Rabu, 30 November 2011

Potret Negeri Ini........




























Temui beberapa calon Doktor, Doktor dan Profesor di Kampus Pascasarjana pagi ini, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kampus STPNDB. Menyusuri jalan Teuku Umar di panas terik siang hari dengan perut mulai lapar, sebelum berbelok ke jalan Imam Bonjol, kulihat sosok ibu tua. Berjalan terseok di atas jembatan Tukad Badung, karung plastik di tangan kiri, tongkat di tangan kanannya.




Sesekali dia berganti memegang karung plastik tersebut dengan tangan kanannya. Kepalanya tertunduk ke bawah, mengamati dengan seksama jalan aspal panas. Paku, baut dan mur, didekatinya dengan tongkat kayu. Di ujung tongkat tersebut terdapat bungkah besi magnet yang akan menarik, menyedot berbagai benda besi, yang lalu dikumpulkan di dalam karung plastiknya.



Tepat pukul 11 siang, udara panas menyengat menantang s'tiap pelintas jalan. Namun dia bertahan demi uang yang melintas di benaknya. Penyambung hidup hari ini demi keluarga yang mungkin menanti di rumah.




Hmmmm......

Inilah dunia kita semua......

Beragam bentuk aktivitas kehidupan ada di dalamnya, mewarnai segala pemandangan yang ada. Dan, ibu ini adalah bagian dari kehidupan kita pula, entah diterima atau tidak..... bahkan mungkin, kita temui setiap hari, dalam berbagai wujud berbeda, ber tetangga dengan kita, dalam berbagai situasi dan kondisi lainnya.......



Kembali kulanjutkan perjalanan....



Aku berjanji dengan dua mahasiswaku, untuk bimbingan skripsi mereka di ruang ADH, tepat pukul 12 siang nanti. S'moga perjalananku lancar dan tidak terlambat menemui mereka. Mereka telah mengikuti ujian sidang bagi skripsi mereka, dan kini ingin melakukan revisi atas hasil ujian tersebut.



Memasuki persimpangan jalan sebelum ke kampus UNUD, di jalan raya By Pass Ngurah Rai, terlihat sebuah mobil mewah melintas, dua pintu, silver indah warnanya. Tanpa kap. Full AC, maksudnya, full ber angin-angin, eh hehehe. Entah berapa harganya......



Dua peristiwa, yang kutemui hari ini sepanjang perjalanan Denpasar menuju Nusa Dua, mungkin hanya sepenggal di antara jutaan peristiwa lainnya yang hadir dan lahir hari ini...... Namun sungguh merupakan potret negeri ini. Inilah wajah-wajah kita semua, yang ada di sini, bahkan, mungkin di jutaan tempat lain di seluruh pelosok negeri ini, dengan beragam sutradara, dan beragam pemeran yang berbeda pula........

Minggu, 27 November 2011

Mimi, Pipi, dan Puyu.....

Mereka hanyalah binatang….

Namun mewarnai hari-hari di tengah berbagai aktivitas kehidupan keluarga kami sehari-hari….

13224054441557279765

Mimi adalah anak anjing kecil berusia dua bulan yang kutemukan di depan pasar dekat rumahku. Pipi adalah anak anjing berusia 4 bulan yang juga kami temukan di jalan, namun sudah di vaksin. Puyu adalah seekor monyet pemberian iparku bagi anak2ku.

Mereka hanya dari jenis lokal, binatang biasa. Sering bermain bersama, kami mandikan, kami beri makan, dan kami perhatikan pula aktivitasnya sehari-hari.

1322405770806817674

Sudah beberapa pasang sepatu dan sandal menjadi korban kenakalan mereka. Tetaplah, binatang yang jenaka dengan segala kejahilan mereka pula.

13224059172054402582

Sudah seminggu Mimi lumpuh layu secara mendadak.

Dokter hewan yang kutelpon untuk segera datang, mengatakan… sudah terlambat untuk menyembuhkannya. Maka, yang bisa kami lakukan adalah merawatnya.

13224063651474486992

Bergantian anak-anakku memberinya minum, mendekatkan makanan ke mulutnya. Simbok memindahkannya ke dalam rumah jika malam tiba. Kami memberinya alas untuk tidur agar tubuhnya tetap hangat.

1322406594684096096

Namun kini Mimi sudah tidak kuat mengangkat kepalanya lagi. Hmmm, trenyuh melihat kondisinya begitu…..

Apa pun yang terjadi, tersenyumlah Mimi……. Hidup mungkin tidak indah bagimu, tidak semudah yang dikau bayangkan tatkala lahir ke dunia. Namun kami akan selalu membantumu, sebisa yang kami lakukan. Smoga kamu berbahagia selalu……

13224071061318817439

Sabtu, 26 November 2011

Eleven Hints for Life (Saleem)


"Eleven Hints for Life"

1. It hurts to love someone and not be loved in return.
But what is more painful is to love someone and never
find the courage to let that person know how you feel.

2. A sad thing in life is when you meet someone who
means a lot to you, only to find out in the end that it was
never meant to be and you just have to let go.



3. The best kind of friend is the kind you can sit on a
porch swing with, never say a word, and then walk away
feeling like it was the best conversation you've ever had.

4. It's true that we don't know what we've got until we lose
it, but it's also true that we don't know what we've been
missing until it arrives.

5. It takes only a minute to get a crush on someone, an
hour to like someone, and a day to love someone-but it
takes a lifetime to forget someone.

6. Don't go for looks, they can deceive. Don't go for wealth,
even that fades away. Go for someone who makes you
smile because it takes only a smile to make a dark day
seem bright.

7. Dream what you want to dream, go where you want to go,
be what you want to be. Because you have only one life and
one chance to do all the things you want to do.

8. Always put yourself in the other's shoes. If you feel that it
hurts you, it probably hurts the person too.

9. A careless word may kindle strife. A cruel word may wreck
a life. A timely word may level stress. But a loving word may
heal and bless.

