverty is the mother of crime."
Marcus Aurelius Antoninus (121-180AD)
Roman Emperor, Philosopher

And.... it is absolutely true......

People were created to be loved.
Things were created to be used.
The reason why the world is in chaos,
is because things are being loved
& people are being used

Selasa, 19 April 2011

Meninggal, Kehilangan dan Ditinggal pergi

Teman kantorku meninggal. Namanya Ketut Aplung. Walaupun dia telah bertahun pensiun, namun tetap sedih karena lama waktu yang kami lewati bersama-sama. Rombongan dari STPNDB bersama-sama melayat hari ini ke rumah duka.

Di saat hampir bersamaan, sahabatku yang lain, Bapak Miko, kehilangan kakak kandungnya, Liliek Suwito. Meninggal karena sakit jantung. Padahal, baru seminggu yang lalu ibu mereka, Ibunda Sumiati, meninggal karena serangan mendadak tekanan darah tinggi.

Ah......
Duka mendalam, berlarut karena kepergian, meninggalnya orang yang disayangi oleh keluarga. Hidup ini sungguh hanya sebentar saja, jalani semua dengan sepenuh semangat. Karena hanya Tuhan yang pasti dan miliki kita semua.

Menjadi tua dan mati.... kita semua bisa hadapi ini. Namun, menjadi dewasa dan semakin bijak, hanya kita yang bisa memilih jalur hidup ini. Semoga damai selalu tercipta bagi kita semua....

Senin, 18 April 2011

Anak-anakku, Adi dan Yudha


Not all legends are about victory,
some are about struggle......
Finding out who you are,
and your reason for being (Kafi Kurnia)




Minggu 17 April 2011. Setelah menempuh perjalanan rusak parah dari Asah Badung, Sepang Kelod, menuju Dapdap Putih, sempat terjatuh dan tertimpa motor hingga kaki lebam-lebam, masih bersyukur anak dan suami tidak alami cedera apapun. Aku merasa bersalah pula, karena mengendarai motor kurang waspada, padahal ada suami dan anak di boncengan. Termasuk dengan hilangnya 3 jas hujan dari ransel suami, karena retsleting ransel tidak bisa tertutup.

Akhirnya kami tiba dengan mengendarai Yamaha Jupiter MX pukul 15.00 di Pondok tercinta, hum swit hum. Setelah kuselesaikan mencuci 2 ember pakaian, jaket, celana panjang yang kami kenakan tadi, topi, dan ransel... pukul 6 kami berangkat lagi. Kali ini aku bersama Adi dan Yudha. Kami menuju Pasar Burung Satria yang terletak di jalan Veteran. Harus punya kandang bagi si monyet, agar dia tidak berlarian, atau selamat dari ke lima ekor anjing kami.

Setelah selesai dengan urusan untuk mendapatkan kandang yang sesuai, kusempatkan mampir ke rumah ipar di jalan Antasura. Ya, sudah lama kami tidak mengunjungi mertua yang sekarang berdiam di rumah iparku ini. Tidak lama di sana, kami kembali pulang ke rumah. Tetangga depan rumah sedang merayakan serangkaian upacara tentang perbaikan rumahnya. Dan, bukankah, cukup bijak jika kita ikutan datang mengucapkan selamat bagi mereka?

Malam pukul 10. Ingin kurebahkan tubuh lelah ini, namun masih ingin memeriksa email yang tiba selama 2 hari tidak internetan. Ada beberapa mailing list yang kuikuti, ada beberapa email pula yang harus dijawab, baik tentang jadwal ujian akhir semester di kampus, penugasan beberapa rekan, dan lainnya lagi. Lagipula, si monyet masih belum terbiasa dengan situasi baru, dia mengeluarkan suara2 minta perhatian, lumayan berisik. Dan..... Adi menyampaikan bahwa dia sedang meng install ulang isi perut PC komputer kami, Mozilla dan Chrome belum selesai, juga YahooMessenger.

Olala..... Anakku ini, dia sedang di puncak kreativitas dengan segala energi yang memuncak. Segalanya serba diutak-atik. Bahkan... seluruh data yang kusimpan dg baik di C, terhapus. Termasuk tugas-tugas kuliah yang siap dikumpulkan minggu depan bagi Program Pascasarjana S3 Kajian Budaya Universitas Udayana yang kuikuti.


