Minggu, 30 Desember 2012

Laskar Pelangiku belajar memasak tempe berbalur tepung, 30/12/2012

Minggu, 30 Desember 2012. Masih sehari lagi jelang pergantian tahun. Tidak ada yang kuistimewakan dalan hidup.... sama seperti, tidak ada yg kuanggap biasa. Semua dalam proses kehidupan, biarlah hadir apa adanya, semua sama istimewa dan sama biasa saja..... Tidak perlu terlalu disikapi dengan histeria, tidak perlu terlalu ekstrim dalam bersikap. Intinya, tidak baik bila berlebihan, yang biasa-biasa saja.

Di Pondokku, anak-anak sudah mengumpulkan dana secara suka rela, mereka tidak ingin kehilangan momen dalam setiap hari yang mereka hadapi. Sang kolektor dana dan bendahara...... ati-ati berhitung, ya Geg. selisih se sen pun jangan sampe dah.... Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak kan percaya lagi.




Well, mereka saja demikian bersemangat, maka, tak baik kukecewakan mereka. Setelah serangkaian kegiatan kerja bhakti anak2, lomba sepak bola mini, dan bulu tangkis, hari ini menurut rencana akan kami lanjutkan dengan lomba memasak nasi goreng bagi anak perempuan, dan lomba membuat es buah bagi anak lelaki. Namun setelah berkeliling Perum, tidak ada anak2 yang keluar dan siap buat mengikuti lomba. Harus mati gaya??? No way. Berbagi bahagia harus tetap ada. Maka, ku minta mereka berbelanja beberapa kebutuhan, membeli tempe, daun bawang dan seledri, tepung bumbu, buah pepaya dan semangka, juga mangga. Selanjutnya..... biarkan mereka berkreasi.

Tempe dipotong, telur dipecahkan, daun bawang diiris, dicampur dengan tepung bumbu. Mereka sibuk mengaduk dan mencelup tempe dalam adonan bumbu. Ku pindah kompor ke luar, ke halaman. Kutuang minyak ke dalam penggorengan di atas kompor menyala, dan mereka menggoreng bersama. Simbok mengeluarkan gelas berisi minuman air putih. Saus botol dan kecap dalam botol mendampingi mereka pula. Sederhana, namun kebahagiaan terpancar di mata mereka.... Sungguh, sebuah harta tak ternilai, menyaksikan kebersamaan di antara mereka. 



Sedikit sim salabim, kepanjangan tangan Tuhan, dan.... kerja keras bersama. Dari tangan kecipratan minyak panas, hingga belepotan tepung..... Belajar sambil bermain di antara sesama mereka. Hmmm. Laskar Pelangiku ini duduk di bangku kelas I SD hingga SMA. Mereka lah pemilik masa depan negeri ini. Kuingin mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang tidak manja, smakin bijak dan dewasa dari hari ke hari, menjaga harmoni dan toleransi di antara sesama mereka.





 Namun....... tetap bu Santi senang iseng menggoda. Maka, ketika kulihat Bagus kecil lewat sambil membawa motor2 an mini miliknya, segera kuambil hingga dia menjerit........  "Tanteeee !! balikin mainan motor saya!! Whoooaaaa". Hehehe.... jika bukan iseng mah, bukan bu Santi namanya.

Sabtu, 29 Desember 2012

Ratu di hati tiap insani



” Dia tidak secantik kamu, bahkan jauh dibandingkan dengan kamu dalam segala hal, tetapi  kemuliaan dan keagungan tujuh kerajaan sekalipun, jika  dibandingkan dengan dirinya, maka semuanya tidak berarti apa apa bagiku. “

Hmmm, The strength of the woman @ Games of Thrones.

Aku ingin menjadi perempuan seutuhnya bagi dirimu. Menjadi yang sungguh berarti, sehingga bahkan, saat ku berlalu, dikau kan terkenang sepanjang hidupmu. Menjadi ratu, tidak di hidupmu, tapi di hatimu slalu.... 



http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/30/cantik-vs-mempesona-519953.html
Ellen Maringka, Mother, Wife, Friend. Keep Rockin'... Keep Rockin'

Cantik Vs Mempesona
OPINI | 30 December 2012 | 09:18Dibaca: 47   Komentar: 0   Nihil
Sebenarnya tulisan ini merupakan sambungan artikel saya beberapa hari lalu mengenai keseksian wanita 40-an. Tapi kalau dipakai kata seksi terus menerus, rasanya kok bisa  disalah artikan bahwa saya menekankan inti keindahan wanita kepada bentuk fisik yang menawan secara visual. Seharusnya Kompasianer pria -lah yang saya tunggu tunggu tulisannya membahas keindahan wanita , kecantikannya dan pesona dengan sejuta keterpukauan atas hal yang menawan hati mengenai wanita.

