Jumat, 31 Mei 2013

Malam-malam belajar anatomi ayam itu sesuatu banget. 31 Mei 2013

Ayam tetangga masuk ke halaman rumah, dan, di uber oleh Chuppy, anjing kami. Sekali caplok, chupy menggigit lehernya, dan si ayam langsung lemas terkulai. Simbok berteriak heboh, chupy berlari sembunyi di bawah kursi.

Aku baru selesai dengan cucian, dan sedang duduk sejenak, setelah tuntas seharian di Nusa Dua, tiba di rumah pukul 7 malam. Anak2 juga baru tiba di rumah setelah mereka bermain bersama ke pantai di camplung tanduk.

Tak ingin ada konflik dengan kehidupan bertetangga, kubawa ayam yang menatap dengan lirikan pasrah menemui tuan aslinya. Yudha mengikuti bersamaku, kusapa tetangga depan rumah, menjelaskan ayam miliknya menjadi korban kenakalan anjingku. Namun tetanggaku ini menyerahkan sepenuhnya sang ayam yang terluka parah kepadaku. "Potong saja bu. Tidak mengapa.... daripada nanti mati sia-sia, lebih baik dimanfaatkan".

Well.....
Maka, kuminta simbok menyiapkan sebaskom air panas mendidih. Adi dan Yudha memegang senter dan kaki ayam. Kubisikan mantra menyudahi hidup sang ayam. Kemudian, kupotong lehernya dengan pisau tajam, tembus hingga ke tenggorokannya.

"Om pasu pasaya wimahe, siraschadaya dhimahi, tano jiwah pracodhayat....."  Semoga atas perkenan Mu, Tuhan, semoga ini menjadi berkah bagi kami semua, kami memperoleh kesejahteraan dengan memotong hewan ini, dan semoga rohnya menjadi suci....

Kemudian kurendam dalam baskom berisi air panas. Setelah 5 menit, kami mulai membului ayam tersebut. Mengelupas lapisan di cekernya, di paruhnya. Setelah bulu bersih, kemudian menyiram kembali dengan air bersih. Mulai kami membedah ayam tersebut. Kuajarkan pada Adi dan Yudha memotong ayam, dari tulang bagian perut, kemudian menelusuri tulang paha, melipat perut ayam ke belakang, kenelusuri sayap, dan memotongnya, mengeluarkan usus dan ati juga rempela. Jadilah beberapa potong ayam.

Terakhir, setelah masuk ke dalam panci, tugas simbok melengkapi dengan sedikit bumbu. Merebusnya hingga lunak. Setelah 10 menit dalam panci dengan air meluap, kembali penggorengan dijerang, dan ayam rebus berubah menjadi ayam goreng dalam waktu 5 menit. Sedikit sambal tomat, dan.... anatomi ayam di malam hari pun tuntas....

Sungguh..... malam-malam belajar anatomi ayam itu adalah sesuatu banget..... gretongan alias gratis, dan, bersama para bondong pula, ehm, para pemuda tampan..... My Amazing Handsome Lovely Bodyguard, My Sons....... anak-anakku sendiri.

Selasa, 28 Mei 2013

Sumpah !!!! Sakit itu gak enak polll



Senin, 27 Mei 2013, pukul tujuh pagi. Keluar dari kamar mandi, dan tergelincir di depan pintu. Kucoba meraih pegangan pinggir lemari, namun tak terjangkau, kepala menghantam pinggiran palang kayu, aku jatuh terduduk. Dari kepala bagian kanan muncrat darah segar, kemudian mengucur kian lama kian banyak.



