Terlahir tanggal 8 April 1970, di Desa Tista, Buleleng. Bapak kandung yang seorang guru, I Gusti Made Putra, dan ibu seorang pedagang, Desak Putu Putrini, membuat beliau memahami dunia pendidikan dan pemasaran semenjak usia dini. Beliau menamatkan pendidikan SMAN I Singaraja Jurusan Fisika, dan sempat menjabat sebagai ketua OSIS, hingga tamat pada tahun 1989. Hal ini semua membuat bapak Ngurah ditempa menjadi seorang pemimpin bijak, pakar dunia pemasaran, dan ahli pendidikan yang dihormati, disegani dan disayangi banyak orang.
Jabatan terakhir sebagai Pembina IV A, Lektor Kepala, beliau menjabat Ketua Program Studi Administrasi Perhotelan per 1 Maret 2017, setelah sebelumnya memegang jabatan sebagai Ketua Jurusan Hospitality pada Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua. Kecintaan beliau pada dunia pendidikan dan pemasaran membentuk kepribadian yang tangguh dan disiplin, juga dekat pada berbagai kalangan, baik mahasiswa, rekan kerja, dan keluarga besarnya sendiri. Hal ini terlihat dari begitu banyak orang yang merasa kehilangan dengan kepergian sosok teladan dan pemimpin sejati. Berbondong-bondong mahasiswa, mantan murid, orang yang mengenal, bahkan hanya mendengar tentang beliau, mengucapkan ber bela sungkawa dengan beragam cara, memberi ucapan duka, dan ikut menghantar hingga saat prosesi terakhirnya. Beliau dikenal sebagai sosok yang selalu menuntaskan setiap beban tugas padanya sehingga kami selalu segan jika mengabaikan pekerjaan atau mengerjakan tugas tidak dengan sepenuh hati.
Menikah pada tanggal 5 April 1995 dengan Ni Ketut Nonik Artini yang terlahir tanggal 25 Agustus 1973, keluarga ini dianugerahi dua orang putra dan seorang putri, I Gusti Ayu Putu Diah Anyani, lahir tanggal 21 September 1995, I Gusti Made Ngurah Jaya Pakerti, lahir tanggal 14 April 2001, dan I Gusti Nyoman Ngurah Hanugerah Pakerti, lahir tanggal 9 Mei 2008 . Beliau menamatkan pendidikan tanggal 14 Desember 1998 di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata. Pada bulan September 1997 sampai 2 Oktober 1998, mengikuti program pendidikan master / S2, di bidang Kajian Pariwisata dan Industri Jasa, di Bournemouth University, UK.
Beliau juga memperoleh penghargaan Satya Lancana Karya Satya X tahun 2002, dan Satya Lancana Karya Satya XX tahun 2012. Tercatat mengikuti beragam diklat baik di Bali, di dalam negeri hingga ke luar negeri, manajemen training di Australia tahun 1996, ASEAN Expert di Pakistan pada tahun 2007, Short Course di Peking University tahun 2012, Seminar International di Malaysia tahun 2013, Seminar International di Australia tahun 2013, Seminar International di Hongkong tahun 2016, dan seharusnya, awal bulan Mei 2017 ini berangkat bersama Ketua STP Nusa Dua Bali untuk mengikuti seminar di Luar Negeri, dan menghandle International Seminar WCBM di STP Nusa Dua Bali. Beliau termasuk aktif melakukan penelitian dan menulis beragam karya, hingga berada pada berbagai organisasi, seperti menduduki posisi sebagai anggota Litbang pada organisasi PHRI, pengurus IOM STP Nusa Dua Bali. Sempat pula memegang jabatan sebagai Ketua Yayasan Werdhi Wisata yang mengelola Sekolah Ekstensi, dan sebagai GM Langon Resort & Spa, hotel praktek di STP Nusa Dua.
