Kamis, 30 Juni 2011

Adi, Kreator Ulung....



Tahukah anda.... jika jaringan internet nge drop, letakkan tutup panci dalam posisi terbalik, tempelkan di modem, dan jaringan net bakal kuuueennncceng abis. Itu kerja an Adi. Maka, jadilah sebuah parabola mini dari tutup panci.





Tahukah anda... remaja memiliki energi berlipat2, yang terkadang seolah tiada henti. Maka, penyaluran ke arah positif sungguh diperlukan agar mereka tidak salah arah. Dan, Adi adalah sang dinamit itu. Seolah tidak pernah habis segala energinya. Bangun di pagi hari, sekolah hingga pk 2 sore, terkadang masih dilanjut dengan bersepeda bareng adiknya ke pantai, meluangkan waktu untuk membuat rancangan gambar, bongkar pasang mobile phone dan laptop milik teman yg rusak, mengunduh data dan meng install berbagai program.

Hmmm, teringat saat Adi masih duduk di bangku SD. Dia dengan suksesnya membuat komputer kami dua kali jebol, data hilang, dan harus di install ulang. Kuat bersepeda gayung menempuh rute Denpasar - Nusadua pulang pergi. Kepala harus dijahit karena tidak bisa diam, berlarian, hingga terbentur kursi besi di rumah sakit.

Kini dia sudah tumbuh besar. Sudah punya pacar. Hahaha.... yg malu-malu diceritakan pada kami, tatkala sedang duduk berkumpul bersama. Duuh, anakku Adi, Sang Pangeran Sulung. Kepakkan sayapmu terbang mengangkasa menuju langit, anakku.... Wlo langit itu tak selalu biru.

Yudha, Calon Chef Handal













Kamis, 30 Juni 2011. Hari ini, penuh dengan aktivitas. Dari selesaikan tugas mengoreksi hasil ujian akhir semester para murid, memastikan hasil pengumuman kelulusan Pensisba STPNDB, membantu bu Desak bertugas di operator. Dan kemudian bergerak menuju ke kampus Pascasarjana, Program studi Kajian Budaya. Aku ingin mengecek beberapa data di ruang perpustakaan yang ada.

Tiba di rumah pukul 5 sore, kulihat si bungsu Yudha sedang bermain di halaman rumah dengan sepedanya. Adi belum tiba dari sekolah. Walaupun libur, tapi mereka mengadakan berbagai aktivitas di SMAN I Denpasar. Smansa Computer Club (SCC) mengadakan penggalian dana ke berbagai pihak, mulai lembaga pemerintahan, usaha bisnis, dan orang yang dianggap bisa memberikan informasi dan dana bagi aktivitas mereka.

Kukeluarkan berbagai peralatan dan bahan yang ada, mulai dari Oven Hocks, loyang kue, mentega, telur, tepung terigu. Yudha mengambil baskom plastik, menuangkan tepung 0,5 kg, memasukkan sebutir telur, mentega 400 gr, menambahkan keju, dan mulai menikmati mengaduk semua bahan tersebut dengan kedua tangannya.

Setelah bahan selesai diaduk rata, kami asyik menggilingnya menjadi potongan kecil, dengan bantuan pisau lalu memotong menjadi potongan kecil, dan meletakkan di atas loyang. Kemudian siap untuk dipanggang.

Jadilah..... kue unyil ala Yudha. Ehm.... Dia kelak bisa menjadi Chef handal bila bersungguh menekuni minatnya di bidang kuliner ini.

Adi & Yudha


Anak2ku Terkasih
Mencintai kalian....... terkadang begitu gampang dengan membiarkan rasa itu hadir, tanpa berpura-pura menekan segala emosi dan kehendak menguasai kalian. Cintaku akan selalu menemani setiap jejak langkahmu, takkan pernah berpaling walau sedetikpun. Meski terpisah rentangan jarak ruang dan waktu yang membuat kita kadang terlena
Terkenang saat kalian hadir di tengah kami

Wayan Adi Pratama, 1 Juli 1996. Remaja pria yang gagah berani, calon dokter yang senang bongkar pasang mobile phone, laptop, juga programmer dan desainer grafis. Jadilah tiang keluarga yang mampu tegakkan dharma dalam setiap jejak langkahmu. Sulung adalah pioneer, perintis, pemimpin, pengarah bagi anggota keluarga yang jadi tanggungjawabmu kelak. Ketika mimpi-mimpi, bahkan harapan, kian terpentang menjauh dan sukar diraih, jangan pernah biarkan dian semangat jadi runtuh. Jangan biarkan terkubur segala cerita cinta dan citamu......

Made Yudhawijaya, lahir dengan operasi caesar, 15 Mei 2003. Anak lelaki kekar yang terkadang manja dan senang menggoda. Jangan pernah biarkan kemalasan membelenggu semangat kreativitas, karena yakinlah, dikau mampu wujudkan tiap harapan dan kemampuan menjadi hadir nyata. Biarkan semua mengalir lancar bak hembusan angin semilir penghantar tidurmu. Beri arti pada setiap detik alunan kehidupan, jangan biar berlalu begitu saja.....

Anakku, mungkin mama bukan ibu terbaik yang bisa hadirkan setiap mimpi kalian nyata. Tak bisa selalu ada saat kalian butuh genggaman tangan. Namun cinta kasih mama akan selalu temani kalian, bahkan di tidur dan mimpimu, hingga terjaga kembali.....

Rabu, 29 Juni 2011

Seminar Kemlu di Padma Resort






















Rabu, 29 Juni 2011. Setelah sedikit memaksa untuk meyakinkan Bapak nya anak-anak (si mantan pacarku) bahwa Rabu ini, walaupun libur, tetap ada banyak kegiatan formil yang berjalan, dia mau ikut bergabung. Suami sempat ragu, karena tidak memiliki undangan untuk menghadiri seminar, dan tidak yakin apakah seminar ini gratis atau tidak. Namun bukankah, kita tidak akan pernah tahu hasil jika kita tidak berjuang terlebih dahulu, dan meyakini seberapa tangguh kita menghadapi proses yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan kita.... Maka, dengan mengendarai Mio, kami berdua berangkat menuju Seminyak. Tentunya setelah mandi agar wangi, hehehe...