Cantik ya Cantik. Kita belum bicara mengenai kecantikan dari dalam. Cantik itu visual, sebatas pandangan mata. Perlu filsafat dan ilmu yang lebih untuk menentukan apakah seorang wanita itu cantik dari dalam. Ada seorang sahabat saya yang mengatakan, laki laki itu tidak ribet sebenarnya dalam mengatakan apakah seorang wanita itu cantik.. Ya dilihat saja dari raut mukanya, kemulusan kulitnya, dan proporsi bentuk badannya. Kalau bicara soal inner beauty, apa mesti di USG dulu supaya kelihatan pancreas-nya menawan dan tidak kotor ?.  Mau tidak mau saya harus tersenyum mendengat penjelasan yang sederhana ini, kembali ke lap-top saja lah,  kalau harus pusing duluan menjelaskan yang cantik, ya berarti itu kecantikan yang  dipertanyakan khan ?.  Contoh klasik adalah : Miss Universe… setiap kali diadakan kontes pemilihan ratu sejagat, terlepas dari pro dan kontra atas baik - buruk nya,  saya  mengambil positifnya saja… selama yang dilihat itu tidak menyakitkan mata,  tidak vulgar,  maka  keindahan itu dihargai saja-lah. Ada juga sih alasan lain, kalau saya kebanyakan protes, nanti bisa bisa disangka iri karena bukan termasuk salah satu kontestan. Maka saya berbaik sangka-lah.

Tapi tidak sesederhana ini memang menjelaskan arti Cantik itu. Buktinya saya tidak sependapat dengan para juri yang memenangkan Miss USA sebagai ratu sejagat sedunia. Saya merasa bahwa Miss Venezuela justru lebih cantik secara pandangan mata saya. Nah, kembali lagi kepada pepatah yang mengatakan beauty is in the eye of the beholder terjemahan bebasnya kurang lebih : cantik itu tergantung mata siapa yang memandang.

Oleh karena itu saya lebih suka mengkategorikan cantik sebagai bagian dari mempesona. Tidak semua yang cantik itu mempesona. Ada yang cantik, tapi mudah dilupakan.  Mempesona itu lebih jauh mengaitkan kecantikan fisik dengan kepribadian, sifat dan isi otak serta kebaikan hati, kemudian mengemasnya sedemikian rupa menjadi satu paket, sehingga lahirlah kata Menawan atau Mempesona.

Saya teringat percakapan antara seorang raja dan ratu-nya, di film seri Games of Thrones, yang merayakan ulang tahun perkawinan mereka yang ke 20 (mungkin juga 25), perkawinan yang tidak didasari atas cinta, tapi karena ambisi kekuasaan, ketenaran, tradisi, yang kemudian memaksa keduanya menikah. Sang permasiuri, seorang wanita yang pintar dan sangat cantik,  tahu bahwa hati sang raja, suaminya, tidak pernah mencintainya, secantik apapun dia, dan seberapa kerasnya dia berusaha untuk menjadi permaisuri yang membantu melegendakan ketenaran nama sang suami.  Hati sang raja selamanya melekat kepada mantan kekasih yang tidak pernah dinikahi-nya karena raja harus patuh kepada orang tuanya dan menjaga tradisi kerajaan serta memenuhi harapan rakyatnya. Singkat cerita, dasar mungkin memang sifat perempuan, meskipun sudah tahu, tetap saja suka mengorek dan bertanya karena penasaran. Dalam hal ini sang permaisuri benar benar penasaran, kenapa dirinya yang sedemikian cantik tidak mampu merebut cinta sang suami. Maka ditanyakanlah kepada sang raja, “suamiku… sebagai hadiah perkawinan kita, dan karena selama ini aku telah berusaha menjadi istri yang baik bagimu dan ratu yang sempurna bagi negri ini, aku ingin kamu menjelaskan kepadaku, apa kira kira yang tidak kupunyai, sehingga hatimu tetap melekat kepada mantan-mu yang menurut aku biasa biasa saja ?.”.

Pertanyaan yang membuat sang raja terdiam, dan kemudian membujuk sang permaisuri untuk tidak terus menanyakan, karena raja tahu, bahwa jawabannya pasti akan melukai hati sang permaisuri. Namun sang permaisuri terus bersikeras bertanya meminta penjelasan. ( Saya pernah menulis soal ini, bahwa sering sekali kita meminta sebuah kejujuran tapi tidak sangup mendengarnya.) Karena terus didesak dan permintaan untuk menjawab pertanyaan sang permaisuri  dianggap sebagai hadiah perkawinan mereka, maka sang raja terpaksa menjawab.  Ah, the strength of a woman.....

Jawaban yang kemudian bukan saja membuat sang permaisuri terdiam dan berlinang air mata, tapi sekaligus membuat saya menghabiskan setengah box tissue, dan serta merta menelepon sahabat saya untuk bercerita dan membahas hal ini sambil terisak isak tidak jelas, namun ajaibnya sahabat saya itu memahami kenapa saya ingusan dan banjir air mata. Ikatan emosional sesama wanita.

Perrlahan sang raja menjawab, ” Dia tidak secantik kamu, bahkan jauh dibandingkan dengan kamu dalam segala hal, tetapi  kemuliaan dan keagungan tujuh kerajaan sekalipun, jika  dibandingkan dengan dirinya, maka semuanya tidak berarti apa apa bagiku. “

Ah…. sungguh… sang raja mampu mendefiniskan kepadaku Pesona wanita yang sesungguhnya

Jumat, 28 Desember 2012

Shakespeare, kuingin tentang cinta dan hatiku....


Shakespeare said............
I always feel happy.
You know why? Because I don't expect anything from anyone.
Expectations always hurt...
Life is short.
So love your life,
be happy, and keep smiling......