Orang yang tidak memahami dan mengenal beliau secara dekat, mungkin akan mengira kematian beliau adalah bunuh diri. Bahkan pada koran terbitan lokal, sehari setelah beliau meninggal, mengumumkan penyebab kematiannya adalah karena depresi, dan epilepsi, tenggelam dan meninggal saat sedang berenang di salah satu pantai di kawasan Nusa Dua. Namun kami, rekan-rekan se kerja, sahabat yang juga tinggal di perumahan dinas, keluarganya, akan dengan tegas membantah hal tersebut.
Sudah semenjak seminggu terakhir, beberapa gejala terlihat jelas dan saling berkaitan satu sama lain. Pada hari Senin, 17 April 2017. Beliau sudah dalam kondisi tidak enak badan. Namun masih memimpin rapat mengenai persiapan APM bagi mahasiswa, melakukan bimbingan dengan beberapa mahasiswa, ke Denpasar, kampus Pasca Sarjana melakukan bimbingan dengan Promotor Disertasi beliau, bahkan kembali ke STP Nusa Dua dan tercatat masih mengajar hingga malam hari. Semenjak hari Senin ini, pak Ngurah bahkan sudah sering memperlihatkan gejala linglung, seperti orang bingung dan tidak fokus. Mulai dari keliru jam yang dijanjikan untuk bimbingan dengan para mahasiswa. Biasanya, beliau selalu membawa catatan kecil, bahkan ingat setiap detil, termasuk janji bertemu dengan mahasiswa, hingga hitungan menit dan detik. Beliau tidak akan mau melayani diluar jam yang sudah ditentukan. Beliau bahkan keliru menyebutkan bapak Gusde sebagai Ibu Sulis, keliru mengirim pesan pada ibu Mirah yang seharusnya ditujukan pada ibu Putu. Ini semua bukanlah pak Ngurah yang kami kenal selama ini......
Hari Selasa pagi, 18 April 2017, beliau masuk bekerja dengan mengenakan jaket. Sempat menyampaikan, bahwa sudah diminta dokter untuk beristirahat karena gejala DB dan trombosit turun. Beliau memimpin rapat dosen prodi ADH mengenai rencana kerja APM tahun 2018, PKN mahasiswa periode Juli - Desember 2017 mengenai manajemen training, dan rencana pertemuan terkait penandatangan MOU dengan Padma Resort pada hari Jum'at, 21 April 2017. Selesai rapat dosen prodi, pukul 11 siang, beliau pamit untuk beristirahat dengan wajah terlihat sangat pucat dan sempoyongan. Pada hari Rabu, 19 April, beliau tidak masuk kerja. Pada hari Kamis, 20 April 2017, beliau masuk bekerja, dan kami kaget, karena seharusnya beliau beristirahat.
Pagi hari itu, Kamis, 20 April 2017, kami sempat berbincang tentang kematian. Kuingatkan, bahwa berita yang beredar menjelaskan Demam Berdarah yang mewabah akhir-akhir ini bukan lagi karena gigitan nyamuk, namun karena adanya virus yang menyebar sebagai silent killer. Meski kelihatannya kondisi tubuh sudah membaik, demam menurun, namun tetap harus diwaspadai trombosit yang bisa drop mendadak, mengakibatkan terjadinya disorientasi, demam dan panas yang memuncak, mengigau tinggi dan melakukan hal tidak terduga. Kusampaikan bahwa aku sendiri pernah mengalami hal begini, anak-anak yang mengigau dan meracau dengan panas demam tinggi akibat gejala DB, bahkan hingga mereke bangun mendadak dari tidur dan berjalan tanpa disadari. Kusampaikan pula bahwa hari Selasa yang baru lalu aku melayat anak seorang sahabat yang meninggal akibat DB, padahal sudah sembuh dari demam tinggi. Kuingatkan pula kasus yang dialami almarhum ibu Utami, sahabat kami, akibat meremehkan panas demam karena DB, akibatnya pembuluh darah pecah di dalam tubuh, dan terlambat penanganan.