Ada Seminar yang dilaksanakan hari Rabu ini di Bali Padma Resort, Kementerian Luar Negeri yang mengadakan, dan aku ditugaskan oleh lembaga STPNDB untuk menghadirinya bersama dengan Ibu Tri, bu Sekarti, Pak Yansen, Bu Asti, dan Pak Wirata.
Di tempat parkir hotel kutemui beberapa sahabat yang juga merupakan mahasiswa Program Studi Pascasarjana Kajian Budaya Universitas Udayana. Bersama mereka, kami menuju ke tempat pendaftaran peserta. Kutemui peserta lain, dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Peternakan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Berkali menebar pesona dan melakukan pengambilan foto narsis bersama para peserta lain, kami pun mengambil posisi kursi tempat duduk yang paling strategis menurut kami. Ehm.... jadi teringat para mahasiswa ku saat menghadapi ujian akhir semester, mereka beranggapan : “Posisi kursi menentukan prestasi”. Hahaha.......

Seminar kali ini mengambil topik Kebudayaan Indonesia di antara Kebudayaan Global, dengan pembicara Bapak I Gede Ardika : Melestarikan Kebudayaan Nasional dan Menciptakan Peluang Kreatif di Bidang Pembangunan Ekonomi, Bapak Profesor Gede Parimartha : Preservasi Warisan Budaya Nasional dalam Menghadapi Globalisasi, Bapak Tantowi Yahya : Perlindungan Warisan Budaya Nasional Indonesia sebagai Aset dan Potensi Nasional di Lingkup Budaya Global, dan Pandji Pragiwaksono : Manusia yang Cerdas Bakal Melahirkan dan Mengembangkan Budaya yang Cerdas Pula...

Dan.... bagaimana inti sari seminar? Bersambung.......

Rally Bhayangkara















Hanya dengan berbekal info sekilas dari papan pengumuman besar di pinggir jalan Renon, kuberanikan diri menyusun rencana rally sepeda bareng anak-anak. Bakal ada rally sepeda dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara. Maka, Yudha berkeliling mengumpulkan para sahabatnya se perum, terdapat beberapa anak yang tertarik untuk ikut rally yang diadakan dalam rangka memperingati hari Bhayangkara tersebut. Ada Komang Esa, Dewa Angga, dan yang lainnya lagi. Kucoba merayu Danendra untuk bergabung dengan kami, bertanya pada Ardi dan Kadek Susi, hingga meminta Dek Tut untuk ikut. Hingga malam hari tiba, kudapat informasi, Ibu Dayu Puspadi beserta Bpk Gung Suprastayasa bakal ikutan pula, bersama Gung Wipa & Gung Bagus.

Minggu, 26 Juni 2011. Pk 5 pagi sudah terjaga dan mengawali hari dengan kehebohan mempersiapkan bekal. Mobil pickup yang kusewa bakal tiba pk 5.30. Kuperkirakan, kami bakal tiba di lapangan Puputan Renon pk 6.00, dan bisa bersiap sebelum rally dimulai pada pk 6.30. Namun ternyata si bapak supir telat bangun, ibu Dayu juga baru terjaga pk 6 pagi. Hehehe...... Hidup memang harus penuh kesiapan terhadap berbagai situasi dan kondisi yang mungkin berubah, karena... bukankah, hanya perubahan itu sendiri yang abadi.

Pk 6 pagi mobil pickup sewaan tiba, kami naikkan sepeda beraneka bentuk dan merek, dari sepeda bekas hingga sepeda yang baru dibeli seminggu lalu. Aku duduk di samping pak supir bersama Kadek Susi, sedang anak-anak yang lain menumpang di mobil ibu Dayu, di dalamnya juga ada Pak Gung Suprastayasa, Gung Wipa dan Gung Bagus, Adi dan Yudha, juga Gek Tata.

Pk 6.45 kami tiba di lapangan Puputan Renon, hmmmm, kulihat sudah ada ribuan orang berbaris dengan sepeda masing-masing di garis start. Baru 10 menit kami di sana, rombongan bergerak perlahan. Kami susuri jalan mengarah ke jl. Diponegoro, menuju ke lapangan Puputan Badung, masuk jalan Veteran, lalu menuju Art Center di jl. Nusa Indah. Berbelok ke kiri lalu kembali ke lapangan Puputan Renon.

Lumayan juga perjalan yang kami tempuh kali ini. Menanamkan semangat untuk tidak gampang menyerah pada anak-anak kami. Semangat kebersamaan, berkumpul dengan ribuan orang lain. Semangat toleransi, bahwa hidup bukan hanya sekedar berkutat pada menang atau kalah, kuat atau lemah seseorang, waktu tempuh, dan hebatnya penampilan seseorang, namun pada proses menjalani kehidupan itu sendiri. Bahkan, panitia yang hanya menyediakan 5000 tiket bagi peserta rally, lumayan kewalahan, karena ternyata peserta membludak hingga mendekati 10.000. Tapi inilah dunia, setiap orang mau tidak mau diminta melakukan adaptasi dan asimilasi dengan berbagai aspek kehidupan. Karena, inilah sebenarnya tujuan kita ada di dunia.

Pukul 10.00, setelah menikmati makan siang dan bekal yang kami bawa dari rumah, kami kembali pulang dengan mobil ibu Dayu dan Pak Gung Suprastayasa, juga mobil pickup yang kusewa, namun kali ini penumpang di mobil pickup bertambah dengan adanya Adi, Yudha dan Gung Wipa yang bersikeras untuk duduk di bagian belakang pickup.

Minggu, 26 Juni 2011

10 Reason You Are My Friends


10 Reason You Are My Friend


a friend accept you as you are
a friend keep you close at heart
a friend makes a difference in your heart
a friend respect you
a friend value you
a friend believes in you
a friend yearns to stay connected
a friend gives unconditionally
a friend writes just to say HI
a friend waits quietly for you


Thanks for being such a good friend

Sabtu, 25 Juni 2011

Love & Frindship


Love knows no gender, no labels, no bounds
Cinta tidak mengenal jenis kelamin, label, atau batasan lainnya.....



rya my friend said : Friends are angels who lift out feet when our wings have trouble remembering how to fly.