Aaaaarrrgggghhhh. What a day. Sungguh2 hari yang heboh sekeluarga. Bersama dengan suami dan kedua anakku. Namun.... tetap berbahagia, dan mencoba jadi ibu yang bijak slalu......

Minggu, 17 April 2011

Kawin Lari

Ponakanku, Nyoman Westra akan menikah. Hanya itu yang kutahu semenjak minggu lalu. Maka, aku dan suami sudah semenjak minggu lalu pula bersiap. Namun, setiap kutanya, suami hanya memberi sedikit info. Mereka akan kawin lari. Hwalah......

Namun, setinggi apapun derajat, gelar, kita tetap harus tunduk pada adat, pada para tetua. Maka, Hari Sabtu pagi, 16 April 2011, kukeluarkan Yamaha Jupiter MX milik Adi, putra sulung. Aku mengendarai motor tersebut, dengan suami dan Yudha duduk di belakang. Yup, kenapa tidak? Suami menderita radang persendian. Gejala asam urat. Dan... bukan hal aneh toh, wanita turun tangan membantu mengatasi ini, mengendarai motor. Kami tidak memiliki mobil. Adi baru tiba dari SMAN I Denpasar pk 11.00, pas tatkala kami akan berangkat. Dia tidak akan bareng pulang kampung, karena masih ada kegiatan sekolah yang akan diikutinya pada hari Minggu pagi.

Menyusuri jalan menuju ke Sepang Kelod, Asah badung, sepanjang 2 jam dan 30 menit. Hmmm, jadi teringat masa-masa lalu, saat aku dan suami menggandeng Adi pula, namun kali ini bersama Yudha.

Pk 14.30 kami tiba di rumah tua, sisin tukad Pangkung Singsing. Dengan jalanan yang rusak parah tergerus hujan terus menerus tiada henti semenjak bertahun-tahun.... tiada kepedulian dari pemerintah dan masyarakat, lumayan membuat pinggang dan sekujur tubuh ini babak belur duduk di atas motor. Namun inilah fungsi dan makna kebersamaan dalam kluarga. Enjoy aja kaleeee. Kami cuma alami ini sesekali, sedang mereka, penduduk desa ini, hampir setiap hari.

Kulihat ipar, Nyoman Semadi, sudah tiba dan telah selesai sembahyang rarapan. Hmmm, dia tiba 30 menit lebih awal dari kami. Istri dan anak2nya tidak ikut serta karena bapak mertua ada di ruumahnya di Denpasar, Jalan Antasura. Selesai sembahyang, ipar dan suami, juga Yudha, bergerak ke rumah ipar yang lain di Utara.

Pukul 6 sore.... para ipar sudah tiba kembali, berkumpul dan rembug soal rencana malam ini. Ya, Kawin Lari. Eh hehehe. Jadi teringat 17 tahun lalu. Aku juga bersama suami saat itu kawin lari. Mungkin terasa aneh... kami saling jatuh cinta dan mencintai, namun kenapa mesti kawin lari??? Saat itu aku berontak dan terjadi kehebohan luar biasa. Namun lama baru ku ketahui, walaupun orang tua merestui dan kami berdua saling mencintai, tetap berlaku, dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung. Tidak mungkin seseorang dari kasta sudra melamar kasta kesatria... dan keluarga suami ingin menyelamatkan muka keluargaku, yaitu dengan kawin lari.

Hahaha.... Seorang Profesor, Doktor, bangsawan, bahkan pemuka agama sekalipun, tetap harus ber negosiasi dengan yang namanya adat, masyarakat. Bahhkan, ponakan ku ini, Nyoman Westra dan calon istrinya, Kadek Trimayani. Knapa mereka harus kawin lari?? Karena si Kadek adalah seorang janda berumur 34 tahun, tidak memiliki orangtua lagi, sedang dia tinggal bersama para iparnya. Nyoman berumur 40 tahun. Agar urusan gampang, ya kawin lari. Ahhh. Inilah adat. Mungkin, kita bisa mengubahnya dan mengembangkan situasi yang ada, namun tentu tidak bisa ekstrim. Semua tentu ada hikmahnya......