Panik??? Hmm. Langkah pertama selalu adalah, sabar, tenang. Masalah takkan tuntas dengan kepanikan, bukan? Kuminta Ayuk mengambil handuk kecil dan air dalam baskom. Kubasahkan handuk, dan menekan bagian luka. Adi kemudian memegang kulit kepala, mencoba menekannya. Si Bapak mengambil daun tanaman binahong, meremas dan menghaluskan, lalu ditempel pada bagian luka. Kutunggu dua menit, darah tidak mengalir lagi. Sedikit remasan daun binahong, olesan minyak bokashi, dan perban berbentuk tanda silang menghiasi kepala sebelah kanan. Rambut masih sedikit lengket dan bau karena bercak darah.

Ke dokter berobat??? Hmmm, tidak ada waktu.

Pukul 8 pagi ada pertemuan dengan Pak Taufan dan Bu Susi dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, juga para dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali yang berjuang mengajukan pengusulan pangkat ke jenjang Lektor Kepala. Setelah sepuluh tahun tidak naik pangkat, dan berbulan menuntaskan berkas pengusulan pangkat, aku tak ingin kelewatan kesempatan ini. Lagipula, berkas beberapa sahabat ada padaku, harus kubawa serta dalam pertemuan kali ini.

Di tengah tatapan khawatir sang suami, anak dan simbok, aku ber pamit berangkat kerja. Kututup kepala dengan slayer, dan meluncur dengan si hitam, motor tercinta. Printer kuletakkan di bagian depan dalam tas go green yang ku miliki.

Tiba di Nusa Dua, setelah pertemuan yang kami ikuti bersama, informasi yang kami dapatkan adalah..... Tidak lagi bisa mengusulkan ke jenjang jabatan Lektor Kepala bila tidak memiliki gelar Doktor. Dheeuuhh. Well, aku sedang menempuh pendidikan di program Doktor di Universitas Udayana. Namun, bagaimana dengan para rekan lain yang sudah belasan tahun pada jenjang Lektor ?? yang sudah siap dengan segala berkas, yang merupakan para pakar dalam berbagai bidang vokasi, juga tak diragukan lagi kemampuan menulis pada beragam jurnal dan menghasilkan beragam penelitian.....


Setelah selesai pertemuan, beberapa rekan memaksa untuk menghantar ke dokter untuk memeriksakan luka di kepalaku. Bu Dayu Indrawati, Bu Sukerti, Bu Indah Kusumarini, Bu Lasmini, Bu IGA Mirah. Dheuuuhhh...... That's what Friends are for, sayang.... Tanpa memandang latar belakang kasta, suku dan agama, mereka memperhatikan ku, kami saling perhatian...... Namun, tahukah kalian. Uang dalam dompetku tinggal Rp 50.000. Bila ke dokter, atau puskesmas, paling tidak, rambut dibotakin sebagian, terutama pada luka, lalu disuntik anti kebal, baru kemudian di jarit. Paling tidak, perlu 500 ribu an buat pegangan dalam genggaman. Hiks.... Aku tahu, mereka bakal mau meminjamkan duit, aku tahu, mereka akan siap menghantar. Namun tidak...... aku akan baik-baik saja. Terduduk berdiam diri, menikmati segala suka dan duka.


Sejurus kemudian, aku berpamit dan berpulang.... keramas di rumah, membersihkan rambut yg lengket, mengobati kembali dg minyak, dan tertidur dengan kepala nyut-nyut an....

Sok hebat ?? Bukan, sayangku.....
Hidup terkadang sangat kejam, terkadang tidak seindah mimpi kita, tak semudah harapan dan kemauan. Namun, terjatuh dan tersungkur, maka aku akan bangkit kembali berkali dan berkali..... untuk menjadi betina tangguh, setidaknya, bagi diriku sendiri.


Minggu, 26 Mei 2013

Dan.... Bila panggilan itu tiba, dalam beragam gaya dan cara kami memuja Mu, Tuhan.


Banyak akal sehat dan logika yang mungkin tidak bisa selaras, bila sudah berkaitan dengan hubungan spiritual seseorang...... Namun, kupikir, ini adalah hubungan yang sungguh pribadi, bersifat privacy dan personal, hingga hanya bisa dijelaskan secara gamblang bagi orang yang bersangkutan dan Beliau, Tuhan Yang Maha Esa.