10. The happiest of people don't necessarily have the best
of everything they just make the most of everything that comes
along their way.

11. Love begins with a smile, grows with a kiss, ends with
a tear. When you were born, you were crying and everyone
around you was smiling. Live your life so that when you die,
you're the one smiling and everyone around you is crying.

Selasa, 22 November 2011

Jalan Sehat Merah Putih

Minggu, 20 November 2011. Pukul 6 pagi baru terjaga. Hmmm, sudah telat buat bersiap mengikuti Jalan Santai Merah Putih. Namun kami masih mencoba berharap bisa menikmati hari Minggu ceria bersama keluarga. Bergegas mandi dan mengenakan seragam olah raga, sepatu kupinjam dari Adi, Yudha mengenakan topi dan sepatu sekolahnya, Gung Wipa yang putra bu Dayu Puspaadi mengenakan baju kaos hitam bertulis Poker, club bulutangkis.

1321976572287922492

Well, suami menggandeng Yudha dengan motor Mio nya, aku menggandeng Gung Wipa dengan motor Astrea Prima. Kami mengarah menuju jalan Teuku Umar, berbelok ke jalan Diponegoro, dan....... motorku ngambek. Hmmm, kuhentikan di pinggir jalan. Suami ikut menghentikan motor di pinggir jalan raya. Rasanya.... baru kemarin kubelikan bensin. Kubuka tutup tempat bensin, dan, baru kuingat..... motor Yamaha Yupiter MX lah yang kubelikan bensin 2 liter kemarin. Swaha.... Tuhan.

13219766321542369605

Segera, motor kubelokkan masuk ke area bank di pinggir jalan, berbincang sejenak pada bapak satpam yang manis. Ia mengijinkan kami menyimpan sepeda disana. Yudha kuminta pindah ke bagian depan motor Mio bapaknya, Gung Wipa di tengah, dan aku di bagian paling belakang. Well, okelah, kami berempat berhimpitan melaju menuju ke lapangan Puputan Renon. Tiba di sana pukul 7 pagi, sudah ratusan orang berjubel di bagian Timur Lapangan. Motor diparkir rapi, dan kami bergegas bergabung dengan kumpulan massa.

13219766971727241986

Kumpulan massa peserta Gerak Jalan Sehat Merah Putih bergerak perlahan setelah dibuka oleh Wakil Gubernur Puspayoga. Kuawasi Yudha dan Gung Wipa yang bergerak berjalan bersama suamiku. Ribuan orang yang bergerak bersama membuatku khawatir bila mereka tercecer. Kami menyusuri jalan raya Puputan Renon, dan suami menyempatkan diri menyapa para sahabatnya yang ditemui di jalan. Meneruskan perjalanan, kami dan lautan ribuan manusia berbelok masuk ke jalan Dewi Sartika, depan Matahari Dept Store, belok ke kanan, masuk ke jalan Diponegoro, Terus menuju ke lapangan Puputan Badung. Kami berhenti sejenak untuk membeli 3 bungkus gulali, bagai kapas yang terbuat dari se sendok gula putih. Suami semakin melesat tak terkejar, akhirnya menghilang dari pandangan kami. Masuk ke jalan Kecubung, menuju kantor Bali Post, kedua anak ini mulai mengeluh lelah. Hmmm, jarak tempuh 9 km dari lapangan Puputan Renon menuju lapangan Lumintang lumayan jauh bagi mereka. Ini belum lagi 5 km dari jarak yang telah mereka tempuh....... Maka, kutelepon Adi, putra sulungku di rumah.

1321976768432426335

Adi tidak ikut Jalan Sehat Merah Putih. Dia menyusun rencana ingin melukat bersama teman-teman SMA nya. Kemarin adalah hari raya Saraswati, dan se hari setelahnya adalah hari yang kami kenal dengan Banyu Pinaruh, penyucian dan peleburan diri dengan simbol mandi di mata air, laut, sungai.

13219768611107556992

Ku minta Adi menjemput adiknya tepat di depan kantor Balipost yang terletak di jalan Kecubung. Yudha dan sahabat se kelasnya, Gung Wipa, terlihat lelah. Kami menikmati se gelas suguhan minuman yang disediakan panitia penyelenggara sambil menikmati pemandangan dari para peserta Jalan Sehat yang melintasi jalan. Pukul 9.15 Adi tiba. Yudha dan Gung Wipa naik di boncengan bagian belakang Adi, mereka melanjutkan arah menuju lapangan Lumintang untuk bersatu dengan para peserta lain di garis finish. Sedangkan aku sendiri berjalan kaki bersama peserta lain melanjutkan perjuangan kami.

1321976927986975499

Kuamati peserta lain, sekitar 200 an peserta dari STIKES, ada pula dari Yayasan Saraswati, Dwijendra, berbagai SMA dan SMP dari berbagai kabupaten lain. Hmmmm, sehat itu sungguh indah, juga bisa berkumpul bersama dengan para sahabat dan bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun.....

1321976990283774603

Waktu menunjukkan pukul 11.15 tatkala kuakhiri perjalanan di lapangan Lumintang. Adi memberitahukan bahwa dia tidak berhasil menemukan adiknya dan juga Gung Wipa. Ah..... tak terlalu khawatir. Pasti mereka berada di sebuah tempat di tengah lapangan se luas ini..... Aku beserta suami dan juga Adi berkeliling berkali dan berkali. Ah.... kuhubungi pihak panitia, kuminta mereka mengumumkan di pengeras suara. Namun panitia baru mengijinkan dan menjanjikan untuk mengumumkan setelah jeda iklan, karena tayangan hiburan di panggung sedang live show. Hmmmm. Ku ingat-ingat..... Yudha sempat membicarakan keinginannya untuk mampir di rumah pamannya setelah tiba di finish nanti. Dia memang senang sekali jika sudah berkumpul dan bermain bersama Dika, ponakanku di sana.

