Sabtu, 29 Maret 2014

My Lovely Amazing Handsome Bodugyards, My Brondongs. Antara bongkar kipas, ngetik tugas, dan renang ke pantai.






Hari Sabtu, 29 Maret 2014. Setelah berbelanja kebutuhan keluarga, persiapan banten untuk upacara hari raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1936, ada waktu jeda sejenak.



Jemuran sudah berderet rapi di tiang. Simbok masih mencuci piring dan perabot bekas memasak. Tugas selesai? Ah, masih ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan, jika saja mau.



Ku keluarkan kipas angin dari dalam rumah, bersama si bungsu, aku mulai bekerjasama, membersihkan kipas. Made Yudhawijaya menggunakan obeng untuk membongkar semua kipas angin tersebut. ku ambil satu sikat gigi baru, untuk dipergunakan olehnya membersihkan sela-sela kipas. Aku menggunakan sikat yang lebih besar.



Ada tiga kipas angin yang kami bersihkan pagi hari itu. Semuanya berdebu, dan membutuhkan perhatian untuk dibersihkan.












Si bapak membersihkan se isi perpustakaannya, Adi menuntaskan tugas laporan penelitian hasil survey kemarin keliling Bali.













Namun, memang dasar anak-anak. Belum lagi tuntas pekerjaan kami membersihkan kipas angin, Yudha sudah merasa bosan. Dia berpamitan meninggalkan ku sendiri me lap kipas tersebut. Hmmmm, sungguh, membimbing dan mendidik mereka selalu untuk menjadi pria dewasa dan bijak, sungguh, butuh kesabaran tersendiri.


Selesai dengan kegiatan ini, mereka berdua berangkat ke pantai Camplung Tanduk. Berenang berdua di pantai Seminyak hingga jelang gelap hari. Pulang, dan mandi di halaman sambil bermain air. Well..... so simple. Sederhana, namun, inilah kebahagiaankeluarga kami, keluarga sederhana. Semoga Tuhan melindungi dan memberkati keluarga mungilku selalu sepanjang garis kehidupan mereka. Tidak banyak yang kuimpikan dan kuangankan bagi mereka semua. Sejauh semua berjalan apa adanya di jalan yang telah digariskan oleh Tuhan. Karena, terkadang, apa yang Tuhan berikan, apa yang terjadi dalam kehidupan kita, bukanlah apa yang kita inginkan, namun apa yang terbaik bagi kita semua......




























My Lovely Amazing Handsome Bodugyards, My Brondongs. Antara bongkar kipas, ngetik tugas, dan renang ke pantai.

Jumat, 28 Maret 2014

My Lovely Amazing Handsome Bodyguards, My Brondongs. Jemuran, segelas kopi dan pisang rebus








Setelah lelah mengiringi rangkaian upacara melasti dari Pura Dalem Pejarakan Ulun Lencana Umedui menuju Pura di Petitenget, Kerobokan, kami tiba pukul 1 siang hari di pondok mungil kami. lelah dan lapar menderaku. Uang bekalku tadi hanya cukup untuk membelikan anakku dan teman-temannya tiga bungkus tipat sate dan air minum dalam botol kemasan.














Tanpa menunggu waktu lama, segera kucuci pakaian sembahyang kami, dan meminta putra-putraku menjemurnya. 























Well......
Mengajari dan membimbing mereka sedari dini untuk turut terlibat dalam beragam urusan rumah tangga, akan semakin membuat mereka memahami pentingnya kerjasama dan kebersamaan pula. Dari urusan mencuci, memasak, membersihkan rumah, menyapu halaman, bersembahyang sehari-hari....


My Lovely Amazing Handsome Bodyguards, My Brondongs. Tidak ada lagi yang sanggup mengusik kebahagiaanku, kebahagiaan keluarga kami. Kusadari, keluarga adalah segalanya. Tak kupikirkan lainnya lagi. Kuusir galau, benci, murka, dendam pada semua hal yang membuatku sakit dan terluka selama ini. Tidak lagi, cukup sudah. Kumiliki masa depanku, aku berhak atas bahagia atas diriku, aku berkewajiban membahagiakan keluargaku.




Kini hanya ada sisa jemuran, segelas kopi dan pisang rebus. Kunikmati sambil menikmati panas hari, sepanas kopiku di siang hari ini...........

Melasti Sukra Umanis Ukir, 28 Maret 2014 (4)




Trance, kemasukan roh, kerawuhan, kelinggihan.......



















































Melasti Sukra Umanis Ukir, 28 Maret 2014 (3)




Apakah yang melatarbelakangi upacara Melasti sesungguhnya? Mengapa orangtua, anak kecil, perempuan dan lelaki, melakukan aktivitas ini? Mengapa mereka menempuh belasan kilometer dengan penuh semangat ? Euforia semata, dan demi prestisius di mata masyarakat??? Ikatan yang kuat mengatur kehidupan mereka?




Ah, kusebut ini.... jalan pilihan hidup. Sekecil apapun yadnya, dan, dengan segala macam cara yang kita bisa dan mampu, untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa......


















Anak kecil yang kulihat merajuk, menangis dan mogok melanjutkan perjalanan. Kaum muda yang berjalan beriringan dan bekerjasama dalam mengarahkan gerak jempana dengan beragam pretima atau benda suci yang disakralkan. Kaum perempuan yang mengenakan topi lebar atau menutupi wajah dengan koran untuk melindungi sengatan matahari. Ayah yang menggendong anaknya, dan berkali langkahnya terhenti di pinggir jalan. Dan, beragam gaya lainnya lagi tatkala mengikuti rangkaian upacara melasti.
















Ini semua adalah jalan pilihan hidup. Budaya hanya akan berjalan dan berkembang bila ada masyarakat penjunjung dan penyungsung budaya itu sendiri. Dan, melasti atau melis, adalah bagian dari komponen budaya. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua adalah bagian dari struktur atau sistematika yang berkembang di tengah masyarakat.














Dengan melasti masyarakat berharap dapat membersihkan diri, menyucikan beragam benda suci, memelihara kesakralan pretima dan beragam simbol atau perlambang yang disucikan oleh masyarakat. Dengan melasti masyarakat bersiap menyambut hari raya Nyepi, Tahun Baru Saka. Dengan melasti masyarakat berharap agar di tahun yang akan datang mereka akan menjadi semakin bijak dan shantih.....
 

 


 
 
 

 
 
Rahajeng Nyanggra Rahinan Jagate. Rahajeng Nyepi Tahun Baru Saka Bali 1936. Dumogi irage sareng sinamian setate ngemangguhin lan nganemoning kerahayuan .....