Mungkin, ada pula komentar yang berkata..... Sungguh susah menjadi orang Bali, menjadi pemeluk Hindu. Namun, bagiku, manusia adalah mahluk yang berakal budhi, dan, dengan kearifan  serta kedewasaan dalam dirinya, mereka akan mampu mencari alternatif dari permasalahan yang ditemui.

 Bayangkan, bila tanpa pegangan agama dan spiritual dalam jiwa, dan kita semua terasa bagai manusia tanpa perasaan, hanya tubuh hampa tanpa pijakan, tak berarah tujuan, tanpa pedoman dalam kehidupan ini......






Tingkatan dalam upacara dan upakara, demikian pula halnya.... Dengan bekerja sama, dengan bahu membahu, dengan saling berdiskusi, semoga semua berjalan dengan baik-baik pula....

Mau memilih jalan yang mewah, terkesan wah, tingkatan karya utama ning utama, dengan cara sederhana, sejauh semua sempurna dan tercapai sesuai tujuannya, dilaksanakan dengan tulus dan sepenuh niat, maka, kebahagiaan dan kepuasan banyak pihak akan tercapai pula.






Anggara Kasih Tambir, Selasa, 21 Mei 2013. Pada Upacara Mecaru me Rsi Ghana yang diadakan oleh Bli Nengah Puja, di Dusun Asah Badung, Desa Sepang Kelod, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng.

Upacara ini dilaksanakan sebagai bhakti ananda kepada keluarga, leluhur dan juga dewata. Pernyataan bahwa upacara ngaben telah tuntas terselenggara, pebersihan bagi seluruh karang / halaman rumah dan seisi penghuninya, agar mampu memperkuat kekerabatan dan persaudaraan di antara sesama anggota keluarga, juga keluarga besar, beserta masyarakat di sekitarnya.

Setelah upacara melukat, pebersihan tuntas dilakukan, sebelum Ida Ratu Peranda muput karya, iparku, Mbok Ketut Sukati, menari secara lemah gemulai, para ipar lain menyungsung bebantenan, ada pula yang membawa beragam perlengkapan upakara lainnya.

































Mecaru me Rsi Ghana, adalah sebuah upacara, sebagai perlambang Indigenous Wisdom, Genius Local Wisdom, dari umat Bali, yang beragama Hindu. Dengan Mecaru me Rsi Ghana, masyarakat bekerja bersama-sama, menjalin tali persaudaraan, saling berkunjung dan membantu penuntasan karya. Keluarga yang tersebar di seantero daerah akan berkunjung bersama, bekerja bersama, saling bertukar ceritera dan menjalin tali kasih sesama mereka.

Dengan Mecaru me Rsi Ghana, mereka inginkan mendapat ketenangan untuk melangkah ke masa depan, setelah rangkaian kejadian yang dianggap harus dilalui dengan rangkaian upacara agama ini, seperti yang telah tergambar dalam tujuan pelaksanaan ritual Mecaru me Rsi Ghana itu sendiri.


http://idabagusbajra.blogspot.com/ menjelaskan bahwa Mecaru me Rsi Ghana, terdiri atas :  Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan, dan Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun. 

Digunakan bila didalam satu pekarangan mengalami: Salah satu keluarga mengalami salah pati atau ngulah pati, Salah satu bangunan disambar petir, Kemasukan orang gila, Bangunannya kejatuhan pohon besar hingga cacat, Kebanjiran atau dihanyutkan banjir besar,Menjadi tempat orang mengamuk, perang, berkelahi,Kebakaran, Kemasukan binatang besar, Kemasukan bhuta kala, Suasana keluarga memanas dan keruh.