Temenku berkata: Sahabat adalah malaikat yang membantu kita melangkah bila sayap-sayap kita bermasalah untuk terbang tinggi.

A boy makes his girl jealous of other beautiful girls. A gentleman makes other beautiful girls jealous of his girl.

Seorang pria membuat gadisnya cemburu pada wanita cantik lainnya. Seorang gentleman / pria sejati membuat wanita cantik lainnya cemburu pada gadisnya.

Ehm..... benar juga neee. Maka, jadilah pria dan wanita sejati, jangan pernah coba berpura-pura menjadi heroik. Biar semua mengalir apa adanya......

Rabu, 22 Juni 2011

Wawancara Pensisba STPNDB Hari Ini.... (2)


Putu Anggara Mahardika. Putra seorang pejabat teras, namun menolak disangkutpautkan dengan pangkat dan status ortu. Nilai2 yang dimiliki pada lembaran datanya membuktikan tingkat kompetensi dan kepribadiannya. Tahu dengan pasti apa yang diinginkan dan arah masa depan yang ingin dicapainya kelak.


Sinai Oktaviani Simamora. Berasal dari keluarga dengan latar belakang belasan tahun dalam bidang hotelier dan guide Rusia. Kepribadian dan gaya bahasa yang mengalir elegan sudah merupakan modal dasar sebagai pijakan kuat untuk berhasil kelak pada Bisnis Hospitaliti.


Wayan Wiswara Partama. Berasal dari sebuah keluarga pemilik usaha perhotelan. Bapak dan ibu yang manajer pada hotel dan resto terkemuka. Memiliki beberapa sertifikat kompetensi dalam berbagai bidang keahlian di hotel, menguasai dan memenangkan lomba watersport dan windsurfing. Namun tipe pekerja keras yang menapaki jenjang karir dari level terendah.


Yohanes Dona dan Ignatius Walbat dari Labuan Bajo, Waemata, Gorontalo, Kec. Komodo, Kab. Manggarai Barat. Mencoba peruntungan dengan berpisah jauh dari orangtua, demi melangkahkan kaki menuju pembuktian jati diri, menjadi guide terkenal dan membantu promosi daerah mereka.


Nyoman Anggara Mahardika. Dari Br. Pekandelan, Desa Bedulu, Kec. Blahbatuh. Sangat fasih tentang Budaya Bali dan gaya berbicara yang sistematis dan mengalir jelas dalam bahasa asing. Dengan mantap melangkah bagi Destinasi Pariwisata. "Kami banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari Yayasan Widya Guna"katanya tentang pemuda dan pemudi desa yang dibina oleh bbrp yayasan non profit. Hmmm, bahkan, kami harus malu karena ketangguhan seorang pemuda desa dengan semangat yang begitu membara di tengah segala keterbatasan sarana dan prasara.


Hmmmm....

"Beri aku sepuluh pemuda yang mau dan siap bekerja, maka akan kuubah dunia" Bung Karno berkata.


Mereka adalah para pemuda dan pemudi pemilik masa depan negeri ini. Bakal tumbuh dan berkembang bersama dalam berbagai dinamika dan problema kehidupan. Hidup tidak selalu indah dan mudah bagi kita, mungkin, akan terjatuh dan terjatuh berkali-kali..... namun, bangkitlah selalu, berkali dan berkali lagi. Jangan pernah memadamkan api asa dalam diri kita. Kepakkan sayap-sayap semakin tinggi dalam menggapai cita-cita.

Wawancara Pensisba STPNDB Hari Ini.... (1)


Ibu IGA Mirah ditinggal bis antar jemput. Wah... dengan hebohnya ibu ini berulang kali telpon dan mengirim sms. Hmmm, tipikal orang yg mudah panik. Maka, kujemput dengan menggunakan motor tercinta, lalu kami bersama menyusuri jalanan mengarah ke Nusa Dua. Tiba di jalan Imam Bonjol, sebelum pom bensin, ban motor pecah. Swaha, ini ujian Hyang Widhi bagi kami.


Perjalanan kami tertunda. Kuhubungi ketua panitia Pensisba, Pak Dw Sujatha, menyampaikan problem kami. Untung tepat terdapat sebuah bengkel yang baru buka di samping kami, dan, untung pula, bapak tua pemilik bengkel tersebut memiliki ban motor baru. Tidak terlalu lama, kami berhasil melanjutkan perjalanan dengan kecepatan 80 - 90 km per jam. Melaksanakan tugas yang dibebankan negara pada kami.


Astungkara, Tuhan.... untuk setiap ujian dan tantangan yang kami temui, setiap suka dan duka, sedikit maupun banyak. That is what friens are for..... Setiap orang bisa menjadi tua, namun untuk tumbuh dan berkembang menjadi orang yang semakin bijak dan dewasa adalah pilihan yang tidak bisa diambil setiap orang

Selasa, 21 Juni 2011

Wawancara Pensisba STPNDB Hari ini.....


Made Agustona. Calon mhs STPNDB angkatan 2011. Anak yatim dengan bapak seorang buruh batu sikat. Dari Br. Keramas Gianyar. Tatapan yang mencerminkan semangat tidak mau menyerah kalah pada berbagai tantangan kehidupan. Tamatan SMK dan pengetahuan serta pemahaman luas akan dunia pariwisata dan perhotelan.


Putu Bintan Nami. Bapak yang buruh listrik dan ibu seorang tukang jarit. Hhmmm, berbangga hatilah orangtua karena memiliki anak yg tidak malu akan pekerjaan orangtua. Karena, berharga atau tidaknya hidup kita, tidak ditentukan oleh jabatan atau status semata....


Ivan Adrian. Paham akan bbrp bhs. Senang sport, dari surfing dan kungfu boys. He knows exactly about tourism... so cute & polite, and handsome too. Ah ha... berbahagialah orang-orang yang bakal bekerjasama denganmu karena kelihaian dan semangat kerjasamamu yang tinggi.