Pukul 7 malam, si Kadek di jemput di jalan, bergabung bersama ponakan, Nyoman. Di jalan akan masuk ke halaman rumah, banten kami gelar di tanah. Ada Banten Tebasan Duwur Menggala, Banten Biyukala, Banten Biyukaon, BantenPrayascita. Mbok Ngempi dan Mbok Ketut Sukarti bersama-sama menyelesaikan banten ini, Kadek dan Nyoman natap. Selesai, lalu mereka langkahi seluruh banten sebanyak 3 kali bolak-balik, dan mereka diijinkan masuk ke dalam rumah. Ah, sungguh persis sama dengan apa yang terjadi denganku dan suami 17 tahun lalu. Ada lagi banten yang diletakkan di dalam kamar, di atas ranjang pengantin, Banten Dapetan. Hmmmm. Adat yang unik. Namun, sungguh harus dihargai usaha mereka. Termasuk para saudara yang malam itu juga bertugas mendatangi rumah Kadek, melaporkan peristiwa bahwa si Kadek sudah berada di rumah kami, hingga keluarga dan para iparnya tidak perlu khawatir.

Dahulu, waktu masih remaja, aku pernah berharap dan bermimpi, bakal menikah di gedung megah, dengan berbagai hiasan indah di tubuhku secara adat Bali, dengan kursi pelaminan yg megah. Hahaha..... dan kini, aku sungguh bersyukur. Upacara pernikahan kami dulu sah, baik di mata adat, masyarakat, agama, dan hukum negara ini. Itu saja..... Masih jauh lebih banyak hal yang harus kami syukuri dan kami fikirkan, daripada hanya berkutat soal megah tidaknya, indah tidaknya, ramai tidaknya. Masih jauh lebih banyak orang yang menderita dan harus berjuang dalam hidupnya. Dan bukankah..... bijak atau dewasa tidak hanya ditentukan oleh materi semata????

Hidup adalah sebuah hal yang terkadang tidak bisa ditebak atau di harapkan, namun selalu banyak negosiasi yang diperlukan, rembug bersama, hingga tiap orang bisa belajar menyikapi ini semua dengan berlapang dada dan penuh toleransi pula.


Wisuda STPNDB XVII hari ini

Mungkin….. tidak setiap orang berhasil meraih gelar dan jabatan yang diinginkannya. Mungkin…. banyak orang bakal terpuruk, stres melanda jiwa, enggan untuk melangkahkan jejak kembali. Diwisuda, adalah sebuah pertanda satu bagian kehidupan berhasil kita lalui. Namun, jauh lebih banyak wisuda-wisuda lainnya yang berhasil kita genggam utuh pada berbagai ruang dan waktu kehidupan.

Hari ini di Bali International Convention Center…. 387 wisudawan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, beserta para pendamping, orang tua, keluarga, sahabat, rekan kerja, para dosen dan pegawai, pejabat dari berbagai instansi, Hotel dan Restaurant, Biro Perjalanan, berkumpul dalam rangka Wisuda.

Mereka berasal dari berbagai Program Studi, berbagai daerah, berbagai latar belakang kepribadian dan kemampuan, berbagai minat dan harapan yang ingin diraih.Dengan ribuan aktivitas yang telah mereka lalui selama menjadi mahasiswa dan mahasiswi, antara tugas dan ujian, antara teori dan praktek, antara kuliah dan bimbingan skripsi, dan…… di ujung masa perkuliahan. Mereka memperoleh berbagai nilai Indeks yang memperlihatkan prestasi mereka sebagai hasil dalam menempuh jenjang pendidikan di lembaga pendidikan ini.

Wajah-wajah sumringah yang terpampang mendengarkan pesan dan kesan Sang Menbudpar, Jero Wacik, untuk membuang tiga sifat jelek dalam menjelang masa depan sebagai pengabdi pariwisata di masa depan : Rasa Malas, Takut dan Minder, juga Sombong. Dan menjunjung tinggi juga mengembangkan pilar - pilar pembangunan yang ditanamkan oleh pemerintah, yaitu Pro Growth, Pro Poverty, dan Pro Environment.

Hidup tidak bakal selalu indah dan mudah bagi kita. Namun, hadapi semua dengan lapang dada dan selalu bersemangat, walau terkadang terjatuh dan terpuruk berkali-kali, bangkitlah selalu berkali-kali. Hingga akhirnya menjadi pribadi yang dewasa dan semakin bijak dari hari ke hari…..

Wisuda STPNDB, Jum'at 15 April 2011, BICC Westin

Wisuda.... adalah satu tahap penanda keberhasilan dalan lalui ujian.

Setelah sekian tahun bergulat dengan berbagai aspek hidup dan kehidupan yang ada sepanjang masa perkuliahan, khususnya di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

Namun... masih jauh lebih banyak lagi ujian-ujian lain yang bakal terbentang di hadapan.