Sabtu, 25 Mei 2013

Mecaru me Rsi Ghana, Ngiring Ida Ratu Peranda, Anggara Kasih Tambir, 21 Mei 2013. Denpasar - Klungkung - Buleleng - Denpasar.





Bli Nengah Puja melangsungkan karya, Mecaru me Rsi Ghana, pada Anggara Kasih Tambir, Kajeng Kliwon, hari Selasa, 21 Mei 2013. Kami masih memiliki hubungan keluarga jauh, dari pihak suamiku, sesama sanggah dadia Jero Gede Tanjung, Soroh Sri Nararya Krisna Kepakisan, di Dusun Kapit, Desa Nyalian, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung. Dan sama-sama sudah merantau ke Dusun Asah Badung, Desa Sepang Kelod, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng.


Beliau sekeluarga melangsungkan upacara Mecaru me Rsi Ghana karena sudah tuntas melangsungkan upacara ngaben ayahanda tercinta beberapa bulan lalu. Dan, kami, aku juga suami, beserta iparku, bertugas ngiring Ida Ratu Peranda dari Gria Gede di Nyalian, Klungkung, menuju Sepang Kelod di Buleleng, dan kembali ke Klungkung.



 http://idabagusbajra.blogspot.com/ menjelaskan bahwa Mecaru me Rsi Ghana, terdiri atas :  Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan, dan Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun. 

Digunakan bila didalam satu pekarangan mengalami: Salah satu keluarga mengalami salah pati atau ngulah pati, Salah satu bangunan disambar petir, Kemasukan orang gila, Bangunannya kejatuhan pohon besar hingga cacat, Kebanjiran atau dihanyutkan banjir besar,Menjadi tempat orang mengamuk, perang, berkelahi,Kebakaran, Kemasukan binatang besar, Kemasukan bhuta kala, Suasana keluarga memanas dan keruh.


Sebenarnya aku sudah dapat pulang, mengunjungi mereka di desa Sepang Kelod, pada hari Sabtu, 19 Mei 2013. Kubawa dua bolu kukus besar dan empat kg buah sebagai buah tangan. Juga kusempatkan membantu mejejaitan sejenak di sana.


Dan, kini, kami bersiap melaksanakan tugas, ngiring Ida Ratu Peranda, yang berkenan lunga, muput karya Mecaru me Rsi Ghana, di Sepang Kelod, di rumah Bli Nengah Puja, pada Hari Selasa, 21 Mei 2013.



Jarak jauh yang harus kami tempuh, membuat kami harus mengatur waktu seketat mungkin. Time & Motion Management di perlukan. Pukul 3 pagi dini hari, aku dan suami telah mandi dan bergerak menuju ke Jalan Antasura. Motor kami bergerak perlahan menembus hawa dingin pagi dini hari. Anak-anakku masih terlelap dalam tidurnya, namun lauk pauk sudah selesai ku olah, dan terhidang di dapur. Pakaian seragam anak2 sudah tersedia di atas kursi. Simbok akan  tiba pukul 7 pagi.




Tiba di rumah ipar di jalan Antasura, putra bungsu mereka, Kadek Dika, masih terlelap ditemani ponakan, Nengah Merti. Pukul 4 pagi, bersama mobil suzuki kijang, aku dan suamiku, iparku, Nyoman Sumadi dan Ni Wayan Arsini, juga ponakan, Putu Diah Septia Rini, bergerak ke Griya Gede di Desa Nyalian, Klungkung.Jalanan sepi dan sesekali para pelintas pagi kami temui sepanjang jalan.