Rekan-rekan satu ruangan sudah meminta beliau untuk lebih memilih beristirahat dan fokus pada kesehatannya. Namun beliau bahkan masih menuntaskan beberapa pertemuan, rapat mulai pukul 14.00 dengan seluruh mahasiswa semester 6 prodi ADH mengenai rencana PKN dengan manajemen training periode Juli - Desember 2017, PKL ke Bandung, 18 s/d 20 Mei 2017, program kerja APM 2018 mengenai Seminar Internasional, Lounge Bar, UHSA Sustainable Program, dan Pengelolaan Langon Resort Hotel. Bahkan setelah nya, beliau masih mengajar hingga kelas sore tuntas bersama ibu Praba.
Hari Jum'at, 21 April 2017. Aku bertugas mengikuti Bimtek Kementerian Pariwisata mengenai Manajemen Perubahan di Artotel Sanur sehingga tidak hadir di Nusa Dua. Pak Ngurah bersama pimpinan STP Nusa Dua Bali dan dosen prodi ADH mengikuti penandatanganan MOU antara pihak hotel dihadiri oleh seluruh mahasiswa semester 6. Acara yang dimulai pukul 9.00 pagi, ternyata dihadiri oleh sedikit mahasiswa. Beberapa dosen dan staf prodi menyaksikan, tumben pak Ngurah panik dan marah-marah, mondar mandir di bagian depan gedung Widyatula dimana acara dilangsungkan. "Jika begini ini, saya bisa kena serangan jantung nih. Mahasiswa belum hadir semua"...... Demikian komentar beliau yang diingat pak Nyoman Sukarma. Siang hari, bapak Ngurah berpamitan untuk rapat di ITDC, namun menurut pak Nyoman Sukarma, pak Ngurah pada sore hari kembali dan melanjutkan bekerja di kampus.
Orang yang tidak memahami dan mengenal beliau secara dekat, mungkin akan mengira kematian beliau adalah bunuh diri. Bahkan pada koran terbitan lokal, sehari setelah beliau meninggal, mengumumkan penyebab kematiannya adalah karena depresi, dan epilepsi, tenggelam dan meninggal saat sedang berenang di salah satu pantai di kawasan Nusa Dua. Namun kami, rekan-rekan se kerja, sahabat yang juga tinggal di perumahan dinas, keluarganya, akan dengan tegas membantah hal tersebut.
Sudah semenjak seminggu terakhir, beberapa gejala terlihat jelas dan saling berkaitan satu sama lain. Pada hari Senin, 17 April 2017. Beliau sudah dalam kondisi tidak enak badan. Namun masih memimpin rapat mengenai persiapan APM bagi mahasiswa, melakukan bimbingan dengan beberapa mahasiswa, ke Denpasar, kampus Pasca Sarjana melakukan bimbingan dengan Promotor Disertasi beliau, bahkan kembali ke STP Nusa Dua dan tercatat masih mengajar hingga malam hari. Semenjak hari Senin ini, pak Ngurah bahkan sudah sering memperlihatkan gejala linglung, seperti orang bingung dan tidak fokus. Mulai dari keliru jam yang dijanjikan untuk bimbingan dengan para mahasiswa. Biasanya, beliau selalu membawa catatan kecil, bahkan ingat setiap detil, termasuk janji bertemu dengan mahasiswa, hingga hitungan menit dan detik. Beliau tidak akan mau melayani diluar jam yang sudah ditentukan. Beliau bahkan keliru menyebutkan bapak Gusde sebagai Ibu Sulis, keliru mengirim pesan pada ibu Mirah yang seharusnya ditujukan pada ibu Putu. Ini semua bukanlah pak Ngurah yang kami kenal selama ini......
Hari Selasa pagi, 18 April 2017, beliau masuk bekerja dengan mengenakan jaket. Sempat menyampaikan, bahwa sudah diminta dokter untuk beristirahat karena gejala DB dan trombosit turun. Beliau memimpin rapat dosen prodi ADH mengenai rencana kerja APM tahun 2018, PKN mahasiswa periode Juli - Desember 2017 mengenai manajemen training, dan rencana pertemuan terkait penandatangan MOU dengan Padma Resort pada hari Jum'at, 21 April 2017. Selesai rapat dosen prodi, pukul 11 siang, beliau pamit untuk beristirahat dengan wajah terlihat sangat pucat dan sempoyongan. Pada hari Rabu, 19 April, beliau tidak masuk kerja. Pada hari Kamis, 20 April 2017, beliau masuk bekerja, dan kami kaget, karena seharusnya beliau beristirahat.
