Terbangun setelah pagi beringsut membuka panas siang hari, dering telpon ponakan di Pangkung Singsing, Desa Asah Badung, menggugah kemalasanku. “Pulanglah bersama suami dan anak-anak, panen pisang dan gedang kali ini”, demikian ujarnya. Ah, tergetar hati karena hampir dua bulan tak kian kukunjungi para ipar dan ponakan di
Kulihat simbok sedang menyetrika, mantan pacar menghadiri undangan Pak Cika, Purek Unud, di Nusa Dua bersama teman temannya, dan anak-anak bermain bersama. Setelah usai menjemur pakaian dua ember yang kucuci, kugerakkan motor menuju Buleleng. Pukul 11.00 Kuawali perjuangan kali ini. Melewati Dalung, Kapal, Bypass Tabanan, menyusuri jalan kulihat sepanjang jalan
Pk 13.15 tiba di Pangkung Singsing, rumah tua. Kutemui Nyoman, ponakan yang tinggal sendirian. Setelah berbincang dengan gunakan bahasa isyarat, karena dia gagu, aku beranjak menuju ke atas bukit. Hmmm, tak pernah bosan mencium atmosfer desa dan angin semilir yang menyentuh seluruh tubuh ini... Menyusuri jalan berkelok, melewati perkebunan cengkeh, kopi, vanili, dan beberapa rumah penduduk lainnya, setengah jam kemudian aku tiba di rumah ipar. Berbincang dengan Mbok selalu menyenangkan, menggugah setiap detail pengalaman yang dia peroleh dari balik kehidupan menantang jiwaku untuk memiliki spirit sama dengannya. Memilih tetap memasak dengan gunakan kayu api, minum air dari sumber mata air, gunakan boreh di dahi dan kaki untuk menjaga kehangatan tubuh.
Pukul setengah enam sore saat ku pacu motor bergerak dari rumah tua, menuju ke desa. Dari Asah Badung, menyusuri jalan yang hancur total. Membayangkan, andai, mereka yg sering kebut - kebut an di jalan raya, berhasil melewati medan se sukar ini, baru angkat topi bagi mereka.
Pk 7.10 malam, tiba di Desa Batuaji, Kec. Kerambitan. Kuputuskan mampir untuk melihat bibi, dan beberapa anggota keluarga lainnya. Dua buah pepaya matang dari Buleleng kukeluarkan untuk sang bibi. "Ibunya Aris di RSU Tabanan. Dia terkena diabetes, jari kakinya dipotong dua" Demikian celoteh Biyang Nyoman. Ah, teriris hatiku. Selalu ada permasalahan bagi setiap manusia. Ujian lain lagi dari Sang Hyang Perama Kawi... Bergegas pamit, kuhampiri RSU Tabanan, membesarkan hati mereka yang sedang tertimpa musibah. Kulihat Aris sedang tertunduk meratapi nasib. PHK yang baru dialaminya di Surabaya, dengan tanggungan seorang istri dan tiga orang anak, serta seorang ibu yang sedang terbaring sakit di RS, Tuhan, entahlah, apakah aku akan sanggup menanggung jika hal ini terjadi pada diriku dan keluargaku.... Ah, beri kami tiap kekuatan itu, karena kami sungguh perlu akannya...
Home sweet home.... Mama pulang, sambutlah aku....
Lelah, terkapar, esok harus berangkat kerja pagi. Tapi diri ini diselimuti rasa kagum atas kebesaran Tuhan....