Namun hidup tidak selalu indah....
Tidak semudah impian dan harapan,
Tidak juga semegah bayangan dan dugaanku.
Antara tuntutan kerja dan kuliah....
Antara tuntutan keluarga dan para sahabat, juga rekan kerja.
Antara suka duka lara dan pati......
Tertunduk dan terdiam dalam sepi di larut malam.

Just live for yourself, and....
Before you speak, Listen.
Before you write, Think.
Before you spend, Earn.
Before you pray, Forgive.
Before you hurt, Feel.
Before you hate, Love.
Before you quit, Try.
Before you die, Live.....

Takkan pernah kubiarkan segala tantangan dan rintangan membuat ku terjatuh...
Terjatuh berkali, kuakan bangkit berkali dan berkali lagi.
Mendengarkan segala sisi dalam kehidupan
Memperjuangkan setiap sen yang kudapatkan dan kubelanjakan dengan cermat.
Mengeluh dan menghujat hanya akan melukai hatiku sendiri.....
Berputus asa dan bunuh diri bukan tipeku, karena aku perempuan tangguh
Meski berat, sungguh berat.....
Namun, takkan pernah berputus asa, meski terkadang bulir air mata mengalir
Takkan kubiarkan orang lain menghina dan meremehkan
Takkan..... takkan pernah lagi.

Self Efficacy, Tata Wita Haaa, & Dr. Nyoman Madiun, M.Sc.



Apa definisi atau pengertian self efficacy? dan apa pula indikatornya? Apa manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang lain, dan perusahaan?

Opa Wikipedia bilang sih...... Self-efficacy is the measure of one's own ability to complete tasks and reach goals.Psychologists have studied self-efficacy from several perspectives, noting various paths in the development of self-efficacy; the dynamics of self-efficacy, and lack thereof, in different settings; interactions between self-efficacy and self-concept; and habits of attribution that contribute to, or detract from, self-efficacy.

Dengan kata lain, Self-efficacy adalah ukuran kemampuan sendiri untuk menyelesaikan tugas dan mencapai target.  Para psikolog telah mempelajari self-efficacy dari berbagai perspektif, mencatat dan menetapkan berbagai proses dalam pengembangan self-efficacy, dinamika self-efficacy, dan kekurangan serta bias dari teori ini, dalam beragam tinjauan yang berbeda, interaksi antara self-efficacy dan self-konsep, dan kebiasaan yg melekat yang berkontribusi terhadap, atau mengurangi, self-efficacy itu sendiri.



Bandura (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai berikut: “Perceived self-efficacy is defined as people's beliefs about their capabilities to produce designated levels of performance that exercise influence over events that affect their lives. Self-efficacy beliefs determine how people feel, think, motivate themselves and behave. Such beliefs produce these diverse effects through four major processes. They include cognitive, motivational, affective and selection processes”. Menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Siagian (2004:71-81), Self efficacy merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk meningkatkan prestasi kehidupannya Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2182436-definisi-self-efficacy-dan-indikatornya/#ixzz2GLWVDE8Z.

Hasil penelitian yang dilakukan Betz dan Hacket pada tahun 1983 (Pajares, 2002:11) melaporkan bahwa dengan self efficacy yang tinggi, maka pada umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan matematika yang di berikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih tinggi di bandingkan siswa yang memiliki self efficacy rendah. Selain itu menurut Hacket di tahun 1985 dan Reyes tahun 1984 (Pajares, 2002:10) self efficacy juga dapat membuat seseorang lebih mudah dan lebih merasa mampu untuk mengerjakan soal-soal matematika yang dihadapinya, bahkan soal matematika yang lebih rumit atau spesifik sekalipun.

Self-efficacy affects every area of human endeavor. By determining the beliefs a person holds regarding his or her power to affect situations, it strongly influences both the power a person actually has to face challenges competently and the choices a person is most likely to make. These effects are particularly apparent, and compelling, with regard to behaviors affecting health. Judge et al. (2002) argued the concepts of locus of control, neuroticism, self-efficacy and self-esteem measured the same, single factor and demonstrated them to be related concepts. Understanding how to foster the development of self-efficacy is important for policymakers, educators, and others in leadership positions, and to anyone seeking to build a happier, more productive life.

Self-efficacy mempengaruhi setiap bidang usaha manusia. Dengan menentukan keyakinan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan wewenang dan tugas yang diberikan dalam suatu situasi, Hal ini akan sangat mempengaruhi, baik kesungguhan dan ketekunan seseorang dalam menghadapi tantangan dan pilihan yang bakal diambil orang tersebut. Efek ini sangat jelas, dan menarik, berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang pula.



Intinya sih..... Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri seseorang, semakin tinggi keyakinan dalam menghadapi beragam permasalahan, baik itu situasi belajar, kerja, keluarga dan persahabatan, akan semakin positif pula perilaku seseorang, dan, otomatis, akan mempengaruhi kondisi kesehatan orang tersebut. Smakin ragu-ragu dan minder, ya, prestasi belajar dan bekerja juga akan rendah, dan, berdampak pada kesehatan, muncul beragam penyakit yang sesungguhnya tidak perlu dan bisa diatasi segera.

