Senin, 26 Oktober 2015

Praktek Kerja Lapangan Prodi ADH I (Bali-Jawa), II (Desa Belimbing, Tabanan)





Praktek Kerja Lapangan merupakan perwujudan dari program kerja lembaga pendidikan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, dan menjadi bagian dari visi juga misi bahwa proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam lingkungan kampus semata. Oleh karenanya, mahasiswa dan juga staf pengajar diminta selalu mengembangkan diri seluas mungkin agar mampu beradaptasi dengan beragam masyarakat juga lingkungan yang berbeda-beda, agar terjalin kerjasama dan kinerja maksimal.



Program Studi Diploma IV Administrasi Perhotelan melaksanakan dua kali Praktek Kerja Lapangan untuk periode tahun 2015. Praktek Kerja Lapangan yang pertama, telah terlaksana pada tanggal 13 s/d 18 Oktober 2015 lalu, diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi ADH kelas A, B, dan C semester 5, juga Diploma III Manajemen Perhotelan semester 5.



Praktek Kerja Lapangan yang kedua, terlaksana pada hari Jum’at, tanggal 23 Oktober 2015, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.



Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang Pertama, sebanyak 122 mahasiswa bersama 6 dosen pendamping dan 1 orang staf Prodi, berangkat bersama dalam rombongan berjumlah 3 bis. Berangkat pukul 3.30 dari kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, rombongan bergerak menuju lapangan Lumintang, Denpasar. Disini kembali bergabung sebagian mahasiswa dan para dosen pendamping. Setelah jumlah rombongan lengkap, iringan kembali berangkat  ke arah Barat, mampir bersembahyang di Pura Rambut Siwi, dan menuju Gilimanuk, lalu menyeberang ke Pulau Jawa.


Hari kedua, setelah beristirahat mandi dan makan di Nganjuk, Resto Ambar Ketawang, rombongan kembali bergerak menuju Jawa Tengah. Pukul 11 siang, rombongan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali tiba di Candi Prambanan untuk melakukan kunjungan selama 1.30 jam di sini. Setelah makan siang di resto Grafika, kami bergerak menuju Malioboro. Hanya 3 jam berada di kota Jogja, kami kembali bergerak melanjutkan perjalanan menuju kota Bandung. Namun aku bersama ibu IGA Mirah, sempat berkunjung ke Lapangan Timur Keraton, berjalan di antara ke dua beringin kembar di malam hari, dan menyusuri Malioboro, sebelum bergabung kembali dengan bis kami pukul 9 malam hari.







Well, perjalanan hidup tidak akan selalu mulus dan indah, tidak akan selalu berjalan sesuai kemauan dan harapan kita. Pada pukul 1.30 WITA, atau 2.30 waktu setempat, bis kami mengalami insiden tabrakan di daerah Rawalo, Banyumas. Namun, sekali lagi, para dosen juga para mahasiswaku bisa memperlihatkan kemampuan mereka mengendalikan diri, menjaga emosi dan persaudaraan di antara sesama mereka, kemampuan memimpin diri sendiri dalam beragam situasi yang terkadang sungguh rumit sekalipun. Bersama staf dari pihak travel agent yang turut dalam perjalanan kami, aku menghantar beberapa mahasiswa yang terluka, menuju Puskesmas terdekat. Komang Erick, Gusti Bagus Angga Atmaja, Joni Afrianza, dan Arsita Putri. Kupastikan mereka tidak mengalami cidera parah, tidak terluka oleh pecahan kaca bis, tidak mengalami patah atau harus dijarit. Hanya shock sekejap. Dan, setelah dua jam beristirahat di UGD Puskesmas bersangkutan, kami kembali bergabung dengan rombongan di TKP. 





Tujuh jam menanti, akhirnya dua bis pengganti tiba. Dan, pukul 9.15 pagi hari, Kamis 15 Oktober 2015, kami kembali bergerak dengan formasi sama, tiga bis, menuju tujuan. Kota Bandung.





Hari ketiga ini, 15 Oktober 2015, kami tiba di resto Pring Sewu pukul 11.00. Mahasiswa bersiap diri dan mengganti uniform dengan seragam kelas, bersiap menuju Desa Wisata Cikidang. Tiba di Desa Wisata Cikidang, kami disuguhkan pemandangan indah alam pedesaan, keramahan masyarakat sekitar, juga makanan khas nasi Timbel, beserta wedang jahe susu yang menghangatkan tubuh di malam dingin saat diskusi berlanjut hingga larut mengenai pengelolaan desa wisata Cikidang. Waktu menunjukkan pukul 9 malam saat akhirnya kami tiba di tempat penginapan kami malam hari. Setelah 3 hari duduk dan tidur di dalam bis, kami bisa beristirahat tidur di dalam kamar penginapan di kota Bandung, yakni Cihampelas Dua dan Tiga.