Mungkin saja, kita gagal, jatuh dan terpuruk berkali, kemenangan yang sudah terpampang bakal kita raih menjadi semakin lama untuk direngkuh.

Bahkan, beberapa mahasiswa yang lulus dengan predikat terbaik dari berbagai program studi di STPNDB hari ini, juga merasakan betapa berat perjuangan untuk meraih kesempatan duduk di deretan kursi wisudawan tersebut.

Hari ini, Jum'at 15 April 2011, Bali International Convention Center menjadi saksi, betapa usaha yang dimulai dari satu jejak langkah, dan ribuan jejak langkah lagi, membuahkan hasil bagi mereka semua. Tidak ada yang berani memastikan dan menjanjikan, hidup bakal selalu mudah dan indah bagi tiap perjuangan kita. Terkadang, doa dan usaha yang dilakukan masih terlalu jauh dari nilai sempurna yang diharapkan. Orangtua, sahabat, dosen, pegawai, atasan, lingkungan, akan menjadi bagian dari tiap keberhasilan yang tidak terbantahkan.

Tanamkanlah pesan Sang Menbudpar, Jero Wacik. Buanglah tiga sifat jelek dalam diri. Malas, Rasa takut dan Minder, juga Sombong. Teruslah kepakkan sayap-sayap kalian membumbung tinggi menjelang angkasa, untuk menjadi semakin bijak dan dewasa. Hidup adalah mimpi dan nyata, usaha dan doa. Terjatuh berkali-kali, maka... bangkitlah berkali dan berkali lagi....

· · Share · Delete

Jumat, 15 April 2011

Adi dan Yudha


Anakku...
Adi dan Yudha,
Bagai dua anak panah yang melesak dari para busurnya

Adi, hobi menggambar, graphic designer, lumayan canggih dalam hal IT, sedikit perasa, namun bermental baja. Sudah banyak hasil karyanya yang laku dijual, baik berupa gambar di kaskus, baju kaus dengan rancangannya sendiri, hingga finggerboard dari Utewood : Say hi to Utewood.
Kini dia duduk di bangku SMAN 1 Denpasar, dan berharap bisa masuk di jurusan A1 saat kelas 2 nanti.

Yudha, si usil yang manja. Selalu saja ada ulahnya yang aneh dan menggoda kami semua, baik keluarga, maupun para sahabatnya. Dia masih duduk di bangku SDN 3. Namun kemauannya yang keras selalu membantunya mewujudkan hampir sebagian besar keinginan. Senang membantu orang lain, tipe setia kawan. Bahkan, dia berperan besar bagi suami, dalam menyelesaikan perpustakaan mini kami, dengan mengangkat batu kapur menggunakan ember dan kereta roda yang dulu digunakan mengangkut koper, memindahkan batako berpuluh-puluh, pasir, ikut mengecat, dll.

Hmmm, mereka adalah anak-anakku terkasih, buah hatiku. Semoga mereka tumbuh menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tua, agama dan negeri ini. Entah dengan berbagai macam cara, melalui berbagai macam kerja yang mereka pilih kelak.

Wisuda STPNDB, Jum'at 15 April 2011, BICC Westin

Wisuda.... adalah satu tahap penanda keberhasilan dalan lalui ujian.

Setelah sekian tahun bergulat dengan berbagai aspek hidup dan kehidupan yang ada sepanjang masa perkuliahan, khususnya di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

Namun... masih jauh lebih banyak lagi ujian-ujian lain yang bakal terbentang di hadapan.

Mungkin saja, kita gagal, jatuh dan terpuruk berkali, kemenangan yang sudah terpampang bakal kita raih menjadi semakin lama untuk direngkuh.

Bahkan, beberapa mahasiswa yang lulus dengan predikat terbaik dari berbagai program studi di STPNDB hari ini, juga merasakan betapa berat perjuangan untuk meraih kesempatan duduk di deretan kursi wisudawan tersebut.


Hari ini, Jum'at 15 April 2011, Bali International Convention Center menjadi saksi, betapa usaha yang dimulai dari satu jejak langkah, dan ribuan jejak langkah lagi, membuahkan hasil bagi mereka semua. Tidak ada yang berani memastikan dan menjanjikan, hidup bakal selalu mudah dan indah bagi tiap perjuangan kita. Terkadang, doa dan usaha yang dilakukan masih terlalu jauh dari nilai sempurna yang diharapkan. Orangtua, sahabat, dosen, pegawai, atasan, lingkungan, akan menjadi bagian dari tiap keberhasilan yang tidak terbantahkan.