Waktu menunjukkan pukul 12 saat ku hubungi ipar. "Yudha ga' ada di sini" sahutnya. Aarrggghhh. Haruskah aku menangis? Tangis takkan menyelesaikan masalah. Maka, duduk dahulu kami di sisi pinggir lapangan luas ini..... 5 menit berlalu, sepuluh menit, hingga 30 menit.Kuminta Adi mengendarai motor nya menyusuri jalan raya sepanjang lapangan Lumintang menuju ke rumah ipar. Mungkin saja mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sana.

Termangu di pinggir lapangan, terdengar dering di HP ku.... kulirik, hmm, Iparku menelpon "Yudha nih, baru tiba" Whoaaaa, ternyata, anakku beserta sahabatnya ke rumah ipar. Ah ha.... 5 km ditempuh dengan berjalan kaki dari lapangan Lumintang menuju ke rumah iparku ini di jalan Antasura Gg. Sutra. Padahal, tadi di depan gedung Balipost, mereka sudah mengeluh lelah teramat sangat. Berarti...... belasan km telah mereka tempuh hari ini.

13219770871200132806

Hahaha..... aku bersorak girang dalam hati. Anakku memang termasuk hiperaktif. Selalu bergerak untuk menguras tenaganya. Dan..... ini juga termasuk salah satu cara dia meniti hidup dan kehidupannya, mengisi hari-hari untuk menjadi pria yang tidak manja dan mampu menyelesaikan persoalan yang tiba. Mungkin saja dia keliru dalam berjalan menuju rumah ipar, mungkin saja dia salah dengan tidak mencoba bertanya pada bapak polisi yang bertebaran di lapangan Lumintang, mungkin saja dia telah berlaku salah dengan mengajak sahabatnya ikut pergi bersama nya...... Namun, dia tetap anakku yang kusayang, yang heboh dan selalu ceria, yang penuh dengan segala ide kreatifnya.

1321977158483478322

Tak kubayangkan lagi, bagaimana cara kami kini mengambil motor di lapangan Puputan Renon, motorku yang bensinnya habis di jalan Diponegoro. Yang penting..... anakku sudah jelas keberadaannya. Swaha, Astungkara Tuhan...... Ida Sang Hyang Widhi Wasa........


Sabtu, 19 November 2011

Pernahkah anda merasa sendirian dan tiada berdaya??



Mimi namanya. Anak anjing kecil mungil ini baru berusia 2 bulan.









Kutemui di jalan raya dekat pasar, sedang digonggong oleh induknya sendiri yang tidak suka diikuti. Setelah bertanya pada beberapa orang dan meyakinkan bahwa tidak ada pemiliknya, kugendong dan kubawa pulang ke rumah.

Bapaknya anak2 sempat protes keras dan minta untuk kembalikan lagi anak anjing mungil ini di dekat pasar. "Ngapain ngambil anjing cewek?! Nanti repot ngurusnya, runyam, repot, semua diberantakin". Namun.... satu lawan tiga, ya kalah lah.... Anak-anak sungguh senang punya tambahan anak anjing.

Putra bungsuku memberinya nama panggilan Mimi. Kami sudah punya anak anjing yang berusia 4 bulan. Cowok, dan diberi nama Pipi. Dahulu kami pernah punya anjing 7 ekor. Mereka semua bukanlah anjing jenis ras, hanya anjing biasa, namun sungguh.... mewarnai hari-hari dalam kehidupan kami sekeluarga. Lalu kemudian wabah Parvo melanda. Hmmm, dokter hewan yang rajin mem vaksin mereka di rumah kami selalu mewanti.... Parvo adalah penyakit yang lumayan parah bagi anjing. Jarang sembuh jika sudah terserang sakit tipe ini. Dulu pernah anakan anjing kami sampai opname di tempat dokter hewan, diberi infus untuk membantunya pulih.

Si Mimi sungguh lucu, dia senang berlari kian kemari, menerobos ke kolong meja, masuk ke semak taman dan menyalak dengan suara kecil melengking bila kami tiba. Saat malam tiba, dia tidur beralas keset di depan kamar mandi. Ikut terjaga setiap ada anggota keluarga yang melewatinya.

Dan, Jum'at sore, 18 November 2011, dengan tubuh letih setelah seharian ikut workshop bersama suami, juga anak yang nempel gak mau lepas, kami tiba kembali di rumah. Setelah dua minggu dia tinggal bersama kami, dengan gerak ceria tiada hentinya, kami dapati dia tergolek lemah.

"Mimi gak bisa berdiri, kakinya lumpuh" Ujar Ayu, simbok. Hmmm. Ada apakah gerangan??? Segera kutelepon dokter hewan, dr. Made Sunada, yang mantan murid bapak. Istrinya, yang juga seorang dokter hewan, menerima teleponku. Beliau menyampaikan pesan, bahwa, mungkin saja, seekor binatang mengalami lumpuh layu, dan, sudah terlambat untuk melakukan vaksin ini.

Hmmm, sungguh kasihan dia. Hanya seekor binatang, anjing yang kecil mungil..... namun tetaplah mahluk ciptaan Tuhan pula. Maka, kami bersama merawatnya, kumandikan dan ku lap tubuhnyam anak sulung ku mengangsurkan minuman dalam piring plastik kecil, si bungsu memberikan nasi putih bercampur sedikit pindang. Pipi, anak anjing jantan yang kini berusia 4 bulan, menunjukkan kepedulian dengan menjilati badan basah Mimi yang baru habis kumandikan. Dia tetaplah anjing peliharaan kami.

Pernahkah anda merasa begitu sendirian? Ditinggalkan kerabat dan para sahabat, merasa tidak berdaya karena tiada yang peduli dan membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Ah..... inilah sesungguhnya yang membuat kita mati perlahan. Sayangi diri sendiri dengan menyayangi mahluk lain, hargai diri sendiri dengan menghargai mahluk lain........

Renungan di hari Saraswati.......
Smoga kita semua semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari dalam menjalani samudera kehidupan di dunia ini..........


Sanghyang Saraswati......