Judge dan para sohibnya (2002) mengemukakan konsep locus of control, neurotisisme, self-efficacy dan metode pengukuran self-esteem, faktor penentu tunggal, dan memperlihatkan beragam konsep yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut si Om Judge ini, dengan memahami bagaimana upaya tepat untuk mendorong pengembangan self-efficacy adalah penting bagi para pembuat kebijakan, pendidik, para pimpinan, dan orang lain yang ingin membangun kehidupan bahagia agar smakin banyak orang mampu dan mau belajar serta bekerja lebih produktif.



Hmmm, iya nih..... Kecenderungan yang ada saat ini sih, terlalu banyak konflik yang tidak perlu. Banyak orang pada ribut, demo, gontok-gontokan, berperilaku anarkis, bahkan, terkadang, untuk hal sepele yang geje banget deh. Dan jadinya, muncul dah, penyakit seperti sesak nafas, jantung berdebar-debar, tiap jumpa orang maunya berantem melulu, main pukul dan berkata kasar, menghujat dan mengeluh terus, galau melulu bawaannya, lupa bahwa kita bisa belajar meningkatkan prestasi diri dalam menghadapi permasalahan.

Sama seperti yang dikatakan My Boss, Dr. Nyoman Madiun, M.Sc. kala acara Ramah Tamah Keluarga Besar Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali tadi pagi, Jum'at 28 Desember 2012, di ruang bawah gedung MICE.... "Hanya orang mati yang gak punya masalah. Jadi, bersyukur bahwa kita punya masalah, karena itu berarti kita dianggap mampu menghadapi masalah, dan, berusaha sepenuh perjuangan untuk mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi".

Jadi..... mari deh, tingkatkan Self Efficacy dalam diri, keyakinan bahwa kita mau dan mampu menghadapi apa pun itu yang ada dalam beragam sisi kehidupan, suka duka lara dan pati. Mau dan mampu menghadapi.... sedang masalah hasil akhirnya, biarkan deh, mengalir bagai air yang bakal mengisi tiap sisi ruang kehidupan, yang penting kita berusaha dulu dah. Cemungudh cemungudh cemungudh.....

Kamis, 27 Desember 2012

Bila cinta bisa hadir lewat perut...... Soda Gembira = Soda yg bikin ngakak gembira ria

Wrespati kliwon, 27 Desember 2012. Malam hari merambat, merayap dalam dingin sehabis hujan. Kami sedang berkumpul sekeluarga..... Malam ini adalah Purnima, bulan purnama bulat penuh indah dalam balutan awan yg berarak perlahan.

Tidak ada salah mengisi malam dengan minuman. Kami pilih, soda gembira. Simbok dan Yudha ditugaskan melacak daftar menu di Yonico. Kuminta membeli sebotol minuman bersoda ukuran 2 liter, sebotol induk minuman squash leci, dan sekaleng susu kental manis. Kusodorkan uang dua ribu rupiah..... Dua  ribu ??? Hmmm, ya ! Dan, spontan anakku serta simbok berteriak histeris "Mana cukup!!" Teriak mereka. Hehehe.

Setelah kuberi uang Rp 50.000,-, mereka berangkat menggunakan motor, aku menanti bersama si sulung dan suami tercinta. 15 menit kemudian mereka tiba. Aku masih asyik memeriksa hasil bimbingan skripsi murid via email. 10 menit kemudian kuhampiri mereka. Betapa kagetnya.... simbok menyodorkan uang kembalian, empat ribu rupiah, dan memperlihatkan satu botol berisi minuman bersoda ber merek fanta 2 liter, satu botol induk limun ber merek ABC.



Gantian aku yg berteriak histeris. Tidak terima, karena hanya dengan dua botol minuman tersebut, uang lima puluh ribu hanya bersisa empat ribu rupiah. Anakku dan simbok telah ditipu pemilik toko dan juga kasirnya!!! Bersiap melabrak si empunya toko,aku beranjak keluar lewat ruang makan kami. Dan... kulihat si bungsu Yudha, sedang asyik minum susu dari minuman kotak berukuran 1 liter, dan juga terdapat beberapa bungkus makanan kecil di meja. Aku terpana sejenak, dan kemudian..... Duuhhh !! ini tho maksudnya.... Kuminta mereka membeli susu kental manis, mereka malah membeli minuman susu dalam kotak berukuran 1 liter, dan, ditambah lagi dengan aneka makanan kecil, jelaslah, habis danaku.

Aha !!! Bila cinta bisa hadir lewat perut, maka, sungguh, inilah soda gembira yang dari prosesnya telah berhasil membuatku teriak histeris, dan kemudian menjadi riang gembira dan tertawa ngakak. Untung saja, tidak jadi kulabrak si pemilik toko dan kasirnya, untung saja, tidak jadi berangkat, karena gerimis yang menerpa di luar sana, untung saja.....  Duuhhh, untung, cinta memang sungguh bisa hadir lewat perut .

Purnama Sasih Kapitu ring Pura Luhur Uluwatu, 27 Desember 2012



Wrespati Kliwon, Purnama Sasih Kapitu, bulan bulat penuh pada hari Kamis, 27 Desember 2012. Setelah kemarin adalah hari Dewi Kemakmuran, Bethare Sri Sedana, Buda Cemeng Klawu, maka hari ini adalah Purnama.