Dan... si pemuda X, yang terbiasa dengan 6 sloki vodka, 1 pak rokok perhari, berpindah2 sekolah dan tempat kuliah, tidak betah bekerja lama pada suatu tempat kerja. Pria manja yang takut hadapi bahaya gunung meletus dan tsunami. Hanya menjadikan STPNDB batu loncatan sementara untuk jalan-jalan keliling dunia. Tahukah kau, betapa keras perjuangan orangtuamu demi melihat kemajuan dan perkembanganmu ke masa depan.


Hidup tidak selalu indah dan mudah bagi tiap orang di dunia. Tapi inilah dunia realita yang terbentang luas dan mau tidak mau bakal mewarnai setiap perjuangan kehidupan. Problematika tidak akan selesai hanya dengan berpangkutangan, keluh kesah dan caci maki belaka. Khawatir, sedih, marah, jengkel, bahagia, terluka, jangan pernah hentikan jejak langkah kalian berjalan setapak demi setapak. Karena..... kalian pemilik masa depan negeri ini. Kutitipkan keharmonisan hidup dalam kebersamaan. Kepakkan sayap-sayap menyongsong masa depan.


Senin, 20 Juni 2011

Love & Friends


Two things never defined in whole life....
First is Love,
because you never know who Loves you how much.
Second is Friends,
because you never know how Deeply the stupids care About you

Kidung dan Kerinduanku

Kidung Suci dan Pupuh Ginanti, mengalun tenang dari Pura Dalem Ulun Lencana.
Hmmm, harusnya Anggara Kasih Julungwangi odalan kami di Nyalian, Banjarangkan.
Namun tertunda karena duka. Seorang paman meninggal minggu lalu.

Gpp dah....
banyak cara memuji dan memuliakanMu, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.....

Ingin Kuhapus Airmatamu Dengan Kecupan Bibirku

Trenyuh adalah duka kata yang bahkan tak cukup gambarkan tiap derita melihat orang lain terluka. Aku mungkin bukan dewa dan malaikat yang mampu mengubah samsara menjadi bahagia tercipta bagi tiap umat manusia. Menyadari, di dunia ini begitu banyak ketidakadilan, ketidakpedulian, konflik dan problema..... sungguh, tak tahan melihat air mata yang bergulir dan wajah-wajah duka yang terpapar jelas di depan mata.

Aku bukan dewa, kita bukan malaikat......
yang mampu menghadirkan nyata setiap mimpi dan harapan anak manusia, seindah dan semudah yang mereka bayangkan dalam setiap proses kehidupan yang mereka jalani.

Tuhan......
siapa lah aku, yang hanya wanita biasa, dengan segala dinamika yang kupunya, dan juga peperangan bathin diri sendiri. Namun, aku akan berusaha, semampuku, dengan cara yang kutahu, dari niat tulus tiada berpamrih.....

Melihat anak tetangga depan rumah, yang bagai anak ayam kehilangan induknya.... disaat anak lain berjuang menggapai mimpi dan bersibuk diri mencari sekolah masa depan, dia bahkan tidak berani berharap. Ahhh, aku hanya sebatas mampu menemainya, menghantarnya, kemanapun yg kutahu, mengumpulkan informasi tentang berbagai sekolah, ke berbagai tempat yang kubisa.....

Hidup tidak adil baginya.... bagi anak2 sekecil mereka. Namun Tuhan...... bantu aku, karena.... Ingin Kuhapus Airmatanya, dengan Kecupan Sayang Seorang Ibu......

Minggu, 19 Juni 2011

Dari nikah, hingga sakit, Persahabatan yang bagai kepompong


Kak Lilik bakal menikah. Pak Made sudah seminggu lalu datang ke rumah bersama istrinya, memohon keterlibatan kami bagi kelancaran acara tersebut.

Hmmmm...
Jangan pernah berpaling jika ada orang yang meminta bantuan. Maka, kucoba segala yang kubisa. Tanggal 19 Juni 2011, keluarga pihak pria bakal bertamu. Demi kesederhanaan prosesi, maka pihak pria menyelesaikan pembicaraan mengenai pernikahan di rumah pak Made Mertayasa, di Perum Pondok Galeria. Lalu tanggal 22 Juni pihak keluarga pria datang ke jegu, Tabanan, melamar sekaligus mengajak Kak Lilik untuk mulai tinggal di Serangan, asal pihak pria.

Maka hari ini... aku dan suami, membantu pak Made menerima tamu, 8 orang pihak keluarga calon mantunya..... ada pula suami istri pak Kadek Suartika, dan Bu Agus Pojok yang ikut membantu.

Well, bukan namanya bu Santi, jika tidak bisa mencoba mendekatkan berbagai pihak, dengan sedikit usaha. Ku hampiri tetangga di depan rumah. Kuminta si kadek Raras anaknya, mengenakan kain, lalu ikut bergabung denganku. Urusan orangtua, apa yang terjadi dengan para orangtua, biar mereka yang atasi, namun anak2 terkadang bisa membantu mendekatkan dua hati yang masih emosi. hehehe.

Selesai acara di rumah Pak Made, berempat bersama Bu Agus Pojok, Bu Kadek Ardi, dan kadek Raras, kami mengunjungi Bu Vivin. Beliau sedang terbaring sakit. Tidak mampu bangun dari tempat tidurnya. Kami berkumpul, saling memberikan semangat, memompa keyakinannya untuk segera sembuh dan berkumpul bersama kembali.

Selesai disana, kami bubar, pulang menuju ke masing2 rumah. Dan aku berangkat bersama simbok, mengunjungi Pak Putu Widiasa , tetangga kami juga, yang sedang opname di RS sanglah, Ruang Mahottama 204, karena terserang penyakit DB dan Typhus.

Ah ha.....
Sungguh hari ini acara penuh bagi para tetangga. Mencoba berbagi sedikit waktu dan perhatian bagi mereka. Semoga kami bisa selalu menjaga persahabatan ini sepanjang masa......

Happy Father's Day


To all man of great wisdom....
Please, Keep your heart free from hate,
your mind from worry.

Live simply, Expect little,
Give much, Sing often, Pray always.
Full your life with love, Scatter sunshine forget self,
Think of others ..... HAPPY FATHER'S DAY.