Hari raya Saraswati, Lambang Ilmu Pengetahuan..... Semoga kita semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari..... semoga damai selalu hadir di bumi dan dihati.....


Tasbih, melambangkan hubungan dengan Hyang Widhi. Iman kita selalu pada Nya....

Daun lontar melambangkan ilmu pengetahuan. Belajar selalu sepanjang kehidupan, tiada pernah berhenti, bahkan... dari org yang tidak kita kenal di sekeliling kita...

Sitar artinya seni, karena hidup itu sendiri adalah sebuah seni bagaimana kita menjalani hari demi hari. Tidak mudah berputus asa, dengan segala aksi dan kreasi....

Bunga artinya keindahan, keselarasan dan keserasian dalam menjalin hubungan dengan tiap unsur kehidupan. Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Rwa Bineda, Yin Yang, Pharas paros, sarpanaka, Sagilik saguluk, Salunglung sabayantaka.....

Teratai adalah lambang ketegaran dan keteduhan hati... Bisa beradaptasi dimana pun berada, tidak bersikap egois. Dimana bumi di pijak, di sana langit di junjung.....



Sabtu, 12 November 2011

Tirta Yatra.....


13211091291630361404

Sabtu....... 12 November 2011.

Hmmm..... Sedang ada odalan di Pura Dalem Balingkang. Ida Bethare nyejer selama satu minggu. Terbayang 3 tahun lalu.... bersama Pak Nyoman Sumaartha dan Kadek, adik Pak Wayan Suasthana.... kami bersama melakukan tirta yatra ke Pura tersebut. Juga dengan anggota keluarga Mangku Danu saat itu. Ah..... kangen ingin pergi kesana, menemui Beliau. Entahlah, apa aku masih ingat jalan menuju kesana..... Hanya pernah satu kali, dan itu pun sudah lama sekali.....

Anak2 sudah berangkat sekolah. Adi, Pangeran sulung, mengantar si bungsu, Yudha, ke sekolahnya sebelum dia sendiri berangkat ke SMA Negeri I Denpasar. Suami berangkat menemui Gus Wira, rekannya se angkatan di Program S3 Pascasarjana, Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana.

Maka.... kuputuskan berangkat nangkil. Sendiri??? Why not? aku bukan tipe wanita manja. Dan ini, selalu dengan penuh pertimbangan...... Bukan hanya sekedar memenuhi adrenalin belaka, bukan pula sekedar narsiiissss. Dorongan untuk bersembahyang ke rumah Beliau begitu besar.... entah dengan cara dan atau gaya apa pun....

13211087411466634676

Kusiapkan tas ransel ku. Kumasukkan kain, kebaya putih, selendang, beberapa alat tulis. Kusempatkan buka jejaring internet, search jalan meretas jejak menuju ke Pura Puncak Penulisan, Pura Dalem Balingkang, Pura Ulun Danu Batur. Sekaligus juga, memenuhi undangan dari Putu Indra, sahabat yang sudah kuanggap bagai ponakan, yang hari Sabtu ini melangsungkan upacara potong gigi bersama adik kandungnya, di desa Kedisan, Kintamani.


13211087831628058298


Well......

Bisa dianggap. Aku adalah Well Educated Tourists....... Orang yang bepergian, dengan tujuan melakukan tirta yatra, mengendarai motor, se penuh pertimbangan, dan membekali diri tentang berbagai informasi mengenai obyek yang dituju.......

Mengenakan jaket, sarung tangan, kaus kaki dan celana panjang, helm dan berkaca mata hitam, selendang melilit di leher, sedikit bekal makanan di dalam ransel, dan..... informasi dari internet tentang obyek yang kutuju.


13211088081903409294

Menyusuri Jalan Diponegoro, berbelok ke arah Penatih, masuk ke desa Singapadu, Penestayan, Kedewatan, dan tembus ke Kintamani, akhirnya tiba di Pura Puncak Penulisan, di Desa Sukawana. Kuparkir motor di depan Pura, mencari toilet umum untuk mengenakan kain bersembahyang, membeli beberapa jenis buah dan jaje untuk dihaturkan sebagai persembahan kepada Tuhan. Ku awali persembahyangan di bagian bawah undagan sebelum menuju ke puncak.

Pura ini berada di Desa Sukawana, Kabupaten Bangli. Ada orang yang menyebut Pura ini dengan istilah Pura Panarajon atau Pura Tegeh Koripan. Namun karena terletak di bukit Panulisan, juga disebut dengan nama Pura Puncak Penulisan. Kompleks pura ini menyimpan pula benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu, dari masa prasejarah hingga Bali Kuno. Dan, membutuhkan tenaga untuk tiba di bagian tengah Pura, karena undagan anak tangga yang lumayan tinggi.....

Tuntas bersembahyang di sini, kuarahkan laju kendaraan menuju Pura Dalem Balingkang, 6 km dari Pura Puncak Penulisan. Sepanjang 5 km pertama, jalan bagus beraspal mulus, namun 5 km berikut sungguh penuh perjuangan. Hmmm, butuh perhatian pemerintah dan penduduk setempat.....

Redite Umanis Warigadean merupakan hari upacara piodalan di Pura Dalem Balingkang, Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ramai sekali terlihat para pemedek / orang yang bersembahyang di Pura. Namun sayangnya, di pelataran bagian luar, terlihat kumuh, karena banyak pedagang berjejer menjajakan berbagai jenis dagangan, dari makanan, pakaian, tas, mainan anak2, hingga berbagai perlengkapan lainnya. Kuawali persembahyangan di Pengayangan Sanghyang Saraswati, dan menyusuri jalan setapak ke arah Pura Dalem Balingkang.

Aku beranjak menuju ke Pelataran Tengah Pura, di Bagian Madya Mandala, menghaturkan canang dan mulai bersembahyang. Hmmm, mungkin, terdapat keunikan di Pura ini. Jika pada umumnya umat Hindu menggunakan patokan Kaja-Kangin sebagai arah tempat suci untuk bersembahyang, maka di Pura Dalem Balingkang ini, kita bersembahyang dengan menghadap ke arah Barat.