Tanamkanlah pesan Sang Menbudpar, Jero Wacik. Buanglah tiga sifat jelek dalam diri. Malas, Rasa takut dan Minder, juga Sombong. Teruslah kepakkan sayap-sayap kalian membumbung tinggi menjelang angkasa, untuk menjadi semakin bijak dan dewasa. Hidup adalah mimpi dan nyata, usaha dan doa. Terjatuh berkali-kali, maka... bangkitlah berkali dan berkali lagi....

Kamis, 14 April 2011

Kesibukan Hari Ini...

Kamis, 14 April 2011. Seperti biasa, morning crazy. Adi anakku, sedang menuntut perhatian ekstra. Ma, Adi ingin bawa bekal nasi bungkus ke sekolah, agar hemat dan ga perlu belanja lagi di sekolah. Maka, pagi pukul 5 aku berangkat ke pasar Sri Kerthi di dekat komplek perumahan kami. Kubeli 4 bungkus nasi jinggo. Untuk bahan2 yang akan dimasak oleh simbok masih lengkap tersedia di dapur dan juga kulkas. Ya, aku terbiasa menyediakan keperluan dapur untuk beberapa hari sekaligus.

Selesai berbelanja di pasar, segera pulang. Mandi dan selesaikan 2 ember cucian tersebut, menjemurnya dg rapi. Dan anak2 mulai terjaga. Adi bersiap berangkat sekolah di SMAN 1 Denpasar, Yudha bersiap untuk les pagi hari di daerah Kerobokan, suami akan lanjut dengan proses bimbingan disertasi.

Maka, kuletakkan tas berisi laptop dengan merek salah satu bank terkenal negeri ini di bagian depan motorku, ransel di bagian atasnya. Yudha duduk di belakang, dan kami meluncur ke arah Kerobokan. Di Jalan Raya Kuta, depan rumah ibu guru les nya, kuturunkan dia. Lalu melaju ke arah Nusa Dua. Hari ini aku memiliki 4 kelas yang harus kuisi. Dari BHP smt 4, MKH smt 6, MTB a smt 2, dan MPH b smt 6.

Persis berbelok arah di Sunset Road, kuterima sebuah panggilan. Bapak Made Suniastha. Beliau adalah kepala suku kami, istilah bagi ketua kelas, untuk program Pascasarjana S3 Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana. "Bu, ada kuliah dari Profesor Nehen pagi ini di kampus Sudirman". Ah ha !! Perdebatan batin dalam diri. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke kampus STPNDB. Hmmm, segera kuhubungi para mahasiswa dan sahabat kantor. Kuyakinkan bahwa mereka tahu keberadaanku. Lalu kemudian kuputar arah motor menuju Kampus yang terlatak di jalan Sudirman Denpasar. Kuliah Kapita Selekta Ekonomi dan Industri Indonesia menanti di lantai 2.

Pukul 11.00 kuliah berakhir. Bergegas aku meluncur meninggalkan rekan kuliah. Tiba di Kampus STPNDB, menikmati sebungkus nasi jinggo yang kubeli pagi hari tadi, juga sayur urap. bersiap mengajar di kelas MTB a smt 2. Selesai mengajar, beranjak menuju GOR STPNDB. Ku kunjungi berbagai stand yang ada disana. Program Job Fair ke 4 yang diselenggarakan oleh STPNDB ini kali ini di handle oleh mahasiswa D IV MKH smt 6. terdapat puluhan stand dari berbagai Hotel & Restoran, SPA, juga agen tenaga kerja. misalnya, Norwegian Cruise Line, Ayana, Nusa Dua Resort Hotel & Spa, Harris Hotel, Hotel & Rest. Magazine, dll.

Ini adalah sebagian dari dunia nyata yang bakal dihadapi para mahasiswa kami. Maka segera kuhubungi ketua kelas MPH b smt 6 untuk mengajak seluruh anggota kelasnya bergabung denganku di GOR ini. Kelas kupindahkan ke sini. Praktek langsung, on the job class. Mata kuliah yang kupegang adalah Manajemen Sumber Daya Manusia, dengan topik Fungsi Manajemen. Dan, mereka siswa semester 6. Sebentar lagi tamat, perlu kerja nyata. Kini ada tawaran dari berbagai hotel, dan ada baiknya mereka berjumpa langsung dengan pihak yang mungkin bisa menjalin kerja sama dengan mereka.