Pak Wayan berangkat ke Jogja bersama rombongan Pemda Badung. Mengadakan penelitian di UGM, dan beberapa tempat di Jogya yang memiliki keterkaitan dengan sejarah Bali. Namun, bukan berarti, aku bisa hanya duduk terdiam dalam mengisi liburan bersama dengan anak-anak.

Maka, Sabtu pagi, 18 Juni 2011. Kupersiapkan perlengkapan kami. Woowww, jadinya satu tas raksasa, dengan segala isi, 2 stel baju dan celana anak2, juga baju gantiku, makanan, topi dan kacamata. Bersama Adi dan Yudha, kedua anakku, Indra, yang anaknya pak Dharma Metta, juga tetanggaku. Bersama Komang Mahesa dan Gung Wipa yang juga anak tetangga, sekaligus se kelas dengan Yudha. Kami lalu berangkat dengan 2 motor, menitipkan kendaraan di TakaPit, bengkel mobil di jalan Imam Bonjol, lalu menuggu bis kampus yang bakal menjemput dan membawa kami menuju Nusa Dua, Pacific Bahari bakal menghandle semua kegiatan kami hari ini, bersama para dosen ADH STPNDB, beserta anggota keluarganya.

Love is blind.


When he says "Bye"
I say "Ok"
I never ask why.....

When he says "Sorry"
More than saying "Ok", I say "I understand"

He told me "I love you"
I didn't say "I love you too"
but "Thanks for loving me too"

But, one day he admitted.....
He loves someone else.
Guess what I said??
"Go on.....!! Be happy.
I'll let you go.....
Because, if that is the things to make you smile,
I'd rather get hurt.
than to see the sad face
when you are mine.........

Rabu, 15 Juni 2011

Take My Hand....... Genggam Tanganku


TAKE MY HAND

I cannot ease your aching heart,
Nor take your pain away,
But let me stay and take your hand
And walk with you today.





Aku tidak
dapat meringankan hati mu yang sakit / terluka,
Juga menghilangkan sakitmu,
Tapi biarkan aku tinggal dan menggenggam tanganmu
Dan berjalan dengan mu hari ini.


I'll listen when you need to talk,
I'll wipe away your tears,
I'll share your worries when they come,
I'll help you face your fears.

Aku akan mendengarkan ketika kau berbicara,
Aku akan menghapus air matamu,
Aku akan berbagi kekhawatiran,
Aku akan membantu mu menghadapi ketakutan.

I'm here and I will stand by you,
Each hill you have to climb.
So take my hand, let's face the world,
Live one day at a time.

Aku di sini dan akan berdiri disisimu,
Setiap bukit yang harus didaki.
Jadi genggam tanganku,
mari kita
hadapi dunia ini bersama,
Pada satu masa di suatu waktu.

You're not alone, for I'm still here...
I'll go that extra mile.
And when your grief is easier,
I'll help you learn to smile!

Kau tidak sendirian, karena aku masih di sini ...
Aku akan pergi untuk sementara.
Dan ketika kesedihan mu berkurang,
Aku akan membantu mu belajar tersenyum!


Love And Blessings

Dari Bimbingan, Ujian, dan berbagai tahap lain dalam proses pembelajaran

Ada teman yang porotes “Hla kok, bimbingan via FB?” Jhiaaaahhh, bimbingan atuh, bisa dimanapun, mas, mbak, PakDe, BuLik, Bude, beli Bagus, Cah Ayu…… Bagiku, permasalahan utama bukan terletak pada proses bimbingan untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan. Aku bisa dan terbiasa melakukan bimbingan dimanapun, dengan banyak sarana, dan juga prasarana apapun. I do really love my life forever & ever, dunia tulis menulis…. Good or bad, fast or slow, bisa di rumah, di kantor, di kantin sekolah, via mobile phone, bahkan, melalui mahasiswa bimbingan kini, via email. Hemat kertas dan ramah lingkungan, dan siswa bisa kudesak untuk segera menamatkan mendidikannya karena semua sudah ditunjang dengan berbagai fasilitas yang ada.

Namun yang namanya jalan hidup, sebagai sebuah proses dalam menggapai cita-cita, terkadang bergulir tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan. Kerikil-kerikil tajam menyeruak mengganggu ketentraman. Dari ketidaksiapan menghadapi ujian, kecelakaan, musibah keluarga, konsentrasi yang buyar, hingga beribu dinamika kehidupan lainnya.

Seorang muridku alami patah tulang kaki. Dia dijambret tas nya oleh perampok disaat sedang berboncengan dengan sahabat sekelas dalam perjalanan dari bandara setelah melakukan studi banding dan outbound sekelas. Hmmmm, sungguh sebuah ujian berat di saat harus mempersiapkan diri sebaik mungkin menjelang ujian akhir semester. Namun toh hidup harus tetap berjalan. Kedua orangtuanya tiba dari Timor Leste. Duduk di atas kursi roda, mengikuti materi ujian yang harus ditempuhnya di akhir semester ini.

Segala macam usaha dilakukan demi mencapai hasil yang diharapkan maksimal dan sesuai dengan tujuan. Beberapa hasil pampasan perang berhasil kutemukan. Mulai dari potongan-potongan kertas kecil berisi tulisan mereka, para muridku, hingga curi-curi usaha untuk diskusi di kelas.

Ehm......

Mereka tetaplah manusia dengan segala pernak-perniknya...

Para muridku yang mewarnai hari-hariku. Kuanggap bagai anak-anakku sendiri.

Tetaplah terus tumbuh dengan segala semangat yang ada dalam dada kalian. Jangan pernah mudah menyerah kalah. Walau terkadang hidup tidak selalu indah seperti yang kita impikan......