Pagi hari kusempatkan bersembahyang di Pura Niti Bhuwana, pura di lingkungan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua. Kuhaturkan canang dan sodan sederhana yang kubawa, dan bersimpuh bersyukur atas segala yang telah kuperoleh selama ini. Berikutnya, beberapa murid menghampiri dan melakukan bimbingan bagi revisi skripsi mereka. Hmmm, setelah sekian lama berjuang dalam proses pendidikan, akhirnya mereka bisa bersiap melanjutkan kehidupan dalam berbagai bidang aktivitas, dan bersiap untuk mengikuti wisuda pada bulan April tahun 2013, bila program rencana kerja kegiatan wisuda berjalan lancar.



Lanjut, kami bergerak menuju gedung Genitri blok B. Disana sedang dilangsungkan pertemuan berkaitan dengan program Koperasi Pegawai Negeri di STPNDB. Hampir sebagian besar pegawai dan dosen STPNDB berkumpul di sana. Tuntas dengan pemaparan pandangan rencana kerja dan pemilihan bakal calon Ketua Koperasi Pegawai Negeri di lembaga dimana aku bekerja, maka aku beranjak ke Pura Luhur Uluwatu.





Menikmati perjalanan berangkat ke Pura, banyak kulihat para pemedek yang turut tangkil. Orangtua yang beriringan dengan anak-anaknya, perempuan yang membawa banten di atas kepalanya, para wisatawan yang datang berkunjung, baik dengan ditemani para guide, atau hanya sendiri menikmati pemandangan dan ikut bersembahyang bersama.


Hmm, sungguh sebuah ketenangan dan keteduhan terhampar, bisa bersembahyang dalam suasana sepi, tidak berdesakan dan penuh dengan para pengunjung. Kujumpai Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya sekeluarga yang baru selesai bersembahyang di Pura Tanah Kilap.



..... karena kita di mata Tuhan adalah sama.... dan, karena kita tidak hanya ingin terkungkung bagai katak dalam tempurung... Jumpa ibu Tri Setyowati beserta rombongan, dari Malang, Jawa Timur. Betapa, meski dengan keterbatasan mereka, berusaha mengumpulkan beragam informasi mengenai budaya leluhur, dan berkunjung, serta menikmati alam yang terhampar luas....... berguru pada alam semesta.


Beranjak pulang, gerimis menemani gerak laju motor. Dan... sebelum berbelok ke pom bensin yang terletak di dalam lingkungan kampus Universitas Udayana, ban motorku pecah...... Astungkara, kehujanan, mendorong motor dalam rinai hujan, tetap kunikmati segala nuansa kehidupan yang hadir sebagai anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa..... selalu ada hikmah yang bisa kita ambil di balik ini semua......


Minggu, 23 Desember 2012

Laskar Pelangiku bertanding bola siang ini

Laskar pelangiku...... adalah istilah bagi anak-anak dan para remaja di lingkungan tempat tinggalku. Kami melakukan beragam aktivitas bersama-sama, mulai dari bermain sepak bola, bersepeda ria, membersihkan sampah, bekerja bakti, mengisi acara di beragam hari raya Nasional, merayakan tahun baru bersama, dan banyak lagi aktivitas bersama lainnya.
 
Minggu lalu, kami mengawali rangkaian acara dalam rangka menyambut pergantian tahun, dengan bekerja bakti, membersihkan sampah di seputran lingkungan rumah. Minggu ini, 23 Desember, kami mengisinya dengan bertanding sepakbola. 
Jangan membayangkan tim kesebelasan dengan berseragam dan bersepatu....... Kami hanya bertelanjang kaki dan menggunakan bola plastik. Masing-masing regu hanya terdiri dari tiga orang, dan masing-masing alokasi waktu bertanding adalah 15 menit. Terdapat empat kelompok regu sepak bola yang bakal mengikuti pertandingan hari ini.



 
 Laskar Pelangiku bertanding sepakbola dan banyak orbs di sekitar kami....
Apakah sesungguhnya Orbs? Orbs adalah lingkaran / bulatan putih yang dapat terekam kamera, yang menggambarkan energi atau spirit yang turut hadir pada saat perekaman gambar terjadi. Kamus Webster menjelaskan bahwa Orbs / Lucid adalah cahaya terang yang tembus pandang, sebagai spirit / energi dari surga (1. Shining; bright; resplendent; as, the lucid orbs of heaven. source: webster 1913)

Aku selalu percaya, Tuhan akan memberi berkah bagi banyak bahagia yang kita tebar..... Banyak orbs tertangkap kamera dalam beragam aktivitas Laskar Pelangiku, menandakan, Beliau memberkati dan membimbing anak-anak ini....

 
 


 
 

Aku juga sangat meyakini, karena bahagia adalah hak setiap orang di muka bumi ini, tanpa memandang tebal tipis isi dompet, tingkat usia dan kondisi kesehatan, serta apa pun jua. Kutitipkan masa depan dunia ke dalam genggaman tangan mereka....

 
Selesai pertandingan dan mengetahui kelompok regu yang memenangkan pertandingan, kami menikmati dua dus minuman yang kubeli. Ponakanku yang tiba dari jalan Antasura juga ikut berkumpul bersama kami


 


 


 
 


 
 

karena kita semua adalah pejuang di jalan kita masing-masing....

Dari persahabatan di dunia maya, diskusi yang berkelanjutan, dan, kami saling berjumpa untuk mengadakan perjalanan bersama..... Bahkan, tak kuingat pasti, kapan kami mulai menjalin persahabatan di antara kami.