Ah, tidak terasa, waktu cepat berlalu. Pukul 17.00 seluruh aktivitas berakhir, dan aku bersiap kembali ke Denpasar. Masih harus mencari kabel adaptor bagi laptopku yang sedang bermasalah. Hmmm, hidup sungguh tidak bisa ditebak. Namun, tak kan pernah padam nyala semangat di dalam dada, walau hidup tidak selalu mudah dan berjalan indah.

Astungkara atas segala berkah dan anugerahmu yang masih boleh kuterima Tuhan.....

Memuja Kebesaran Tuhan....

Selasa, 12 April 2011. Anggara Kasih Dukut, Pasah, Kliwon. Odalan Gede di Merajan Agung Batuaji Kelod, Kerambitan Tabanan. Kampung halaman tercinta.

Setelah seharian dengan aktivitas yang melelahkan, kuliah di Pascasarjana UNUD, mengajar di STPNDB, berjumpa dengan rekan-rekan membahas berbagai situasi dan mencoba mencari solusi, akhirnya aku ingin pulang.

Pukul 16.30 tiba di rumah, Jalan Gn Soputan, Denpasar. Aku menata kue dan buah yang akan kupersembahkan sebagai haturan di Merajan Agung. Suami terlihat lelah setelah menyelesaikan proyek membuat perpustakaan mini di halaman belakang rumah kami. Anak2ku sedang belajar setelah bersembahyang bersama. Yudha kumat manjanya, minta disuapi. Hujan turun terus menerus semenjak pagi hari. Simbok membatalkan rencana untuk ikut bareng ke Tabanan. Ahhh, sungguh sebuah tantangan untuk pulang ke Tabanan dalam situasi begini. Perlahan aku bersiap berangkat. Mengenakan mantel hujan, meletakkan bungkusan haturan yang akan kupersembahkan di atas motor, dan menembus rinai hujan. Waktu menunjukkan pukul 18.15.

Tegallantang, sepanjang perjalanan disini, bahkan sebelum mendekati SMP 1 Kuta Utara, aku sudah terjebak banjir. Lanjut ke perjalanan menuju arah Dalung, kian sukses tersiram air terciprat dari hujan deras, dan mobil dan motor yang melintas. Kulihat beberapa motor yang mogok di tengah banjir. Sempat terbersit niat untuk putar haluan dan menikmati malam hangat di balik selimut tebal ku. Tapi panggilan ini semakin kuat. Aku ingin menghadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa di salah satu Rumah Beliau, Merajan Agung Batuaji Kelod.

Hujan tiada henti, banjir hampir di sepanjang jalan, mata perih karena terpapar rintik hujan yang menerpa wajah..... hmm, sungguh sebuah ujian untuk tiba dengan selamat.

Akhirnya, pukul 19.30 aku tiba di Kampung halaman tercinta. Hujan belum juga berhenti. Sekujur tubuh basah kuyup. Duduk sejenak di ruang tamu rumah tua kami, aku diskusi dengan Dewa Biyang Nyoman Nesi. Beliau adik kandung bapakku yang telah tiada. Kami merencanakan akan ngabenin bapak. Dan, Dewasa Baik menurut Dewa Aji Mangku adalah tanggal 13 Juli.

Setelah berganti pakaian dengan mengenakan busana yang lebih pantas untuk bersembahyang, aku membawa haturan berupa buah dan kue-kue, berjalan menuju ke Merajan Agung. Para penari kecil sedang menghaturkan tari Sekar Jagat di bagian luar Pura, para penabuh meliukkan jari jemari pada berbagai alat musik gamelan mengiringi gerakan penari. Kutemui seluruh keluarga besar, kuselesaikan peturunan / iuran bagi kedua adikku yang tinggal di luar pulau, Dewa Komang Diwya Artha Kusuma dan Dewa Ketut Karma Susatya, sebesar Rp 200.000, juga dana punia dari ku sekeluarga. Lalu mulai memasuki bagian dalam Pura. Bersimpuh dan bersembahyang memuja Tuhan.

Sungguh..... sebuah anugerah tiada terkira, masih diijinkan kembali, dan selalu kembali oleh Beliau, memperlihatkan keagunganNya, dan memuja kebesaran namaNya selalu.