Pagi hari itu, Kamis, 20 April 2017, kami sempat berbincang tentang kematian. Kuingatkan, bahwa berita yang beredar menjelaskan Demam Berdarah yang mewabah akhir-akhir ini bukan lagi karena gigitan nyamuk, namun karena adanya virus yang menyebar sebagai silent killer. Meski kelihatannya kondisi tubuh sudah membaik, demam menurun, namun tetap harus diwaspadai trombosit yang bisa drop mendadak, mengakibatkan terjadinya disorientasi, demam dan panas yang memuncak, mengigau tinggi dan melakukan hal tidak terduga. Kusampaikan bahwa aku sendiri pernah mengalami hal begini, anak-anak yang mengigau dan meracau dengan panas demam tinggi akibat gejala DB, bahkan hingga mereke bangun mendadak dari tidur dan berjalan tanpa disadari. Kusampaikan pula bahwa hari Selasa yang baru lalu aku melayat anak seorang sahabat yang meninggal akibat DB, padahal sudah sembuh dari demam tinggi. Kuingatkan pula kasus yang dialami almarhum ibu Utami, sahabat kami, akibat meremehkan panas demam karena DB, akibatnya pembuluh darah pecah di dalam tubuh, dan terlambat penanganan.
Rekan-rekan satu ruangan sudah meminta beliau untuk lebih memilih beristirahat dan fokus pada kesehatannya. Namun beliau bahkan masih menuntaskan beberapa pertemuan, rapat mulai pukul 14.00 dengan seluruh mahasiswa semester 6 prodi ADH mengenai rencana PKN dengan manajemen training periode Juli - Desember 2017, PKL ke Bandung, 18 s/d 20 Mei 2017, program kerja APM 2018 mengenai Seminar Internasional, Lounge Bar, UHSA Sustainable Program, dan Pengelolaan Langon Resort Hotel. Bahkan setelah nya, beliau masih mengajar hingga kelas sore tuntas bersama ibu Praba.
Hari Jum'at, 21 April 2017. Aku bertugas mengikuti Bimtek Kementerian Pariwisata mengenai Manajemen Perubahan di Artotel Sanur sehingga tidak hadir di Nusa Dua. Pak Ngurah bersama pimpinan STP Nusa Dua Bali dan dosen prodi ADH mengikuti penandatanganan MOU antara pihak hotel dihadiri oleh seluruh mahasiswa semester 6. Acara yang dimulai pukul 9.00 pagi, ternyata dihadiri oleh sedikit mahasiswa. Beberapa dosen dan staf prodi menyaksikan, tumben pak Ngurah panik dan marah-marah, mondar mandir di bagian depan gedung Widyatula dimana acara dilangsungkan. "Jika begini ini, saya bisa kena serangan jantung nih. Mahasiswa belum hadir semua"...... Demikian komentar beliau yang diingat pak Nyoman Sukarma. Siang hari, bapak Ngurah berpamitan untuk rapat di ITDC, namun menurut pak Nyoman Sukarma, pak Ngurah pada sore hari kembali dan melanjutkan bekerja di kampus.
Hari Sabtu, 22 April 2017, rombongan Darma Wanita mengadakan perjalanan Tirta Yatra, ke Pura Rambut Siwi, Pulau Menjangan, Pura Pulaki, sampai hari Minggu, 23 April 2017. Berangkat dari Garase mobil. Termasuk dalam rombongan kami, ada ibu Ngurah Budiasa. Beliau menjelaskan bahwa sudah semenjak seminggu ini, sekeluarga dalam kondisi sakit. Berawal dari ibu Ngurah, anak-anak, dan kini bapak sedang sakit. Namun oleh pak Ngurah, ibu diijinkan untuk berangkat, bahkan, dipaksa, dan menjelaskan bahwa beliau dan anak-anak akan baik-baik saja. Ibu Ngurah mengenakan jaket, dan menjelaskan, belum pulih benar dari sakit panas demam, tenggorokan yang seperti terbakar, batuk kering, namun obat sudah habis, tapi batuk tidak juga hilang.