Ku kenal pak Wayan Suasthana. seorang sarjana tamatan Brawijaya Malang. Pecatur ulung dan ahli strategi jitu. Kuat dibidang matematika membuatnya pakar dalam beragam bidang kalkulasi dengan sangat cepat. Keluarga yang sungguh bangga dengan istri dan ke empat buah hati yang aktif dalam beragam aktivitas.... Bertempat tinggal di Bekasi dan berkampung halaman di Malkangin, Tabanan. Kusebut beliau Sang Panglima Perang, karena dalam beragam diskusi spiritual seringkali menghadirkan aura demikian...



Pak Nyoman Gede Artha, seorang pejuang go green dan aktivis lingkungan, pengusaha dalam beragam diversifikasi usaha, juga spiritual mumpuni. Berasal dari Desa Palasari, Negara, namun bertempat di Kerobokan dan sering melanglang buana. Anaknya adalah salah satu mahasiswaku di STPNDB, sedang menyusun skripsi di program D III, Manajemen Tata Boga. Kusebut Beliau sebagai Sang Balian Shakti, seorang calon Mangku yang masih mesineb, belum mewujudkan jati diri secara tuntas karena beragam tantangan dan kebutuhan duniawi yang mencengkeram....



I Gusti Ngurah Nyoman Yudiadnya, seorang sarjana teknik tamatan universitas Udayana. Beristri wanita cantik, Ibu Yunita, dan memiliki dua anak, putra dan putri. Menetap di Cibubur. Berkali kukunjungi kampung halaman beliau di Mendoyo, Negara, untuk berjumpa keluarga besarnya di sana dalam rangka melaksanakan tugas spiritualku. Aku pernah memiliki kesempatan sekali berkunjung ke rumah mereka di Cibubur,  setiba dari berlibur di Kalimantan Barat, rumah kedua orangtuaku. Beliau begitu kagum dan mencintai sosok Dewi Kwan Im. Kusebut ia sebagai Sang Panglima Kerajaan yang menjaga keutuhan dan kehormatan dalam sebuah pemerintahan / ketatanegaraan.



Putu Indrayudhi. Panggilannya Udin. Dia mampu menebak sejarah perjalanan masa silam, keberadaan seseorang dan kesujatian spiritual, hingga ke tahun dan weton. Teman diskusi spiritual yang menyenangkan. Bidang pekerjaan dari Toyota, Tata, hingga terakhir kudengar, Nissan. Aneh memang, dari Perindustrian Otomotif hingga ke Spiritual. Namun bukankah, dunia indah dengan beragam sisi kehidupan yang kita miliki? Tinggal di Bekasi dengan kedua anak tercintanya, dan istri yg sungguh manis juga ramah, Udin kuberi sebutan sang Peramal dan Pelengkap dari banyak peristiwa yang terkadang luput dari pantauan. Berkali pula kukunjungi rumah keluarganya di Negara. Adiknya adalah muridku di STPNDB yang kini sudah berkali berlayar dalam naungan salah satu perusahaan pelayaran kapal pesiar berkeliling dunia.



Dan, dimana kah tempatku? Hmmm, mereka sering menyebutku nini, nenek, karena segala gambaraan spiritual merujuk pada semangat atau spirit yang sungguh sudah tua, menjadi peneduh dan pengayom bagi semua yang ada. 



Entahlah, apapun istilah dan sebutan yang ditempelkan padaku, kusebut kami semua adalah serangkaian orang terpilih, yang mendapat kepercayaan untuk menegakkan kebenaran di muka bumi. Meski terkadang, sungguh kecil maknanya, sangat kecil yang bisa kami lakukan demi dunia yg maha luas dan beragam ini..... ONE FOR ALL, ALL FOR ONE. Bersatu demi semua, segala harapan dan cita-cita harmoni di muka bumi, segala yang kami lakukan hanyalah demi persatuan dan kesatuan beragam umat itu sendiri..... 

Bersama kami pernah meretas jejak langkah perjalanan spiritual, dari Pura di Gunung Salak, Pura Andakasa di Klungkung, Pura Silayukti di PadangBay, Pura Pesakih, Pura Batukaru, dan beragam tempat lain dengan beragam aroma spiritual.

Well, aku selalu memiliki dorongan kuat untuk memahami jejak spiritual, meski bukan seorang yang terlalu religius. Dalam beragam diskusi yang selalu bertautan, berkali kami berhasil menjalin kontak meski tanpa bantuan informatika dan teknologi, hanya berdasar instink dan perasaan semata. Namun, meski demikian, kami tetaplah hanya manusia biasa dengan segala sisi manusiawi kami. Beragam emosi yang terlibat, mulai dari rasa jengkel, tidak suka, dan amarah yang menyertai beragam diskusi, juga beragam kesibukan yang membuat kami sering kehilangan kontak sama sekali dalam jangka waktu lama.

Persahabatan, persaudaraan..... entah dimana pun, kapan pun dan dengan cara bagaimana pun..... segala rasa yang hadir di antara kita, segala aktivitas bersama, segala kenangan yang pernah ada, dan harapan di masa depan.... semoga kita semua akan selalu tumbuh dan berkembang semakin bijak dan dewasa, dari hari ke hari.....