Dari bagian Madya Mandala, bergeser menuju ke bagian Utama Mandala. Bersembahyang kembali.... dan berkenalan dengan Kathrine, dari Switzerland. Dia sudah berkali ke Bali, dan pada liburan kali ini bersembahyang di Pura Dalem Balingkang, sambil ingin mengenal lebih jauh tentang Pura ini. Hmmm, sungguh sebuah upaya yang patut mendapat apresiasi....

Satu jam setengah berada di kompleks areal Pura Dalem Balingkang, tiba waktuku kembali bergerak...... Jalan berliku dan terkadang menyempit, membuat para pengemudi harus ekstra berhati-hati. Kulihat 4 truk pengangkut para pemedek beserta barong harus berhenti tatkala berpapasan dengan 4 mobil lain, padahal sedang dalam kondisi tanjakan tinggi dan berliku. Ah.... sungguh sebuah perjuangan dalam melaksanakan upacara keagamaan.

30 menit kemudian, aku tiba di depan Pura Ulun Danu Batur.

1321108838420237440

Terbayang.......

Dulu aku bersama Ayu, simbok yang kini bersama kami.... 5 tahun lalu, saat Yudha masih berumur 4 th, beratnya sudah 25 kg. Bersama rombongan dari kantorku, kami naik bis. Namun, berhubung Pura Ulun Danu Batur sedang melaksanakan puncak upacara, maka 1 km dari Pura, bis sudah tidka bisa lewat. Dampaknya, aku harus menggendong Yudha selama 2 jam dan se jauh 1 km hingga ke dalam Pura, menembus antrian lautan manusia. Sedang Ayu harus menjunjung 2 pejati yang kubawa dari rumah.

Kupenuhi janjiku kepada Tuhan...... akan kuhantarkan anggota keluargaku, bersimpuh dan berdoa pada Tuhan selalu....

1321108901411147524

Selesai disini.....

Kini saatnya memenuhi undangan sahabat. Dulu, hanya sekali pernah ke desanya. Bersama banyak orang, dalam rangka perjalanan tirta yatra yang lain lagi. Kini, kubutuhkan bertanya berkali-kali, sebelum tiba di depan rumahnya. Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dan satu-satunya rumah yang sedang melangsungkan upacara potong gigi. Hmmm, astungkara, kutemui juga mereka sekeluarga..... Ow my God... menu makan siang menanti, ikan mujair goreng, mebase kesuna cekuh. Hmmm, olala.... segera kuambil potongan besar beberapa..... Perutku sudah keroncongan sedari tadi. Hahaha......


1321108939105801427


Tuntaskah rangkaian acara hari ini??? Belum juga.....

Sebelum kembali ke rumah, aku mampir ke rumah ipar, mengunjungi bapak mertua di sana. Kubelikan 4 bungkus sate ikan dan sate ayam. Berbincang bersama ipar dan para ponakan, menggodain dan bercanda dengan mereka. Kemudian pulang ke rumah menemui keluarga tercinta.

Lelahkah?? Ya, tentu.... aku cuma manusia biasa, namun memiliki rencana-rencana dan kulaksanakan, juga kuevaluasi. Adrenalin demi buktikan kemampuan dan wujudkan kemauanku? Ya sudah tentu.... namun selalu dengan sepenuh pertimbangan.

Astungkara, Tuhan...... Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Aku masih diperbolehkan menyaksikan kebesaran dan keagungan Mu.... betapa kami selalu memuja Mu dengan berbagai gaya dan cara yang kami mau dan kami mampu......


13211090281388240152










Senin, 07 November 2011

Adi Anakku dan Bhaktinya di Jalan Dharma.....


Dua hari lalu, anakku mengangsurkan sejumlah uang.





10 lembar Rp 2.000 an, 13 lembar Rp 1.000 an,

3 lembar Rp 10.000 an, 10 lembar Rp 5.000 an,

8 lembar Rp 50.000 an, dan 1 lembar Rp 100.000 an.


"Ma, ini uang tambahan sebagai hasil dari menjual desain gambar yang Adi bikin".

Ujarnya.....


Hmmm, ini sebagai sebuah upaya dan proses menjadi wirausahawan muda.

Belajar sepanjang kehidupan.


Apapun itu, anakku.....

Hidup tidak selalu mudah dan seindah yang kita harapkan.

Takkan kujanjikan padamu....

Bahwa bapak dan emak bakal selalu ada

mendampingi di s'tiap jejak langkahmu.....


Namun, teruslah tumbuh dan berkembang,

menjadi pria dewasa nan tangguh,

menghadapi segala tantangan dan rintangan,

bijak dan arif di jalan Dharma......

Bhakti ku, ku harap selalu...


Bagawad Gita Bab 14 Sloka 16.





Mam cayo vyabhicarena,

bhakti yogena sevate.

sa gunan samatityaitan,

brahma bhuyaya kalpate (Prabhupadha).

(via PakDe Sandiasa)

Orang yang menekuni bhakti sepenuhnya,

dan tidak gagal dalam segala keadaan,

segera melampaui siafat-sifat alam material,

dan dengan demikian mencapai tingkat BRAHMAN

dalam tingkatan inilah yang apaling tinggi,

yaitu Tuhan dalam BRAHMAN yang bersifat NIRGUNA.

Minggu, 06 November 2011

Perjalananku Mewujudkan Harapan dan Impian

Reh kocap tan saking sastra.....

Tan mantra tatan mas manik.

Sida manulak sanghura.

Kewala sane asiki.

Kasusila ning budi.

Punika kanggen perahu.

Kukuh Kaliwat-liwat.

Tuara keweh tempuh angin.

Sida mentas

Saking sanghura sagara

Olih : Dr. Nyoman Suarka

@Widya Sabha FakSas UNUD, 31/10/11

Terukir di sastra......