Panggilan Lain Lagi

"Dear all, Saat ini sepupu saya sdg di rumah sakit sanglah [ kanker serviks ] dan sedang membutuhkan darah golongan O, mohon bantuan semeton untuk bersedia mendonorkan darahnya untuk pasien Pande Putu Santhi Prawita asal Bjr Blumbang Bangli. Nomor hp yg dpt dihub 087860033XXX. Suksma. OM Santih, KLM Rabu malam, 8 Juni 2011, sebuah email masuk ke alamat mailboxku. Salah satu dari sekian banyak mailinglist yang kuikuti. Bila panggilan itu tiba, Jadilah jawab bagi segala pinta, Karena hanya dengan begitu engkau tahu makna cinta sejati, Kasih universal bagi sesama umat manusia........ ". Hhmmm, entah siapapun dia, berasal dari suku, agama, latar belakang budaya. Panggilan ini mengetuk pintu hati. Namun hari sudah larut. Maka kuputuskan bergerak esok hari . Pagi hari, setelah selesai dengan seluruh urusan rumah tangga, sebelum beranjak menuju kantor, kusempatkan mampir ke Unit Transfusi Darah, PMI, di Rumah Sakit Sanglah. Bertanya di bagian Penerima Tamu, tidak ada pasien terdaftar dengan nama tersebut. Hmmm. Berkali, ibu Astini membantu menghubungi berbagai pihak, namun tetap tidak berhasil. Niatku untuk tetap mendonorkan darah,ku yang termasuk golongan B dan kemudian baru ditukar dengan darah golongan O, ditolak oleh mereka. Alasannya, perlakuan terhadap tiap jenis darah dan kebutuhannya, berbeda-beda. Ada operasi yang langsung membutuhkan darah segar, sedang ada pula yang dengan harus melihat stok yang ada. Ini yang terkadang membuat timbul anggapan terjadinya jual beli darah, karena perbedaan perlakuan dan perawatan terhadap persediaan dan kebutuhan akan darah.

Pasien menolak melakukan chemotherapy terhadap penyakit yg diderita. Hingga kini sudah dilakukan transfusi darah dua kali. Sudah ada donor yang terdaftar dua orang, maka saya masuk dalam waiting list berikutnya. Transfusi darah yang dilakukan adalah bersifat langsung, jadi tidak sempat disimpan di Unit Transfusi Darah. Kan yg bikin harganya mahal adalah biaya perawatan darah, sehingga muncul kesan jual beli darah. Darah saya sendiri termasuk kategori B. Namun pihak Unit Transfusi Darah sudah memberikan penjelasan, bisa ditukar dengan persediaan yang ada.Sore pukul 4, sepulang dari kerja aku langsung kembali menuju RS Sanglah. Akhirnya kutemukan dia, sang pasien yg kucari. Pasien atas nama Pande Putu Ayu Santhi Prawita asal Bjr Blumbang Bangli, sudah berada di kamar Cempaka Timur. Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Transfusi darah baru dilakukan berdasar analisis dokter jika kondisi pasien drop.

Namun telah kupenuhi satu panggilan lagi.... Berjalan menghampiri Tuhan, semakin mendekati Beliau....

JJS ke Art Center sehabis ujian

Kita mungkin tidak pernah mengira, takkan pernah bisa meramal dengan tepat, akan jadi seperti apa kelak di masa depan. Namun, dengan sepenuh semangat, tetap menjaga setiap cahaya asa yang ada dalam jiwa, maka semoga tiap situasi dan kondisi bisa membuat kita semakin dewasa dan bijak dari hari ke hari.

Liburan panjang, sehabis bagi rapor sebagai bukti hasil perjuangan dalam proses pembelajaran selama satu periode, banyak orang sibuk menyusun rencana berbagai aktivitas mengisi liburannya. Demikian pula keluargaku. Kutawarkan pada anak2 untuk memilih beberapa alternatif kemungkinan. Pulang kampung, Singaraja menanti, dengan keindahan alam, pemandangan, berkebun bersama para saudara, menyusuri perbukitan. Atau berkumpul dengan para sahabat lainnya di kompleks perumahan kami yang juga memilih tidak pulang kampung, menyusun rencana bersama. Apalagi ada kegiatan Pesta Kesenian Bali yang sedang berlangsung selama sebulan.

Kubaca info yang terdapat di Bali Post hari ini, Rabu, 15 Juni 2011. Acara yang bakal digelar di Art Center adalah, di Panggung Terbuka Ardha Candra pukul 8 malam hingga selesai, Parade Gong Kebyar Anak-anak oleh Sekehe Gong Anak-anak Rare Parahyangan dari Payangan Gianyar. Dan juga ada Sekehe Gong Putra Jaya dari Tabanan. Hmmm…. Jadi teringat tahun lalu, dan juga tahun tahun sebelumnya. Kusewa mobil pickup dari penjual rujak di dekat sekolah anakku, Pak Nyoman, seharga Rp 100.000. Lalu bersama 12 anak-anak lainnya yang ada di kompleks perumahan kami, kami berangkat menuju Art Center, menikmati Gong Kebyar yang waktu itu dilombakan. Kami menonton sambil menikmati camilan berupa kacang, kue, minuman. Sungguh indah menikmati kebersamaan, walau hanya dengan cara-cara sederhana, berbagi kebahagiaan dengan banyak orang.

Tak sabar hati, menanti hingga malam tiba, berkumpul sekeluarga, menikmati malam dengan nuansa budaya yang kuharap bakal menjadikan kita semua semakin kaya akan berbagai cita dan cinta bagi budaya Bali, khususnya budaya Indonesia.

Minggu, 12 Juni 2011


Friends Make Life more beautiful

in many different ways
with smile of warm affection
with words of loving praise

With looks of trust and tenderness
moments of deep sharing
and countless of little gestures,
that reminds you someone's caring

With honesty and tactfullness
in the things they say and do
Yes, friends make life more beautiful
if they are special friends like you !!!

What a Day....


Minggu pagi, 11 Juni 2011. Hari pertama libur murid sekolah. Anak2ku telah menerima laporan hasil belajar mereka selama setahun di sekolah, buku rapor mereka. Tidak ada yang juara kelas. Namun, bukankah... bukan hasil akhir yang menentukan apakah kita Sang Juara atau tidak? Tapi perjuangan dalam meraih hasil itu, seberapa mampu dan kemauan yang kita miliki dalam mengisi hari-hari, menjalani proses dalam menggapai tujuan yang ingin dicapai.