Bahkan, Sabtu, 22 April, saat sore hari kami di Penginapan Taman Sari, ibu Ngurah kulihat sudah terbaring dengan kondisi membungkus diri. Namun malam hari, hingga larut malam, ibu Ngurah masih mengikuti rapat Darma Wanita membahas hasil kegiatan selama ini, rencana program kerja ke depannya, bersama para ibu Darma Wanita lain, termasuk pembina, Ketua STP Nusa Dua Bali, Bapak Dewa Gede Ngurah Byomantara.
Pagi hari, Minggu 23 April 2017. Ibu Ngurah terlihat sudah membaik, ikut yoga di pagi hari yang dipimpin ibu Dayu Puspaadi, kami juga berjalan menyusuri pantai, bergembira bersama, sebelum kembali bergerak pulang menuju Denpasar. Saat masih di Pasar Senggol Bajra pukul 13.30 menikmati makan siang di warung kaki lima, ibu Ngurah terlihat gelisah karena masih lama lagi perjalanan menuju Nusa Dua. Berulang kali beliau berupaya menghubungi pak Ngurah dan anak-anaknya di Nusa Dua.
Pagi hari, Senin 24 April 2017. Pukul 7.00 pagi, banyak informasi dan pesan masuk di hape ku. Namun kutuntaskan urusan rumah tangga, mencuci dan persiapan memasak. Pukul 7.30 pagi, pak Nyoman Sukarma menelpon..... "Bu, Pak Ngurah menghilang. Bisa bantu informasi, dimana beliau, bu?".... Ah. Aku langsung tercekat. Beliau sudah di salah satu Pura di Klungkung. "Maksud ibu???" Ujar pak Nyoman. "Sedang ngayah di Dalem Puri, pak". Namun ku wanti-wanti pak Nyoman. Kuminta tidak menyebarkan info ini. Sampai saatnya kelak, terbukti....... Aku masih tercekat, termangu. Bahkan, suamiku memandang dengan tatapan aneh, istrinya bengong dan kaku di atas kursi.
Tersadar beberapa menit kemudian, kucoba berharap masih ada setitik harapan untuk berjuang. Sambil berdoa, menghubungi manajemen untuk meminta ijin, dan termasuk ibu Ngurah kutelpon, mohon ijin untuk menyebarkan informasi melalui sosial media massa yang kupunya, maka kulakukan ini demi menemukan keberadaan pak Ngurah. Termasuk, menemukan tubuh fisik beliau.
Beberapa gejala yang meyakinkan kami, bukan bunuh diri penyebab kematian Pak Ngurah Budiasa. Hari Sabtu, 22 April 2017, beliau ditemui beberapa alumni sedang mencukur rambut, padahal rambut masih sangat pendek. Kemudian ditemui makan di warung babgul Buleleng. Padahal beliau tidak makan babi guling. Karena hari Minggu, 23 April, beliau terjaga pukul 4.30 pagi, langsung keluar rumah. Bukanlah kebiasaan beliau. Olahraga pagi pun hanya berjalan atau berlari kecil saat hari libur di dalam kampus, mengelilingi area perumahan dinas atau lingkungan kampus. Langsung mengendarai motor di pagi gelap buta, menuju Pura Geger? Bukan tipe seorang bapak Ngurah. Seorang nelayan pada pukul 5 pagi, menyaksikan bapak berjalan menuruni area parkir Pura, ke arah pantai. Jika bunuh diri, tinggal menghampiri tebing tinggi di samping pura, dan terjun, kan? Tidak perlu berjalan menyusuri jalan setapak ke arah pantai. Hem..... Penduduk lain menemukan sebuah motor vario, menghalangi jalan masuk ke area Pura, dengan kunci motor masih tercantel di motornya. Penduduk ini memindahkan motor dan memarkir di tempat yang lebih aman, agar tidak menghalangi, dan bisa diambil oleh pemilik sebenarnya. Beliau dalam kondisi sakit, demam dan linglung. Hal ini bisa membuat seseorang beraktivitas di luar kendali, terjaga dari tidur, kepupungan, berjalan. Pak Ngurah bukan seorang olahragawan, beliau bahkan tidak pandai berenang. dan ini.... berenang di pagi buta??