Bahkan, banjir gede yang membuatku tidak bisa menembus jalan pulang kembali ke rumah lewat Tegallantang, hingga harus mencari jalan alternatif lain, lewat Tegal Buah, namun tetap akhirnya, harus menerobos banjir gede tersebut, tidak menyurutkan langkahku menyebut puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kutemui, anak dan suami sudah tertidur lelap.....

Selasa, 12 April 2011

Kangenku pada bapak di surga


Kangen ku pada bapak di surga.....
If TWO PEOPLE are meant FOR EACH OTHER.
It doesn't mean they have TO BE TOGETHER RIGHT NOW
Tapi aku kangen bapakku.
Janjiku selalu..... walau hidup tidak lah selalu indah dan mudah bagiku, takkan kubuang semangat dan asa dalam dada, sekecil apapun cahaya yang terangi tiap jejak langkahku.

I promise....... To take the time
The time to love and serve all, it is the secret of eternal youth
The time to love and serve all, it is the secret of eternal youth
Take time to cry, it is the sign of a large heart
Take the time to hear, it is the power of intelligence..
Take time to think, it is the key to success
Take time to play, it is the freshness of childhood
Take time to dream, it is the breath of happiness
Take time to live, because time passess quickly, and never retuns
Last but not least.... send this to all of your friends, and happy road to life
(Pepatah tua.....)








Sabtu, 09 April 2011

Pelangi


Satu guratan....
mengawali seribu untai garis ke arah depan
Satu warna....
mengurai sejuta untai pelangi lain lagi
Hingga harinya,
tidak lagi sepi dalam satu kali



Mungkin ada satu yang tak terhindari
dalam batas tapal rona ruang, gerak dan waktu
dengan kata-kata yang tak lagi sekedar
bentuk, fungsi dan makna

Tapi tiada titik hendak berlari pergi
jika tidak niat mengayuh dalam anakan hari
pergilah jika engkau ingin berlalu
bawalah jejak kaki berpaling
tanpa permisi

Hanya untuk tunjukkan
rapuhnya, betapa rapuh.......
Walau sadhu yang meminta
takkan cukup bagi adanya

Jumat, 08 April 2011

Dan..... Muridku Menangis


Kamis, 7 April. Setelah tuntaskan bahas topik Work Force Analysis dengan WLA, Labor Turn Over dan Absentia serta Sources of Ineffective Performance di kelas pagi hari bagi murid semester 4, kulanjutkan dengan Seminar UPP bagi murid semester 8. Dari topik Bauran Pemasaran hingga ke Program Pelatihan yang Efektif. Kemudian dua kelas lain lagi, MTB semester 2 dengan topik Psikologi Pelayanan, juga MPH semester 6.


Hmmm, sungguh hari yang bersemangat sepanjang hari ini. Hujan deras turun silih berganti dengan terang sesaat semenjak pagi hari. Berkali kutemui siswa yang baju seragamnya basah karena hujan, namun tetap bersemangat mengikuti perkuliahan. Sungguh usaha yang tidak mudah untuk mencapai tujuan dan cita-cita di masa depan. Belajar untuk semakin dewasa dan bijak.


Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ada materi yang harus kuambil di ruang kantor sebelum kembali ke ruang kelas MPH B semester 6 di Gedung Padma blok B, lantai 2, ruang PB 201 itu. Aku dicegat oleh seorang murid wanita, dia ingin curht. Hmmmm. Aku sedang sibuk, juga sedikit lelah. Namun, dia butuh perhatian. Maka, kami berteduh di bale bengong yang terletak di depan ruang perpustakaan kampus STPNDB tersebut. Hujan masih turun dengan setia.


Naluri sebagai seorang ibu, seorang guru. Ada orang yang meminta perhatian, dan... jika ada sedikit yang bisa kita bantu, kenapa tidak? Bahkan mungkin, hanya dengan sedikit meluangkan waktu akan sudah bisa sangat membantu. Dia ceritakan masalah persahabatan, masalah tugas sekolah, dan keluarga. Perlahan airmatanya bergulir jatuh. Ah.....


Hidup, terkadang terkesan tidak adil bagi kita....

Namun, setiap situasi dan kondisi yang kita hadapi, walau mungkin tidak selalu indah dan mudah bagi kita.... semoga semua ini bisa membuat kita semua menjadi semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari.

Hari Ulang Tahun ke 42



Se umur-umur, ga pernah merayakan hari ulang tahunku. Kuanggap, tiap hari adalah sama biasa saja. Atau, tiap hari dalam hidupku, sungguh sangat istimewa, yang harus dijalani dengan sepenuh semangat.