Hari keempat, rombongan mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali bertamu pada saudara tuanya, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Sungguh menyenangkan kami bisa berjumpa dengan jajaran manajemen STP Bandung, berjumpa dan berdiskusi dengan para mahasiswa nya juga, dan mengunjungi banyak ruang di sini.








Setelah berpamitan dengan pihak dosen, pegawai, juga para mahasiswa STP Bandung yang telah ramah dan bersahabat menerima kami, kami berpamitan untuk bergerak kembali menuju hotel di mana kami menginap semalam, Cihampelas Dua dan Tiga. Setelah makan siang di Warung Bancakan, rombongan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali kembali bergerak menuju ke arah Timur, menggapai Bali kembali.



Sempat mampir di sentra belanja di daerah Cibaduyut, hampir saja dua mahasiswa kami tersesat karena keasyikan mencari oleh-oleh boneka bagi yang tersayang. Ah, jadi ingat nostalgilaaa turun naik bis, turun naik angkot, mencari mahasiswa ku ini di sepanjang jalan di Cibaduyut, lalu nguber-nguber bis kami yang tidak bisa berhenti dan parkir sembarangan di daerah padat tersebut.




Hari Kelima, 17 Oktober 2015. Pagi hari pukul 8, kami tiba di Resto pinggiran kota Jogja. Beristirahat mandi dan makan, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Solo. Satu jam beristirahat di Pasar Kliwon yang menjadi tempat penampungan sementara para pedagang Pasar Klewer yang habis tebakar, kami kembali bergerak menuju Nganjuk, dan beristirahat makan di Resto Ambar Ketawang.



Hari Keenam, 18 Oktober 2015. Pagi hari pukul 7, kami tiba di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. 1.30 menit berayun di laut selat Bali, kami tiba di warung Men Tempeh untuk menikmati khasnya masakan ayam betutu, sebelum kembali bergerak menuju Nusa Dua.



Terima kasih, Tuhan, terima kasih para muridku, terima kasih, rekan kerja, dan seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga program Praktek Kerja Lapangan ini terselenggara baik demi pembentukan dan pengembangan karakter-karakter dewasa dan bijak sumber daya manusia Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

Praktek Kerja Lapangan yang Kedua, jumlah mahasiswa yang dilibatkan masih sama. Sebagai Pilot Manager adalah mahasiswa dan mahasiswi Administrasi Perhotelan semester 5 kelas C, ikut terlibat juga Administrasi Perhotelan kelas B, dan C, juga mahasiswa Diploma III Manajemen Perhotelan semester 5. Bergabung besama rombongan dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, juga masyarakat Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Perbekel Desa, Klian Dinas dan Klian Adat, Pokdarwis, Ibu-ibu PKK dan STT Desa Belimbing.



Pada Praktek Kerja Lapangan yang Kedua, kegiatan dilaksanakan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, pada hari Jum’at, 23 Oktober 2015. Kegiatan yang dilakukan adalah penanaman pohon, sebagai bentuk nyata kesadaran dan kepedulian dan juga gerakan penghijauan berupa penanaman puluhan pohon belimbing dan beberapa jenis tanaman hias lain. Juga dilaksanakan gerakan kebersihan dan bakti sosial yang dibagi menjadi 3 lokasi, yakni, di sekitar area Pura Luhur Mekori, di sekitar area Singsing Sade, dan di sekitar area Singsing Benben.


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini berakhir pada pukul 15.00, dan rombongan mahasiswa kembali bersama 3 bis menuju Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, kecuali mahasiswa dan mahasiswi Diploma IV Administrasi Perhotelan kelas C semester 5 yang menjadi Pilot Manajer bagi kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Studi ADH esok hari, bertempat di desa yang sama, yakni Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.