Bukan karena mantra dan mas permata,

yang berhasil atasi masa campur aduk ini.....

Hanya satu,

yaitu kesusilaan budi pekerti,

agar tidak terombang-ambing angin,

agar bisa terlewat / melintasi jaman ini.......


Tatkala memutuskan pulang kampung, mendung bergelayut di angkasa. Namun tetap kuputuskan berangkat bersama anak dan simbok. Kami bergerak melaju menyusuri jalan raya Denpasar - Gilimanuk, pukul dua siang hari, Sabtu, 6 November 2011. Memasuki daerah Hutan Bading Kayu, Pengeragoan, hujan mulai jatuh membasahi bumi. Kian lama kian deras. Saat kami mengenakan jas hujan, hujan disertai angin menerpa wajah. Harus ekstra berhati menembus jalan licin dan terkadang berlubang. Hmmm, Bukankah... setiap proses dalam kehidupan adalah berjuang untuk menjadi smakin dewasa dan bijak selalu ? Dan, hidup itu sendiri adalah sebuah pilihan. Ini adalah pilihan yang kuambil. Pulang kampung ke Sepang, Buleleng.

13205969931364980381

Tiba di Asah Badung, kami mampir di warung milik PakMan Merat. Berbelanja berbagai benda untuk oleh-oleh bagi para anggota keluarga tercinta. Kemudian Ayu diantar oleh PakDe Madium ke Gunung Sari, pondok ortunya disana. Aku melanjutkan perjalanan bersama Yudha ke Pangkung Singsing. Di natah, kami disambut oleh anjing putih milik keluarga, juga Nyoman dan istrinya, Kadek. Mereka adalah para ponakanku. Aahhh..... aroma kebun kopi dan bersihnya udara kampung menyeruak udara, selalu menimbulkan kehangatan dalam dada. Kuhaturkan banten raraban sebagai pertanda kami baru tiba di rumah......

13205973141252745327

Jam dinding di tembok depan rumah memperlihatkan pukul 4. Hmmm, masih cukup waktu untuk berkunjung ke rumah Bli Wayan dan Mbok Pi. Mereka berdua adalah iparku. Maka, aku dan Yudha, pangeran bungsuku mengenakan sepatu baru yang kami beli di Asah Badung tadi, dan bergerak menyusuri jalan setapak di sisin sungai kecil. Sepanjang perjalanan, kukenalkan padanya, berbagai jenis tanaman yang kami jumpai. Mulai dari duren, manggis, kopi, cokelat, pohon kelapa, ubi kayu, berbagai jenis tanaman pisang, vanili, tanaman jenis paku, sirih, sereh, dan masih banyak lagi.Lumayan banyak sayur pakis yang kami petik sepanjang jalan. Ah ha..... kubayangkan menyantap sepiring penuh sayur paku saat makan malam kami nanti.

13205974951641933925

Akhirnya kami tiba di rumah Bli Wayan. Beliau sedang mencari anakan kopi di rumah tetangga. Wayan Muliawan dan istrinya sedang ke Singaraja kota, karena Ketut, istrinya, sedang mengikuti perkuliahan. Hanya ada Mbok Pi dan cucunya, Putu Dita. Rasa lapar setelah berjalan membuat anakku tidak ragu segera menuntaskan sepiring nasi dengan lauk mi rebus. Setelah puas bermain dan mengobrol bersama, kami memutuskan kembali ke Pangkung Singsing. Dan, dua porsi makan malam kutandaskan bersama sayur paku dan sambel bikinan Kadek, sang ponakan, sebelum larut dalam lelap mimpi malam hari berteman bintang dan udara dingin segar dari hawa pegunungan.

1320597535769684398

Terjaga pagi hari, saatnya menyapa alam dengan bersih-bersih. Anakku berlarian mengejar anak-anak ayam. Nyoman memberi makan puluhan ayamnya dengan menegteg batang sagu. Kadek menanak nasi di tungku. Aku menyapu se isi rumah.


Kami bergerak kembali..... Kali ini menuju rumah PakMade dan Mbok Tut Sukati. Keramahan para penduduk kampung tiada henti membuat kami tersenyum dan menyapa sejenak. Kulihat YanDana, ponakan yang sedang sibuk mencari mobil untuk menghantar PakYan Genek ke RS Singaraja. Kuhampiri pula, rumah Bli Ngah Puja, dengan anaknya yang sedang sibuk panen jamur dan para cucu yang sedang berlarian di halaman. Istrinya, MbokNuka, sedang berada di Dayang. Menantunya baru melahirkan bayi seminggu lalu dengan cara caesar. Akhirnya kami parkir di natah rumahnya ManPir, karena motor tidak mungkin bergerak lebih jauh lagi ke arah atas, jalan terjal dan becek menanti.

13205975731329747909

Hmmm, sambel pangi dan jukut don sela mebejek menanti kami. Dua porsi nasi segera tandas dengan sukses. Ah Tuhan..... betapa indah karunia Mu bagi kami. Tak rela rasanya pergi dari suasana ini..... Apalagi, tatkala MbokTut mengiris 4 buah keladi untuk digoreng menjadi keripik. Setelah dicuci bersih, irisan keladi diberi taburan garam, ditiriskan, lalu digoreng. 3 piring keripik pun kami tuntaskan sambil bertukar ceritera.

1320597871247161152

Kemudian aku membantu Bli Made dan PakYan Sukra yang mengulat besi sebagai penguat senderan bagi dapurnya yang mid / runtuh. Selonjoran empat batang besi sepanjang 4 meter, diberi potongan-potongan kecil besi berbentuk segi empat, lalu dililit dengan kawat besi yang lebih kecil.