Terjaga di pagi hari, Selasa, 5 April 1969, aku mencuci baju kotor sekeluarga, seperti biasanya. Jangan bayangkan keluarga kami memiliki mesin cuci. Maka, dua ember baju kotor, kucuci secara manual, lanjut dengan menjemurnya di halaman mungil kami. Simbok bersiap memulai aktivitas pagi hari dengan memasak. Suami dan si bungsu asyik di halaman belakang. Putra bungsuku sedang libur sekolah kelas 3 SD, karena murid kelas 6 sedang menempuh pemantapan Ujian Akhir Nasional di sekolah. Dan kini, dia bersama ayahnya sedang bergotong royong membangun perpustakaan mini bagi ribuan buku koleksi keluarga. Putra sulungku sudah berangkat sekolah di SMAN I Denpasar.

Aku segera meluncur ke kampus Pascasarjana Universitas Udayana. Hari ini mahasiswa Program Doktoral Program Studi Kajian Budaya akan mengikuti 2 mata kuliah. Pertama adalah Dr. Wiasti dengan mata kuliah Kapita Selekta Kajian Budaya. Berikutnya, Prof. Sirtha memberikan kuliah Kapita Selekta Ekonomi dan Industri Indonesia. Hmmm, ternyata kuliah baru berakhir pukul 1 siang. Rasa lelah yang melanda tidak sanggup menghentikan langkahku untuk beranjak mengarahkan laju motor astrea 800 menuju kampus STPNDB. Beberapa murid menanti untuk selesaikan proses bimbingan skripsi. Bu Juli yang cantik, bos ku di Pusat Pengendalian Mutu juga menanti untuk menyelesaikan program kami, selenggarakan seminar internal bagi para dosen hari Jum'at nanti. Hujan rintik-rintik yang jatuh turun ke bumi menjadi temanku sepanjang perjalanan menuju ke Nusa Dua. Ah Tuhan, tetap terimakasih atas berkah yang kudapatkan ini.....

Akhirnya, pukul 5 sore, tuntas sudah segala urusan di kampus. Sepatu basah hingga kering kembali di kakiku membuat kakiku menjadi mengkerut keriput. Namun kini aku bisa pulang temui keluarga tercinta. Home sweet home again....

Tiba di rumah, kutemui anak2 dan suami sedang berkumpul. Kami bertukar cerita sejenak, lalu kulanjutkan mandi, dan mencuci baju kotor seluruh anggota keluarga. Setelah mencakupkan tangan dan melantunkan puja bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa di Padma rumah kami, aku mencoba merebahkan tubuh lelah ini. Simbok pergi ber sekolah. Ya, dia mengikuti program paket Kelompok Belajar bagi kesetaraan dengan SMA.

Lalu kemudian para puteraku, Adi dan Yudha, pamit untuk keluar sebentar. "Akan mengambil baju di tempat teman", begitu kata mereka. Suami pamit untuk beli pulsa. Sedang aku asyik melanjutkan menonton teve. Berita Nasional dan Internasional.

Hmmm...... setelah 30 menit, mereka tiba hampir bersamaan. Para puteraku tiba dengan membawa kue tar cokelat. Ada tulisan, dari Adi, Yudha, dan bapak. Diatasnya tertera dua buah lilin nyala, bertulis angka 42. Suamiku membawa nasi campur bungkus untuk dinikmati bersama. Dan kutrima pula seikat bunga titipan dari yayank nya Adi. Tuhan.... aku tertunduk terharu.

Selesai??? Belum!!!!
lalu kemudian, mereka bertiga memintaku menutup mata dengan kain selendang yang panjang. Mendorong perlahan tubuhku ke halaman rumah kami, dan menyiram tepung putih ke sekujur tubuh, bahkan kepala. Wooowww..... Bahkan, kami lanjutkan dengan saling perang tepung terigu itu, saling lempar, saling kejar satu sama lain. Wajah menjadi putih, baju juga memutih, dedaunan ikut tersiram tepung putih.

Malam ditutup dengan mandi lagi, dingin karena guyuran air, dan harus keramas kembali. Namun, satu hari lagi kami lewati dengan kebersamaan. Tidak janji, hidup bakal selalu indah dan mudah..... Tapi semoga mampu membuat kami menjadi pribadi yang semakin dewasa dan bijak dari hari ke hari.