Bahkan, hari Selasa, 25 April 2017, Pak Sabudi menemukan, printer di meja kerja pak Ngurah masih dalam kondisi hidup. Ini bukanlah kebiasaan pak Ngurah. Beliau tipe orang yang disiplin, selalu mematikan printer, dan menggulung kabel printer, memasukkan kedalam bagian printer. Berarti, hari Sabtu, 22 April, pak Ngurah sempat lembur bekerja. Pak Sabudi sempat curiga saat pelaksanaan APM mahasiswa ADH C semester 8 pada tanggal 8 April 2017, pak Ngurah makan banyak, di luar porsi kebiasaan beliau, yang biasanya hanya makan sedikit nasi beserta lauknya. Seperti bukan pak Ngurah yang kami kenal selama ini.
Apa pun itu..... kematian hanyalah suatu proses dalam kehidupan. Amor ring acintya, bapak I Gusti Putu Ngurah Budiasa, sahabat kami, pembimbing dan motivator kami, guru yang baik dalam kehidupan ini. Awasi kami selalu dari atas sana ya. Semoga seluruh anggota keluarga tabah, semoga ibu Ngurah bisa kuat dan tangguh menjadi kepala keluarga, semoga kami semua bisa meniru teladanmu, hangat dan ramah pada mahasiswa, disiplin dan tangguh dalam bekerja, dan selalu bijak di setiap jejak langkah kami......
Mejalan ya mejalan, bapak. Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu. Om Ksama Sampurna ya Nama Swaha.......
Bahkan, Sabtu, 22 April, saat sore hari kami di Penginapan Taman Sari, ibu Ngurah kulihat sudah terbaring dengan kondisi membungkus diri. Namun malam hari, hingga larut malam, ibu Ngurah masih mengikuti rapat Darma Wanita membahas hasil kegiatan selama ini, rencana program kerja ke depannya, bersama para ibu Darma Wanita lain, termasuk pembina, Ketua STP Nusa Dua Bali, Bapak Dewa Gede Ngurah Byomantara.
Pagi hari, Minggu 23 April 2017. Ibu Ngurah terlihat sudah membaik, ikut yoga di pagi hari yang dipimpin ibu Dayu Puspaadi, kami juga berjalan menyusuri pantai, bergembira bersama, sebelum kembali bergerak pulang menuju Denpasar. Saat masih di Pasar Senggol Bajra pukul 13.30 menikmati makan siang di warung kaki lima, ibu Ngurah terlihat gelisah karena masih lama lagi perjalanan menuju Nusa Dua. Berulang kali beliau berupaya menghubungi pak Ngurah dan anak-anaknya di Nusa Dua.
Pagi hari, Senin 24 April 2017. Pukul 7.00 pagi, banyak informasi dan pesan masuk di hape ku. Namun kutuntaskan urusan rumah tangga, mencuci dan persiapan memasak. Pukul 7.30 pagi, pak Nyoman Sukarma menelpon..... "Bu, Pak Ngurah menghilang. Bisa bantu informasi, dimana beliau, bu?".... Ah. Aku langsung tercekat. Beliau sudah di salah satu Pura di Klungkung. "Maksud ibu???" Ujar pak Nyoman. "Sedang ngayah di Dalem Puri, pak". Namun ku wanti-wanti pak Nyoman. Kuminta tidak menyebarkan info ini. Sampai saatnya kelak, terbukti....... Aku masih tercekat, termangu. Bahkan, suamiku memandang dengan tatapan aneh, istrinya bengong dan kaku di atas kursi.