Sudah tentu, suatu kegiatan tidak akan dapat berjalan lancer tanpa partisipasi banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Entah, yang terlihat nyata, maupun yang hanya begerak di balik layar, tanpa mau terlihat atau gembar-gembor. Terima kasih pada aparat desa Belimbing, terima kasih pada Plt Kades, bapak Made Adi Sujana, Bapak Oka Ardiyasa dan Pokdarwis nya, Pak Nengah, ibu-ibu PKK, STT, Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan, seluruh manajemen Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, dan, para mahasiswaku tersayang yang selalu kubanggakan, Administrasi Perhotelan semester 5 kelas C, dengan kepala suku Gede Heri Narisma, dan semua anggota sukunya yang berhasil memperlihatkan kualitas kerja, level kepemimpinan juga kebersamaan kalian secara maksimal, Administrasi Perhotelan semester 5 kelas B bersama anggota masyarakatnya yang heboh dan cool abizzz, beserta Administrasi Perhotelan semester 5 kelas A, dan para brondong serta browniesnya yang cetar membahana, Diploma III Manajemen Perhotelan semester lima yang unyu-unyu dan imoet-imoet……

Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan



Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.



Program studi DIV Administrasi Perhotelan (ADH) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema, Pembinaan dan Pendampingan Sumber Daya Manusia Pengelola Pondok Wisata di Desa Wisata Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015. Adapun penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan di Desa Wisata Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan yang dihadiri para tokoh masyarakat di Desa Belimbing yang terdiri dari: Perbekel, Kelian Desa Pekraman, Kelian Dinas Wilayah Desa Pekraman, LPM, anggota Pokdarwis, Ibu-ibu PKK, dan masyarakat Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.





Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan para dosen di lingkungan STP Nusa Dua Bali. Beberapa hal yang melatar belakangi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:
  • Desa Wisata Belimbing yang terletak di Kecamatan Pupuan merupakan salah satu desa wisata yang menawarkan pesona alam yang asri. Dengan potensi yang dimiliki, diantaranya empat buah air terjun, seperti Singsing Benben, Singsing Sade, terasering yang unik, Pura Luhur Mekori, empat buah Pondok Wisata, dua buah villa, trekking, sunrise point.
·         Pokdarwis Desa Wisata Belimbing sudah dibentuk pada tahun 2013 dan memiliki Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga, namun belum menjalankan program secara optimal. Ketuanya kini, bapak I Made Oka Ardiyasa, beranggotakan 55 orang dan dengan 44 orang pengurus. Dalam rentan waktu 2 tahun terakhir ini Pokdarwis sudah menjalin kerjasama dengan beberapa pelaku pariwisata untuk promosi desa Belimbing ke masyarakat luas dan bertujuan menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tujuan dibentuknya Pokdarwis adalah untuk memberi pemahaman dan pengetahuan akan pentingnya pariwisata. Dengan pahamnya masyarakat desa diharapkan terjadinya minat masyarakat desa akan potensi wisata desa dan mampu menambah pemasukan desa. Namun kendala utama disini bukanlah potensi wisata tapi pemahaman sumber daya manusia desa Belimbing tentang tata cara pengelolaan potensi wisata itu sendiri.


  • Adapun Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan meliputi :
    • Identifikasi Potensi wisata di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali.
    • Pemasaran wisata Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali.
    • Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Belimbing. Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali.


Perbekel Desa Belimbing, bapak Made Adi Sujana, dan Ketua Pokdarwis, bapak I Made Oka Ardiyasa, menjelaskan bahwa kegiatan kepariwisataan di Desa Wisata Belimbing belum berjalan secara maksimal.  Adapun beberapa masalah yang disampaikan antara lain:
    • Masih diperlukan pembinaan bagi masyarakat dalam hal penguatan pengetahuan mereka tentang produk wisata serta pemasaran. Dimana saat ini kondisi kepariwisataan yang ada masih belum maksimal.
    • Belum maksimalnya pemasaran potensi wisata Desa Belimbing, dan perlunya pembinaan bagi pemandu wisata lokal sehingga dapat menambah nilai produk wisata yang ditawarkan.
    • Belum cukup tersedianya fasilitas akomodasi memadai bagi wisatawan dalam jumlah besar (group) untuk tinggal lebih lama di Desa Belimbing. Sudah ada beberapa rumah penduduk yang telah siap digunakan untuk akmodasi hanya saja pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan kamar dan pelayanan belum dimiliki masyarakat lokal.
    • Perlunya pelatihan bagi penduduk terkait dengan penyiapan makanan bagi wisatawan yang tinggal di pondok wisata di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