Tiba pukul 5 pagi, kami takjub, ternyata Ida Ratu Peranda sudah bersiap diri, dan sedang melantunkan puja di Merajan. Hmmm, sepagi ini sudah memulai nyadnya beliau di jalan Dharma. Pukul 5.30, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini bergerak menuju Buleleng. Aku bersama ipar, Ni Wayan Arsini, yang bertugas di Dinas Koperasi Propinsi Bali, duduk di kursi bagian belakang mobil, bertugas memegang dulang-dulang  berisi sengku, mahkota bagi sang ratu peranda, dan juga perlengkapan puja Beliau. Suamiku duduk di kursi tengah mobil, sambil memangku kotak perlengkapan busana Ida Ratu Peranda,  bersama ponakan, Putu Diah Septia Rini, dan juga sang mangku dari desa Nyalian.



Bergerak menembus jalan raya Denpasar Gilimanuk, kami tiba di desa Kerambitan. Antrian panjang kendaraan menjadi pertanda bahwa telah terjadi kecelakaan. Hmmm, arah laju mobil kami dibelokkan ke selatan, menyusuri jalan pedesaan dan persawahan Kerambitan, sesekali berpapasan dengan truk dan bis, berputar sejauh 10 km, dengan waktu tempuh bertambah lama 1 jam. Akhirnya kami tiba di jalan raya Meliling. Terlihat bahwa kemacetan terjadi hingga berkilo-kilo meter setelah Meliling. Dheuh, smoga segera lancar kembali segala arus lalu lintas ini.

Keluarga di Sepang sudah berkali menelpon via mobile phone.... Namun apa daya, ini sungguh di luar perkiraan. Kami melanjutkan perjalanan ke arah Gilimanuk, dan, di desa Bading Kayu, kami berbelok ke Utara, menembus Hutan Yeh Leh Yeh Lebah. Jalanan berkerikil, berlubang, berkelok dan tanjakan serta turunan terjal terkadang menyapa kami. Namun, inilah situasi dan kondisi kehidupan, yang terkadang tidak selalu mulus, tidak seindah harapan dan impian kita.

Tiba di Dapdap Putih, kami tidak bisa melewati jalan menuju ke Asah Badung, karena jalan yang sungguh rusak parah. Kami menuju ke Pucak Sari, melewati Dayang, dan daerah hutan, sebelum kemudian tiba di Sepang Kaja, lalu berikut Sepang Kelod.

Pukul 10.30, kami tiba di depan sang empunya karya. Seluruh anggota keluarga menyambut gembira karena akhirnya kami telah tiba di kampung. Tidak ada waktu untuk bersantai, kami langsung bersiap dengan upacara Mecaru me Rsi Ghana.

Berawal dari rangkaian Upasaksi, beberapa perwakilan dari anggota keluarga, Kelian Desa, Kelian Adat, Pemangku, duduk bersama, memulai dengan doa singkat, menjelaskan maksud terselenggaranya upacara Meresi Gana, dan makan bersama.


Beragam simbol upacara dan upakara yang dipergunakan dalam karya Mecaru me Rsi Ghana di rumah Bli Nengah Puja, di Dusun Asah badung, Desa Sepang Kelod, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng.











Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian upacara dan upakara.


























Pukul 14, seluruh rangkaian upacara tuntas. Kembali kami bersiap ngiring Ida Ratu Peranda. Kali ini, menuju Denpasar, karena Beliau kembali akan muput upacara mecaru kembali di sebuah rumah di Denpasar, Jalan Tukad Pancoran.



Mecaru me Rsi Ghana, adalah sebuah simbol Indigenous Wisdom, Genius Local Wisdom, dari masyarakat Bali, juga Hindu, yang bertujuan memberikan kedamaian dan perlindungan bagi kesejahteraan penduduk. Dengan Mecaru me Rsi Ghana, masyarakat bekerja bersama-sama, menjalin tali persaudaraan, saling berkunjung dan membantu penuntasan karya. Keluarga yang tersebar di seantero daerah akan berkunjung bersama, bekerja bersama, saling bertukar ceritera dan menjalin tali kasih sesama mereka.