Jumat, 21 Desember 2012

Hari Ibu, semoga semangat selalu hadir di hatiku....




Jum'at, 21 Desember 2012,  setelah se rangkaian aktivitas yang berbeda2 dari seluruh anggota keluarga, kami kembali berkumpul dalam bilik rumah kami nan mungil. Si bungsu baru menghabiskan dua porsi makan malamnya, si bapak baru habis mandi setelah tiba dari diskusi budaya di daerah Kesiman, sehabis bersembahyang aku memonitor layar komputer, dan si sulung yang tiba terakhir menghampiri mendekatiku, lalu menyapa.... 



"Mak, ini tabungan hasil kerjaku, semua buat Emak".... 
Duh, anakku yang sudah tumbuh menjadi pria tampan nan bijak membuat hati berbuncah bahagia.... 

"Tambahin dikit buat modal kencan bareng yayank ya Mak?". 
Hahaha.... dia memang sudah menjadi pria dewasa dan bukan kanak-kanak lagi.



Ehm...... menjadi orang tua bagiku memang sungguh membutuhkan trik tertentu. Mereka tidak hanya dijadikan objek dan sasaran emosi dan harapan orangtua semata. Tidak lagi anak kecil yang selalu ditimang dan dikepit di ketiak orangtua atau keluarganya. Tidak lagi yang selalu diberi kebebasan sebebasnya menjalankan sekehendak hati mereka tanpa pengawasan dan pendampingan.



Anak-anakku sayang.... mereka tetap miliki sisi ruang berbeda dengan diri kita, tidak bisa dipaksa dan dengan terpaksa melakukan apa yg kita mau. Waktu yang perlahan bergulir mengalir, membuat mereka menjadi sahabat akrab, teman berdebat tiada berkesudahan, bahu membahu dan bekerja sama dalam banyak hal. 



Semoga mereka akan menjadi pria nan tangguh, bijak dan dewasa dari hari ke hari. Meski aku tak selalu bisa berada di sisi mereka. Tak kujanjikan mereka, bahwa hidup akan selalu indah dan mudah bagi mereka.  Tumbuhlah terus, anak-anakku, tumbuh dan berkembang menjadi orang yang terasah dan teruji dengan segala sisi kehidupan. Terjatuh dan tersungkur berkali, maka bangkitlah berkali dan berkali lagi.....

Rabu, 19 Desember 2012

Hari Ibu, tentang Ibu....

A woman, a worker, a wife, yang tertera di dinding akunku.......

Pagi dini hari, 20 Desember 2012.
Terjaga dan melantunkan doa pagi.
Aku kangen ibuku.
Terlalu banyak kerinduan untuk berjumpa namun tak bisa terwujud nyata.
Aku ingin pulang ke Kalimantan sejenak, meski sejenak......




Ibu, ajari aku untuk tidak menangis lagi.
Ajari aku untuk setangguh dirimu.
Ajari aku untuk menghargai diriku sendiri.
Kangen ibuku pagi dini hari ini........

Ibu Miriam Pedagang Nasi Gudeg Pinggir Jalan

Sore hari menjelang malam, Rabu, 19 Desember 2012, setelah seharian bertugas di kampus Sekolah tinggi Pariwisata Nusa Dua, dengan rasa lelah mendera, dua jam perjalanan yang kutembus, ditengah gerimis hujan, dan jalanan macet parah. Semenjak Nusa Dua, jalan by pass dengan kendaraan macet parah di simpang Jimbaran, simpang Kedonganan, simpang Patung Ngurah Rai, simpang Patung Dewa Ruci, dan, jalan masuk ke Jalan Imam Bonjol.



Aku harus mampir ke kantor BNI, perlu menghampiri mesin Anjungan Tunai Mandiri. Di depan kantor bank tersebut, kutemui seorang perempuan separuh baya pedagang nasi gudeg. Kupesan nasi 4 bungkus demi keluargaku tercinta. 



Nasi gudeg, aku jadi teringat kenangan lima tahun di Jogja. Dari tahun 1987 hingga 1993, menempuh pendidikan di fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada, di bawah bimbingan ibu dekan, Prof. Dr. Sri Mulyani Martaniah. Bersepeda gayung kemana-mana, berkuncir dua, atau berkepang dua, menembus perjalanan dari Sendowo, Malioboro, Pogung, Kaliurang, hingga ke Borobudur......

Perlahan, bu Miriam, pedagang nasi itu, mengambil nasi, dan mulai menambahkan lauknya, sayur gudeg berwarna coklat tua, karena menggunakan gula aren. Krecek dari kulit sapi, dan sepotong telur, tempe dan tahu bacem, menyiramnya dengan kuah santan. sesendok kecil sambel. Hmmm, membayangkan akan menikmatinya sambil duduk bersama dengan kedua anak dan suami, juga simbok.

"Saya hanya akan berjualan sampai besok. Kami dua hari lagi akan pulang ke Solo untuk merayakan Natal. Tapi tanggal 3 Januari 2013 kami sudah akan kembali ke Bali, dan kembali berjualan tanggal 5 Januari 2013". Ujar ibu Miriam bercerita sejenak tentang dirinya.