Suami bersama si bungsu berangkat ke rumah ipar, mengunjungi mertua yang ada di sana. Aku melangsungkan mejejaitan. AnggaraKasih Julung Wangi jatuh pada tanggal 21 Juni. Odalan di sanggah dadia kami di Klungkung, Banjarangkan, Dusun Kapit. Bagianku biasanya menyiapkan sampian gantung, tangkih, ituk-ituk, canang, tipat kelan, dan lain sebagainya yang kubisa.

Pukul 11.00, kuhentikan sejenak menowes bahan jejahitan dari busung. Aku dan simbok berangkat menuju Tabanan. Adi diam menjaga rumah sambil menyelesaikan menginstall ulang laptop temannya. Motor kami melaju perlahan di jalan raya dengan kecepatan hanya 75 - 90 km / jam, menyusuri jalan Tegallantang, mengarah ke Dalung, raya Sempidi, bypass Tabanan.
Akhirnya kami tiba di Desa Batuaji Kelod, Kec. Kerambitan. Berjumpa dan bercengkerama dengan keluarga besar, mengunjungi rumah para saudara.

Sebuah pesan singkat di telpon genggamku tiba. "PakYan Lantas meninggal tadi pagi". Dari suami tersayang. Hmmm. PakYan Lantas masih keluarga dekat kami. Beliau tinggal bersama anak, menantu dan cucu di Buleleng, Desa AsahBadung Kelod. Dan, ini kemungkinan berarti kami tidak bisa melaksanakan Odalan di Klungkung kelak. Ah ha...

Aku membayangkan tentang persiapan yang mungkin telah dilakukan oleh para ipar, para saudara. Rangkaian upacara yang telah direncanakan dan disusun rapi. Namun, inilah hidup. Kita harus selalu bersiap terhadap segala kemungkinan yang ada. Sebagai manusia kita hanya bisa menyusun rencana. Karya Tuhan yang terlahir terkadang tidak sesuai dengan apa yg kita harapkan. Selalu ada makna indah yang terjalin di dalamnya. Yang terpenting adalah, berusaha menempatkan diri masing-masing dalam Desa, Kala, Patra..... Tri Hita Karana. Hingga akan terjadi toleransi, Unity in Diversity, Harmoni dalam Keberagaman.....

Sabtu, 11 Juni 2011

Tumpek Wariga / Tumpek Bubuh, Local Genius Wisdom Lain Lagi...


Annaad bhavanti bhuutaani.
Prajnyaad annasambhavad.
Yadnyad bhavati parjanyo
Yadnyah karma samudbhavad.
(Bhagavad Gita.III.14)


Makhluk hidup berasal dari makanan. Makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan. Hujan berasal dari yadnya. Yadnya itu adalah karma.

Tanpa tumbuh-tumbuhan, semua makhluk bernyawa tidak dapat melangsungkan hidupnya, karena bahan pokok makanan hewan dan manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Adanya tumbuh-tumbuhan adalah yadnya dari bumi dan langit kepada semua makhluk hidup ini. Dan.... masihkah kita tidak menghargai apa yang telah boleh kita terima dari bumi pertiwi? Bagaimana cara kita menghargainya? Ini lah salah satu bentuk kearifan budaya lokal yang sungguh Adi Luhung..... Tumpek Wariga.
Tumpek Wariga dikenal juga sebagai tumpek bubuh, tumpek pengatag, tumpek pengarah. Jatuh pada hari Saniscara, Kliwon, Wuku Wariga, atau 25 hari sebelum Galungan. Rangkaian upacara ngerasakin dan ngatagin dilaksanakan untuk memuja Bhatara Sangkara, manifestasi Hyang Widhi, memohon kesuburan tanaman yang berguna bagi kehidupan manusia.Tumpek Wariga adalah hari untuk menghaturkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Dewa Sangkara (masyarakat Bali Kuno menyebut sebagai Kaki Bentuyung), Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan dengan menghaturkan bubur/bubuh. Selain itu,Tumpek wariga juga merupakan rangkaian awal dalam persiapan menyambut hari raya Galungan.
Ketut Wiana, 1 Maret 2005 menjelaskan dalam
http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/1878.htm

Manusia sebagai makhluk hidup yang paling serakah sering berbuat tidak adil kepada keseimbangan hidup tumbuh-tumbuhan tersebut. Untuk menumbuhkan sikap yang adil dan penuh kasih kepada tumbuh-tumbuhan, umat Hindu memohon tuntunan Dewa Sangkara sebagai manifestasi Tuhan Yang Mahaesa. Karena itu, umat Hindu di India memiliki ''Hari Raya Sangkara Puja'', sedangkan umat Hindu di Bali memiliki Tumpek Wariga sebagai hari untuk memuja Dewa Sangkara.

Kemasan luar perayaan Sangkara Puja di India dan hari Tumpek Wariga di Bali tentunya berbeda, tetapi maknanya tidak berbeda. Kedua hari tersebut sebagai suatu proses ritual yang sakral untuk mengingatkan umat manusia agar selalu memohon tuntunan Tuhan dalam mengembangkan dan melindungi tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanan makhluk hidup yang paling utama.


Ni Made Putri, S.Sos, 15 Sept 2009, menjelaskan dalam
http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=edi&xid=54

Tumpek bubuh / tumpek wariga juga disebut tumpek pengatag merupakan turunnya Hyang Ciwa untuk memelihara keharmonisan kehidupan di dunia. Perayaan tumpek wariga ini 25 hari menjelang Hari raya Galungan bertujuan agar pohon / tumbuh tumbuhan yang ada disekeliling kita diharapkan dapat memenuhi kebutuhan umatnya. Seperti tumbuh tumbuhan, daun daunan dan bunga bungaan .

Dalam konsepsi Hindu, saat Tumpek Pengatag dihaturkan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Sangkara, Dewa Penguasa tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan. Memang, menurut tradisi susastra Bali, yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan hidup dan memberikan hasil kepada manusia adalah Hyang Sangkara. Karenanya, ucapan syukur dan penghormatan kepada Hyang Sangkara mesti dilakukan manusia dengan mengasihi segala jenis tumbuh-tumbuhan.