Dengan Mecaru me Rsi Ghana, mereka inginkan mendapat ketenangan untuk melangkah ke masa depan, setelah rangkaian kejadian yang dianggap harus dilalui dengan rangkaian upacara agama ini, seperti yang telah tergambar dalam tujuan pelaksanaan ritual Mecaru me Rsi Ghana itu sendiri.















Kemudian, kami tiba tiga jam setelah berkendara, di Tukad Pancoran Denpasar. Rumah dari anak sang adik kandung Ida Ratu Peranda dari Gria Gede, dari Desa Nyalian ini,  Ida Bagus Made Sunu, juga melangsungkan upacara mecaru a mancan, yang akan dipuput oleh Ida Ratu Peranda pula.







Sungguh, sebuah pengalaman menarik mengenai Upacara Mecaru me Rsi Ghana, dan Ngiring Ida Ratu Peranda. Duduk manis selama ngiring, menjadi bagian dari nyadnya di jalan Dharma, sungguh indah, perjalananku demi Mu, Tuhan, Sang Hyang Widhi.......




Menurut http://idabagusbajra.blogspot.com/

A. Rsi Ghana Alit
Tata cara :
1.     Nanceb sanggah tuttwan
Upakaranya terdiri dari : suci, rantasan, uang sesari 1700 Pada depan natar atau halamannya merajah Padma astadala sebagai tempat Caru Rsi Ghana
Di dahului dengan membuat lubang ditanah lalu ditaburi tepung untuk membuat rerajahan Padma Asta Dala
Pada arah timur aksara sucinya Sa =
Pada  arah selatan aksara sucinya Ba =
Pada arah barat aksara sucinya Ta =
Pada arah utara aksara sucinya A =
Pada arah tenggara aksara sucinya Na =
Pada arah barat daya aksara sucinya Ma =
Pada arah barat laut aksara sucinya Si =
Pada arah timur laut aksara sucinya Wa =
Di madya atau tengah-tengah aksara sucinya Ya =
2.     Tetandingan Rsi Ghana
a.       Alasnya menggunakan tamas agak besar berisi nasi pangkonan 9 buah dialasi plawa / daun nagasari yang masing-masing berisi rerajahan aksara suci, sebagai berikut :
-          Plawa di timur dirajah Ong =
-          Plawa di selatan dirajah Ang =
-          Plawa di barat dirajah Reng =
-          Plawa di utara dirajah Si =
-          Plawa di tenggara dirajah Ga =
-          Plawa di barat daya dirajah Na =
-          Plawa di barat laut dirajah Ba =
-          Plawa di  timur laut dirajah Wa =
-          Plawa di tengah dirajah Ma =
b.      Lalu pada masing-masing nasi pengkonan ditancapi setangkai bunga teratai dan diberi ulam seekor itik/bebek putih yang diolah selengkapnya tanpa memakai sate / jajatah.
c.       Caru pada halaman/natar memakai caru Panca Sata Malayang-layang dengan masing-masing dialasi kelabang maikuh sesuai dengan urip dan warna pengider-ider
Kelengkapan caru lainnya yaitu : sesayut pengambyan, pangulapan, prayascita luwih, tumpeng agung maulam guling itik putih, daksina, dan kelimanya memakai uang sasari 5555, sebuah pane anyar berisi nasi ketengan sesuai jumlah urip pancawara Nasi pujungan masing-masing 1 bh.
d. Khusus untuk caru yang ditengah, dilengkapi suci 1 soroh, sesayut durmenggala, panca kelud, peminyak kala, pemangguh pamali
e.  Di sanggah Kemulan terdiri atas : suci 1 soroh selengkapnya
f.  Untuk pemimpin upacara : suci 1 sorog, penglukatan, peras lis, tatimpug yang nantinya jika sudah selesai upavcara harus ditananm di natar/halaman merajan
g. Kepada yang ngerajah natar, upakaranya berupa daksina dengan sesari 125