Tersadar beberapa menit kemudian, kucoba berharap masih ada setitik harapan untuk berjuang. Sambil berdoa, menghubungi manajemen untuk meminta ijin, dan termasuk ibu Ngurah kutelpon, mohon ijin untuk menyebarkan informasi melalui sosial media massa yang kupunya, maka kulakukan ini demi menemukan keberadaan pak Ngurah. Termasuk, menemukan tubuh fisik beliau.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10209583270446363&set=a.10202113846715438.1073742607.1465952742&type=3&theater
"Mohon bantuan ibu dan bapak, para mahasiswa, dan siapa pun, yang
mendengar kabar dan tahu keberadaan bapak Ngurah Budiasa, untuk segera
menghubungi pihak keluarga. Sudah dilaporkan pada pihak kepolisian.
Diketahui meninggalkan rumah Minggu pagi, 23 April 2017, tanpa membawa
hape, dompet, identitas apa pun, dan sedang dalam keadaan sakit .
Mohon sebar kan info ini, dan mohon bantuan segera...."
Beberapa gejala yang meyakinkan kami, bukan bunuh diri penyebab kematian Pak Ngurah Budiasa. Hari Sabtu, 22 April 2017, beliau ditemui beberapa alumni sedang mencukur rambut, padahal rambut masih sangat pendek. Kemudian ditemui makan di warung babgul Buleleng. Padahal beliau tidak makan babi guling. Karena hari Minggu, 23 April, beliau terjaga pukul 4.30 pagi, langsung keluar rumah. Bukanlah kebiasaan beliau. Olahraga pagi pun hanya berjalan atau berlari kecil saat hari libur di dalam kampus, mengelilingi area perumahan dinas atau lingkungan kampus. Langsung mengendarai motor di pagi gelap buta, menuju Pura Geger? Bukan tipe seorang bapak Ngurah. Seorang nelayan pada pukul 5 pagi, menyaksikan bapak berjalan menuruni area parkir Pura, ke arah pantai. Jika bunuh diri, tinggal menghampiri tebing tinggi di samping pura, dan terjun, kan? Tidak perlu berjalan menyusuri jalan setapak ke arah pantai. Hem..... Penduduk lain menemukan sebuah motor vario, menghalangi jalan masuk ke area Pura, dengan kunci motor masih tercantel di motornya. Penduduk ini memindahkan motor dan memarkir di tempat yang lebih aman, agar tidak menghalangi, dan bisa diambil oleh pemilik sebenarnya. Beliau dalam kondisi sakit, demam dan linglung. Hal ini bisa membuat seseorang beraktivitas di luar kendali, terjaga dari tidur, kepupungan, berjalan. Pak Ngurah bukan seorang olahragawan, beliau bahkan tidak pandai berenang. dan ini.... berenang di pagi buta??
Bahkan, hari Selasa, 25 April 2017, Pak Sabudi menemukan, printer di meja kerja pak Ngurah masih dalam kondisi hidup. Ini bukanlah kebiasaan pak Ngurah. Beliau tipe orang yang disiplin, selalu mematikan printer, dan menggulung kabel printer, memasukkan kedalam bagian printer. Berarti, hari Sabtu, 22 April, pak Ngurah sempat lembur bekerja. Pak Sabudi sempat curiga saat pelaksanaan APM mahasiswa ADH C semester 8 pada tanggal 8 April 2017, pak Ngurah makan banyak, di luar porsi kebiasaan beliau, yang biasanya hanya makan sedikit nasi beserta lauknya. Seperti bukan pak Ngurah yang kami kenal selama ini.
Apa pun itu..... kematian hanyalah suatu proses dalam kehidupan. Amor ring acintya, bapak I Gusti Putu Ngurah Budiasa, sahabat kami, pembimbing dan motivator kami, guru yang baik dalam kehidupan ini. Awasi kami selalu dari atas sana ya. Semoga seluruh anggota keluarga tabah, semoga ibu Ngurah bisa kuat dan tangguh menjadi kepala keluarga, semoga kami semua bisa meniru teladanmu, hangat dan ramah pada mahasiswa, disiplin dan tangguh dalam bekerja, dan selalu bijak di setiap jejak langkah kami......
Mejalan ya mejalan, bapak. Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu. Om Ksama Sampurna ya Nama Swaha.......