Perayaan hari Tumpek Pengatag mengajarkan pada umat manusia bahwa kita wajib bersyukur atas harmoni yang membantu kita tinggal dalam alam kehidupan kini. Menghormati dan menghargai bumi dan seisinya, khususnya tanaman yang ada, memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan penghidupannya. Pada Tumpek Pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbuhan dalam memberi hidup umat manusia. Hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan.


Karena itu pula, tradisi perayaan Tumpek Pengatag tidaklah keliru jika disepadankan sebagai peringatan Hari Bumi gaya Bali dan kini bisa direaktualisasi sebagai hari untuk menanam pohon. Tumpek Pengatag merupakan momentum untuk memahami dan bersyukur atas segala jasa Ibu Pertiwi kepada umat manusia. Bersahabat dengan alam, tidak merusak lingkungan, belajar dari pengalaman para leluhur / para tetua Bali di masa lalu, yang telah memiliki visi futuristik untuk menjaga agar Bali tak meradang menjadi tanah gersang dan kerontang akibat alam lingkungan yang tak terjaga.

Kesadaran yang tumbuh dalam pengertian makrokosmik, dalam konteks semesta raya, tidak hanya semata Bali. Visi dan misi dari segala tradisi itu bukan semata menjaga kelestarian alam dan lingkungan Bali, tetapi juga kelestarian alam dan lingkungan seluruh dunia. Istimewanya, segala kearifan itu muncul jauh sebelum manusia dimasa kini menggemakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Jauh sebelum dunia menetapkan Hari Bumi, tradisi-tradisi Bali telah lebih dulu mewadahinya dengan arif. Bahkan jauh sebelum orang menetapkan Desember sebagai bulan menanam pohon.


Perayaan Tumpek Pengatag sebagai Hari Bumi gaya Bali menghadirkan ironi tersendiri. Ketut Wiana menjelaskan bahwa dalam berbagai bentuk, ritual dan tradisi itu berhenti pada wujud fisik upacara semata, dampak keterjagaan terhadap lingkungan Bali tak tampak secara signifikan. Kenyataannya, alam Bali tiada henti tereksploitasi. Situasi terakhir, dengan adanya rencana untuk menjual pasir di pesisir pantai Tabanan.

Situasi serba paradoks ini sesungguhnya lebih dikarenakan ide perencanaan dan pelaksanaan dalam bentuk yang menyimpang, pemaknaan yang tidak total atau tanggung terhadap ritual-ritual yang ada. Ritual-ritual itu yang sesungguhnya hanya alat, sebatas wadah untuk mengingatkan, tidak diikuti dengan laku nyata, tidak disertai dengan aksi konkret. Karenanya, yang mesti dilakukan saat ini adalah upaya untuk memaknai ritual-ritual itu secara lebih kontekstual dan total sekaligus menyegarkannya dalam tataran laku tradisi. Perlu ada reaktualisasi terhadap kearifan-kearifan tradisi yang dimiliki Bali.


Karenanya, menurut pandangan Ketut Gobyah, salah satu pemuka masyarakat, akan menjadi menawan, bila Tumpek Pengatag tak semata diisi dengan menghaturkan banten pengatag kepada pepohonan, tapi juga diwujudnyatakan dengan menanam pohon serta menghentikan tindakan merusak alam lingkungan. Dengan tindakan nyata, satu orang menanam satu pohon. Dengan begitu, Tumpek Pengatag yang memang dilandasi kesadaran pikir visioner menjadi sebuah perayaan Hari Bumi yang paripurna. Bahkan, manusia Bali bisa lebih berbangga, karena peringatan Hari Bumi-nya dilakonkan secara nyata serta indah menawan karena diselimuti tradisi kultural bermakna kental.


Mari terus menerus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kita. Dalam skala kecil, berawal dari lingkungan tempat tinggal kita dahulu. Menanam tumbuh-tumbuhan untuk kelestarian lingkungan, dan dijadikan sarana memuja Tuhan. Dalam skala yang lebih besar lagi, mengaktifkan dengan menanami berbagai jenis tanaman pada banyak lahan tidur di Bali. Hasilnya akan bisa dimanfaatkan masyarakat Bali sendiri tanpa harus tergantung dari pasokan luar Bali, khususnya dalam memenuhi berbagai kebutuhan sarana upacara keagamaan.

Hal inilah yang semestinya kita lakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan, mengajegkan flora dan fauna Bali. Secara berkala dalam merayakan hari Tumpek Wariga, di samping secara niskala kita melakukan upacara keagamaan. Dengan demikian, dari Tumpek Wariga ke Tumpek Wariga berikutnya kita dapat menyaksikan berbagai kemajuan dalam pelestarian tumbuh-tumbuhan Bali.



Rapotan, Rapotan, Yang Ikut Repot Karena Anak Terima Raport



Anak-anakku terkasih......
Hari ini mereka rapotan, Terima raport.
Tidak ada satupun yang jadi jawara di kelasnya. Namun, bukan jawara yang tentukan apakah kita orang hebat atau bukan?





Proses untuk menjalani hari-hari dalam menempuh pendidikan dan mengisi hari-hari mereka di sekolah yang menentukan mereka jawara atau tidak.


Mereka mewarnai hari-hari dengan segala kisah kasih dan kehebohan
dengan segala ceritera dan berita, yang terkadang seolah tiada berujung.....
Ukirkan jalan hidup kalian, anak-anakku,
permata hati yang kan selalu kukenang,
walau kami tak selalu bisa dampingi kalian....

Hidup takkan selalu indah dan mudah, nak.
Namun jangan pernah padamkan asa semangat dalam jiwa kalian.
Yakinlah selalu, untuk teguh kukuh di jalan yang telah Tuhan berikan bagi kalian
jalan Dharma, bagi bangsa dan negara, dengan beradaptasi dengan lingkungan
dimana kalian berada.....

Ah Tuhan.....
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sangkan Paraning Dumadhi.....
Semoga anak-anakku jadi anak yang surbhakti.
Berbakti pada Tuhan, pada kedua orang tua,
pada keluarga dan para sahabat,
pada Dharma dan negara...