Duuuhhh, Ibu Miriam sang pedagang nasi. Dan juga jutaan perempuan lalin, bahkan, puluhan juta orang lain, yang, dengan semangat perjuangan dalam diri mereka, selalu berjuang dalam mengisi kehidupan, tanpa berpangku tangan, tanpa berkeluh kesah, tanpa menghujat dan merengek...... Ajari aku, ajari aku untuk selalu berbagi kasih dengan sesama, berjuang se keras tenaga, namun, tak kan pernah lupa, untuk sejenak berdoa, bersyukur atas segala yang ada, segala berkah, dari Yang Maha Kuasa.....


Ujian Akhir Semester di STPNDB



Rabu, 19 Desember 2012..... Ini adalah hari ketiga muridku ujian teori minggu ini. Minggu lalu mereka menghadapi ujian praktek. Ya, dua minggu ini adalah pelaksanaan bagi Ujian Akhir Semester seluruh mahasiswa yang mengikuti proses belajar mengajar di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.



Pagi hari sudah tiba di kampus Kampial, aku sarapan bersama ibu Dra. I Gusti Ayu Mirah Darmayanty, M.Si. Kami sarapan nasi jinggo seharga Rp 2.500. Lumayanlah, pengganjal perut hingga siang hari nanti. Kemudian kami bergerak. Tugas pertama ku hari ini, mengawasi para mahasiswa Program Diploma IV, Program Studi Manajemen Konvensi & Perhelatan semester 1, di gedung Lontar, blok A, lantai satu, ruang 01. Kami menyingkatnya menjadi MKH s1, LA 101, untuk mata kuliah Psikologi Pelayanan. Pengawasan berlangsung dari pk 8.30 hingga pk 10.00.



Berikutnya menanti, D IV, Administrasi Perhotelan semester 1, di gedung Padma blok A, lantai 1 ruang 03, dari pukul 10.00 hingga pk 11.30, untuk mata kuliah Peraturan Kepariwisataan. Dan, parahnya, aku lupa membawa sekaligus kedua soal, hingga harus balik dahulu ke Gedung Rektorat untuk mengambil amplop besar berisi soal, lembaran jawaban, dan berita acara. Duuuhhh, ini berarti aku harus kembali bolak-balik sekian jauh, dalam gerimis hujan. Dan, jarak antar gedung lumayan jauh terpisah.....



Kutemui pak Ketut Sudarsana, SE., MM.,  berlari menghampiriku. Saudaranya masuk rumah sakit, dia bingung karena tidak ada yang mengawasi kelasnya. Duuuhh, aku paham bagaimana rasanya panik dan merasa sendirian tiada yang membantu. Kukatakan, biar tugasnya ku handel, dan dia harus berangkat segera ke rumah sakit. Dia masih mencoba menawar untuk mengambil kelas yang harus kuawasi, kutolak mentah2. Meski aku bukan perempuan super heroik, dia harus membiarkanku membantu mengawasi kelasnya.



Pukul 11.30..... masih ada jeda waktu 30 menit, sebelum kembali bertugas mengawasi ujian teori pada akhir semester ini. Aku kembali ke ruang, dan.... kami berpesta rujak bersama. Bu Nyoman Sukerti, SE., M.Si., membawa bumbu rujak dari rumah, hasil bikinan sendiri. Dia juga membawa 3 mangga muda. Dan... banyak pohon mangga di dalam lingkungan kantor kami yang sedang berbuah. Sedikit ide kreatif, dan... batang bambu, dan, kami menggoyang pohon hingga berhasil mendapat tambahan 10 buah mangga lagi. Hahaha..... bukankah, bahagia bisa hadir dengan beragam cara, karena bahagia adalah ciptaan kita, meski dalam beragam keterbatasan dan kesederhanaan.



Pukul 12.00 hingga pk 14.00, aku kembali bertugas mengawasi ujian mata kuliah Teknik Kasir Kantor Depan, bagi mahasiswa Program Diploma III, program studi Manajemen Divisi Kamar semester 3, di Gedung Lontar blok B, lantai 2, ruang 03.

Kembali aku melanjutkan kerja di ruangku. beberapa set tugas Mata Uji Kompetensi harus kutuntaskan. Pak Dewa Gede Ngurah Byomantara, S.Pd., MA, sudah menanti semenjak minggu lalu, juga ibu Ayu Aryasih, SE., MM., dan Pak Nengah Sudarma. Bekerja hingga pk 15.00, ada dering telpon dari ibu Putu Nova. Staf Program Kelas Sore in imeminta bantuan agar aku bersedia menjaga dan mengawasi kelas.

Well, sahabat memanggil dan memohon bantuan. Inilah fungsi sahabat, bukan? Suka duka, lara pati, tanpa batas rentang waktu, ruang dan jarak, membantu dan membimbing selangi mungkin.

Maka, aku kembali bertugas mengawasi ujian akhir semester Program Diploma III, program studi Manajemen Tata Boga semester 5, untuk mata kuliah Manajemen Menu, di gedung Padma blok B, lantai 1, ruang 02, dari pukul 15.25 hingga pk 16.45.

Para mahasiswa ku...... Merekalah, para pemuda pemilik masa depan negeri ini. Kutitipkan masa depan bangsa dan negara pada kalian. Semoga kalian akan menjadi pribadi yang tangguh, nan bijak dan kian dewasa dari hari ke hari. Jangan mudah berpangku tangan dan berputus asa, bersikap cengeng dan hanya berkeluh kesah belaka.......