Kepada yang negrajah daun plawa/nagasari diberi daksina dengan sesari 77
B. RSI GHANA MADYA
Kegunaannya untuk pamarisudhaning karang panas dan sanggar atau tempat suci seperti Pura Kahyangan Tiga, Panggulan / empelan, tegalan serta sawah
Tata cara pengaturan :
a.  Mendirikan sanggar tutwan memakai penjor tiying gading berisi 2 kober rerajahan Ghana membawa bajra dan satu lagi Ghana membawa Gada, dilengkapi dengan daun beringin satu cabang ditempatkan diarah timur laut serta daunnya yang merajah Cakra ditempatkan didepan sanggar tuttwan. Upakaranya : suci 2 soroh lengkap, tumpeng adanan, peras, daksina berisi sesari 1700, canang lengawangi buratwangi.
b.  Pada natar atau halaman merajah padma asta dala, aksara suci rerajahannya :
c. Selanjutnya diletakkan caru Rsi Ghana berupa sega atau nasi pangkonan 9 buah dialasi tamas yang besar. Pada masing-masing nasi pangkonan dialasi daun nagasari  marajah aksara suci : Pada nasi masing-masing ditancapi bunga tunjung dengan ulamnya memakai seekor itik diolah lengkap tanpa sate / jajatah.
d.  Carunya menggunakan Caru Panca Sata ayam melayang-layang winangun urip dialasi sengkwi. (sama dengan susunan caru panca sata seperti diterangkan diatas)Upakaranya terdiri dari : tumpeng adandanan ditengah daksina gede berisi sesari 500, masing-masing dilengkapi dengan bayuhan, peras, penyeneng, sesayut pengambean. Untuk sanggah cucuk yang ditengah disertai suci 1 soroh, gelar sanga, nasi segau, tepung tawar, lis bebuu, tebasan prayascita luwih, durmenggala, prayascita, sebuah pane anyar, kukusan, dangdang, sibuh pepek, tatimpug, sujang masing-masing 4 bh dan pada sanggah cucuk berisi tuak, arak, berem, toya anyar.
e. Upakara pada tempat pemujaan : 1 soroh suci lengkap, sarana penglukatan, daksina berisi sesari 1.100.
f. Daksina sang ngerajah natar, uang sesarinya 125
Daksina sang ngerajah daun nagasari, uang sesarinya 100
C.RSI GHANA AGENG
Tata cara pengaturannya :
a.      Sama dengan Rsi Ghana Madya, carunya menggunakan caru Panca Sata Ayam melayang-layang ditambahkan dengan Caru Asu Bang Bungkem yang diletakkan ditengah-tengah caru Panca Sata.  Khusus pada caru asu bang bungkem melayang-layang harus dialasi dengan sengkwi maikuh. Olahan dagingnya dibuatkan urab barak-urab putih, sate lembat, sate asem, sate calon agung, dan ulam karangan.
Pengaturan tetandingannya  :
Sate lembat, sate asem  masing-masing 33 biji dijadikan 33 bayuhan lalu dijadikan 3 sengkwi, dilengkapi dengan ulam karangan 1, calon agung sesuai dengan jumlah urip pengiderannya. Nasi/sega 33 dan takep-takepan, lis, sanggahurip masing-masing. Canang brakat manca desa, rantasan 5 warna , sekar / bunga 5 warna, jun pere berisi toya anyar manca desa, alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, benang tetetbus, rarakih masing-masing
b. Pada tempat pemujaan untuk pemuput upacara : suci 1 soroh, penglukatan, samsam, bija kuning, soda, peras, lis, bebuu, nasi segau, tepung tawar, sesarik, alas-alasan, benang tetebus 5 warna
c.  Upakara di sanggar tutwan : daksina berisi uang sesari 5500,
peras , sesayut, pengambyan, prayascita luwih, nasi segau, tepung tawar, sebuah pane anyar, kukusan, pangedangan, sebuah sibuh pepe'