13205979831799933478

Akhirnya, tak terasa, waktu menunjukkan pukul 12 siang. Waktunya bagi kami bersiap. Aku berjanji bertemu dengan Ayu di Asah Badung pukul satu. Kami akan bersama-sama berangkat kembali menuju Denpasar. Kukenakan sepatu pada anakku, jaket dan juga topi serta kacamata. Istri ManPir memberi kami beberapa sisir pisang sebagai oleh-oleh. Ayu juga membawa tambahan beberapa sisir pisang lagi, juga 3 botol madu titipan dari Tut Rancis, untuk disampaikan pada bapak mertuaku.


Hmmmm, 2,5 jam perjalanan menuju Denpasar di tengah curahan hujan dengan perjalanan menikung dan menelusuri bukit, bersaing dengan bis dan truk di jalan raya, botol madu yang tumpah di jalan, dan..... akhirnya kami tiba di pondok tercinta. Suami dan putra sulung menyambut dengan sepenuh cinta. Astungkara.... Hyang Widhi Wasa, kami masih boleh menikmati sehari lagi dalam hidup kami, bersama dalam genggaman tangan Mu.....

1320598069439259660



Mencintai juga butuh kecerdasan dan kearifan, Sayang.....


(Trsna Papa Buddhi / Cinta Tanpa Kecerdasan)

Nghing si trsna tikang manuwuhaken kalobhan,

tatan hana bhedanikang kalobhan lawan wuhaya,

ri kapwan krura anglemaken ring sangsara,

tumuwuh pwa ng kalobhan,

metu ta ng buddhi papa, ikang buddhipapa,

ya tekamangun adharma,

ikang adharma, ya ta phaladuhka,

niwandaning amukti lara prihati ika ta.

(Sarasamuccaya 458)

http://rare-angon.blogspot.com/2011/04/trsna-papa-buddhi.html


Trsna Papa Buddhi / Cinta Tanpa Kecerdasan

Cinta itulah yang menimbulkan keserakahan,

tiada bedanya keserakahan itu dengan buaya,

karena keduanya sama kejamnya,

menenggelamkan orang dalam kesengsaraan;

munculnya keserakahan tentu melahirkan pikiran jahat,

dari pikiran jahat memunculkan adharma,

adharma menghasilkan duka kesedihan .......


Cinta...

Terkadang sudah cukup hanya bagi cinta itu sendiri,

Tanpa perlu memiliki,

Tanpa perlu menghadiri,

Berdekatan atau dengan segala sarana menghadirkan emosi jiwa....

Rabu, 02 November 2011

HIV AIDS


Ciri ciri anti body dlm tubuh kita menurun atau mengalami gangguan adalah sering sariawan pada gusi dan bibir kadang lidah dan langit2 mulut ,rongga mulut dan tenggorokan,WASPADA segera priksakan kedokter ,sebab salah satu ciri pasien mengindap penyakit HIV/AIDS salah satunya adalah sering sariawan pada organ mulut dan tenggorokan *

Penyakit kelamin


Penyakit-penyakit Kelamin

GONORRHEA & CHLAMYDIA

* Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
* Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
* Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan
* Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini

HERPES

* Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
* Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
* Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
* Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
* Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
* Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina

INFEKSI JAMUR

* Disebabkan oleh jamur
* Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
* Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
* Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur

SYPHILIS

* Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
* Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
* Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagiantubuh lain
* Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
* Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina

VAGINISTIS

* Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak nyamanan
* Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur
* Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina
* Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop
* Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.

BISUL PADA ALAT KELAMIN

* Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
* Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
* Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
* Dapat berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
* Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim

KUTU KELAMIN

* Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan.
* Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin

KUTU DI BAWAH KULIT

* Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit
* Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh
* Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh
* Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada kain-kain terebut

AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME)/HIV DISEASE

* Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh
* Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
* Dapat menyebabkan kematian setelah sepukuh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan
* Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan

Selasa, 01 November 2011

Selasa Heboh (2)


Tiba di rumah dari kantorku, sehabis mengajar..... waktu menunjukkan pukul 12.30. Ayu, simbok yang bertugas menjaga rumah, terlihat sedang menyeterika baju. Aku duduk di ruang tamu, kunanti bos kecil ku tiba dari sekolahnya. Dia baru duduk di kelas 4 SD. Aku ingin mengajaknya pulang kampung, menemui Dewa Niyangnya, adik kandung bapakku, di desa Batuaji, Tabanan, Kerambitan.

Saat kami saling berboncengan, dengan Yudha duduk di depanku, langit sudah terlihat mendung. Kueratkan kancing baju jaket yang dikenakannya. Dia terlihat gagah dengan kaus kaki lengkap, mengenakan topi dan kaca mata hitam pelindung mata dari sinar dan debu jalanan.

Memasuki jalan raya Dalung, hujan turun semakin deras. Baru kusadari hanya membawa satu jas hujan. Ah, aku perlu satu jas hujan lagi demi anakku. Maka, aku berhenti tepat di depan sebuah toko yang menjual jas hujan. Membeli sebuah jas hujan murah. Rp. 25.000, yang termurah yang mereka jual. Kukenakan pada anakku, sedang aku sendiri mengenakan jas hujan yang memang kubawa dari rumah. Kami bergerak melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan raya Abian Base, menuju ke Pura Sadha, dan tembus ke jalan raya Kapal, Sempidi. Hujan lebat bagai dicurahkan dari langit. Angin kencang terasa di sepanjang perjalanan. Ah..... aku harus rehat sejenak.... Maka, kupilih sebuah supermarket untuk tempat kami berteduh dari hujan angin yang menemani perjalanan kami....

Yudha, putra bungsuku. Dia dan juga kakaknya, sudah berkali-kali mengiringi perjalananku dengan berkendara motor. Kami memang hanya memiliki sepeda motor. Semenjak kecil, bahkan, semenjak masih berusia dua bulan, baik Adi maupun Yudha, sudah terbiasa menempuh perjalanan jarak jauh dengan berkendara motor, di tengah terik matahari, maupun di tengah siraman hujan.