Pada kegiatan Pengabdian Masyarakat tahap 1 ini, dihadirkan 3 narasumber : I Gusti Putu Ngurah Budiasa, MA., dan Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., juga Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., untuk dapat memberikan berbagai penguatan dan pengalaman dalam mengelola Desa Wisata beserta berbagai kendala dan masalah yang dihadapi oleh Desa Belimbing. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat dibagi pada tiga lokasi yang diselenggarakan pada waktu bersamaan, yakni Front Office dan House Keeping dilaksanakan pada Pondok Wisata Pak Nengah, Food Product & Service dilaksanakan bertempat di Ruang Rapat Kantor Desa, Marketing dilaksanakan pada  Ruang Tamu Kantor Desa.
Narasumber dari STP Nusa Dua Bali, yakni : Bapak I Gusti Putu Ngurah Budiasa, MA., memberikan materi terkait Pemasaran Produk dan Pelayanan Pariwisata, Ibu Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., memberikan materi terkait dengan Food Product, Bapak Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., memberikan materi terkait Front Office dan Housekeeping. Berbagai pertanyaan terkait pengelolaan pondok wisata beserta permasalahan dilapangan yang dihadapi saat melayani wisatawan diungkapkan seperti misalnya; peningkatan ketrampilan pengelola pondok wisata dalam hal penerimaan tamu, promosi desa wisata, mengolah makanan, menghidangkan makanan, memelihara kebersihan kamar, dan cara penyusunan paket wisata yang akan dikembangkan di Desa Belimbing. Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Berbagai permasalahan yang diinventarisasi terkait Desa Wisata Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan meliputi :
1.      Media promosi Desa Belimbing yang masih kurang sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui potensi – potensi yang dimiliki oleh Desa Belimbing. Website Desa Belimbing yang terbengkalai, belum adanya penanganan pengelolaan pondok wisata yang kurang serius, sehingga koordinasi antara pengelola pondok wisata dengan Pokdarwis belum terjalin secara optimal.
2.      Kebanyakan tamu yang datang ke Desa Belimbing hanya untuk transit untuk berfoto – foto di areal tracking (persawahan) ataupun langsung menginap di villa yang sudah terkenal (Villa Cempaka) sehingga pondok wisata yang dimiliki warga Desa Belimbing menjadi kurang produktif. Intensitas kedatangan tamu yang tidak menentu karena guide yang biasa membawakan tamu telah memutuskan mengubah tujuan wisata ke desa lain. Belum adanya travel agent yang tertarik untuk menjalin kerja sama dengan pengelola pondok wisata
3.      SDM dari Desa Belimbing sendiri kurang memiliki kesadaran dalam membangun serta mengembangkan kepariwisataan di desanya, kurang memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris, juga dalam pengetahuan pengelolaan pondok wisata baik operasional ataupun pemasarannya. Rendahnya promosi karena kendala IT dan kualitas SDM, kualitas brosur yang kurang menarik, tidak memiliki foto yang ter update dan contact person yang sulit untuk dihubungi.
4.      Pokdarwis Desa Belimbing sendiri telah memiliki semacam packages (tracking, pembuatan gula aren, cycling) yang telah ditawarkan kepada wisatawan include dengan harga dan komisi - komisi yang harus diberikan. Namun masih terkendala dengan kurang mampunya melakukan promosi produk desa wisata kepada pihak masyarakat luas.

Solusi yang dilakukan terkait Situasi dan kondisi yang ada di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
1.      Marketing team membantu dalam memberikan pengetahuan – pengetahuan menggunakan pendekatan Marketing Mix yang dimiliki Desa Belimbing sesuai dengan analisis SWOT. Identifikasi masalah dari Marketing Mix disesuaikan dengan data observasi, dan solusi – solusi yang ditawarkan bersifat relevan, juga diberikan Buku Pedoman Marketing Plan + CD + brosur.
2.      Melakukan beberapa bentuk promosi sederhana yaitu dalam bentuk perbaikan brosur yang telah dimiliki, video promosi yang diposting di youtube dan pemanfaatan media social (fanpage facebook dan instagram) sehingga dapat lebih memperkenalkan potensi – potensi keindahan alam yang dimiliki Desa Belimbing.
3.      Menginformasikan media promosi yang digunakan dan membimbing warga desa (Pokdarwis) untuk mengembangkan media – media promosi yang sudah dimiliki.
4.      Melakukan room service / delivery service, hanya pada satu pondok wisata yang belum memiliki restaurant.
5.      Melakukan optimalisasi terhadap pembuatan dan promosi minuman khas Desa Belimbing, makanan khas Entil Desa Belimbing.