Mungkin, orang berpikir, kami adalah orang tua yang kejam. Namun, hanya ini yang bisa kuberikan pada keluargaku. Dan.... lagipula, masih jauh lebih banyak orang yang menderita selain kami. Hmmm, biarlah, semua bergulir bagai air mengalir menyelusupi sisi kehidupan, dan mereka yang akan menilai siapa, apa, dan bagaimana sesungguhnya sendi-sendi kehidupan, dan belajar menjadi pria-pria dewasa nan bijak dari hari ke hari.......

Tiba di Batuaji, Yudha langsung minta makan. Dia membuka abon ayam yang tadi kami beli sebagai oleh2 di supermarket di Jalan Raya Sempidi. Berkeliling melihat situasi di sekelilingnya, dan asyik mengamati anak anjing yang sedang berlarian. Well, ada dua keluarga yang harus kami kunjungi. Satu adalah Dewa Aji Suagiman yang akan menikahkan dua anaknya sekaligus pada hari Jum'at nanti. Satu lagi adalah anaknya Dewa Kakeyang Kaler, yang akan melangsungkan upacara potong gigi. Maka, demi menghemat waktu, segera kami mengunjungi kedua anggota keluarga besar Jroan Batuaji tersebut, yang rumahnya terletak di Kangi / Timur.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 tatkala kami pamit untuk kembali ke Denpasar. Langit cerah sehabis hujan menyambut ramah. Yudha terlihat segar, tanpa merasa lelah setelah seharian beraktivitas, sehabis sekolah langsung kuajak pulang kampung.......

Di pinggir jalan raya Sempidi, kami temui pedagang buah durian. Hmmm, kali ini, keluarga ku yang di Denpasar, perlu mendapatkan oleh-oleh. Maka, tawar menawar berlangsung seru.... sebelum akhirnya tiga buah duren matang berpindah ke atas motorku. Yudha berkali berkata, bahwa dia akan segera mencicipi duren bersama bapak dan kakaknya, begitu tiba di rumah nanti. Ah ha.... seorang pengendara motor melintasi sisi kiri dan berteriak "Bu !! Durennya jatuh !! " Wah..... terpaksa kupinggirkan motor, menurunkan Yudha, dan meliuk-liukkan tubuh ditengah ramenya kendaraan yang melintasi jalan raya Sempidi, demi sebuah guren yang dengan gagahnya berlari kian kemari....

Bersyukur, duren kudapat kembali, tepat dengan berhentinya sebuah truk angkutan barang yang supirnya berbaik hati menghentikan laju kendaraan, sebelum bannya melindas duren. Segera kutangkap si duren bandel, mengikatnya di bagian depan motor, dan kembali melanjutkan laju deru motorku menuju rumah. Hmmmm. Home sweet home, aku pulang....

Acara tuntas ???
Belum....... Rambut ke dua anakku ini sudah gondrong. Maka, perlu teknik rayuan, agar bisa memotong cepak rambut-rambut mereka.

Setelah tuntas acara bersembahyang bersama, maka kuajak kedua anakku keluar. Well, si sulung perlu tambahan pulsa yang harus dibeli di warung PakBujang, si bungsu ingin sepasang es krim tongkat. Maka, laju motor keluar dari rumah bersama mereka, segera kuarahkan ke tukang cukur rambut langganan kami. PakGede. Pertama adalah Adi, kedua giliran si bungsu Yudha, dan terakhir, aku sendiri. Hahaha..... PakGede ini adalah langganan kami sekeluarga. Dan... aku memang mencukur rambut di tukang cukur rambut pria. Ehm... lebih sreg jika tukang cukur rambutnya adalah pria. Wanita? Bukannya aku antipati, namun, gak sreg saja.....

Maka, tiba kembali di rumah satu jam kemudian, acara makan malam bersama dimulai...... suami menyuapi si bungsu yang kumat manjanya..... sedang aku, menyuapi si sulung yg juga sedang kumat manjanya. Jadilah kami..... menikmati acara makan malam sederhana dengan saling bersuapan. Hmmm....

Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.......
Terima kasih atas segala anugerah yang telah boleh kami nikmati. Sungguh, kebahagiaan kecil ini, tak ingin kugadai dengan apa pun lagi. Aku ingin bertekuk lutut selalu, memuja dan memuji Mu. Beri aku waktu untuk buktikan cinta kasihku........

Selasa Heboh (1)


Selasa, hari pertama di bulan November 2011 ini.... Seperti biasa, tugas ibu rumahtangga yang sangat biasa, bagai hari-hari yang sudah biasa pula. Terjaga di pagi hari dan mulai menyiapkan bekal makan siang bagi kedua anakku. Hari ini menu mereka adalah telor orak arik dan dua potong tahu serta tempe goreng. Bagi sarapan mereka, kubuatkan se porsi nasi goreng ikan teri bercampur telur.



Ada yang bikin heboh. Si bungsu hari ini harus membawa busung / janur sebagai bahan dasar untuk membuat canang. Kelas mereka hari ini mendapat pelajaran belajar membuat canang dan kwangen, sarana untuk bersembahyang. Maka, harus kusediakan bagi si bungsu, busung / janur, semat / bambu yang dijadikan lidi, daun pisang, bunga, porosan, pisang yg kecil, dan juga potongan tebu, juga beberapa jenis bunga.

Setelah selesai dengan urusan anak-anak, aku berangkat kerja. Suami berangkat pula ke FakSas UNUD untuk menuntaskan acara seminar hasil penelitian mereka kemarin. Hujan rintik2 turun membasahi sepanjang jalan menuju Nusa Dua.Hmmm, semoga kelasku berjalan lancar hari ini, ada mahasiswa DIV Manajemen Konvensi & Perhelatan semester 1, yang menanti untuk kuajar mata kuliah Psikologi Pelayanan. Ada pula, beberapa mahasiswa yang minta berjumpa untuk bimbingan skripsi serta ujian PKN.

Well, waktu menunjukkan pukul 11 waktu kutinggalkan kampus STPNDB beserta ibu IGA Mirah. Aku ingin pulang ke Batuaji, Kerambitan, menemui Dewa Biyang Nyoman Nesi, bibiku yang tinggal di kampung halaman kami.