Aham atma gudakesa
Sarva bhutasaya sthitah
Aham adis cha madhyam cha
Bhutanam anta eva cha
(Bhagawadgita X sloka 20)
Aku adalah Jiwa yang
berdiam di dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan,
pertengahan dan terakhir dari semua mahluk di dunia ini.
Aku adalah Sang Sujati,
aku ada di dalam dirimu. Aku menjadi awal mula dari segala yang ada. Aku
senantiasa ada bersamamu dan juga semesta. Aku juga yang mengakhiri semua
kehidupan ini.
“Bhagavad” berarti
Tuhan, “Bhagavan” dalam bahasa Sanskerta. “Gita” berarti nyanyian. Bhagavad
Gita berarti Nyanyian Tuhan, Kidung Suci yang dilantunkan untuk memuja keagungan
Tuhan, mengingatkan diri kita sendiri, senantiasa berpikir baik, berbuat baik,
bertutur baik.
Sloka di dalam
Bhagawadgita merupakan puisi yang berisi filsafat kehidupan yang ditulis oleh
Rsi Begawan Wyasa yang merupakan bagian dari Bismaparwa, dalam epos
Mahabharata. Teks asli Bhagawad Gita adalah dalam Bahasa Sanskerta, dan sudah
ditulis ulang, dituturkan dan dibahas berulang kali dalam berbagai bahasa, oleh
berbagai pakar, juga dalam tinjauan berbagai sisi. Namun ajaran nya tidak
pernah ketinggalan jaman, senantiasa beradaptasi dan berasimilasi dengan
berbagai bidang kehidupan. Bhagawad Gita juga menginspirasi banyak orang, seperti
orang yang pertama kali menterjemahkan Bhagawad Gita ke dalam bahasa Inggris,
yakni Charles Wilkins (1785), Henry David Thoreau (1817-1860) Ralph Waldo
Emerson (1803-1882). Sir Charles Wilkins merupakan seorang filsuf Inggris yang
lahir tahun 1749, dan meninggal tahun 1836. Ralph Waldo Emerson merupakan
seorang filsuf dan penyair, seorang pemimpin transendentalisme dari pertengahan
abad ke 19 di Boston, Amerika Serikat. Henry David Thoreau adalah seorang
penulis dan filsuf Amerika Serikat yang juga anggota aliran transendentalis,
gerakan pembaharuan. Di Eropa terdapat Richard Garbe dari Jerman, yang
melakukan studi terhadap yoga dan Bhagavad Gita, lahir di Bredow pada tahun
1857, dan meninggal tahun 1927 di Tubingen, Jerman. Juga Rudolf Otto, filsuf
dan teologis Jerman yang sangat berpengaruh pada awal abad ke 20, lahir di
Peine tahun 1869, meninggal di Marburg, Jerman, tahun 1937. Beliau menyampaikan
bahwa Bhagawad Gita merupakan fragmen epic yang gemilang, yang memperlihatkan
kesungguhan Krisna untuk tidak menyatakan dogma transenden apapun tentang
pembebasan, namun memberi Arjuna kebebasan dalam berkehendak, berkeinginan,
terkait melakukan pelayanan khusus bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang memutuskan
takdirnya atas peperangan. Rudolf Otto menjelaskan bahwa Bhagawad Gita
memperlihatkan ajaran yang menyerahkan pada masing-masing orang untuk
memutuskan jalan yang akan dipilih.
Di Indonesia, ada Gede
Puja, yang menyampaikan bahwa Bhagawad Gita, yang mendorong Arjuna bertindak
tanpa ragu, tidak mengikatkan diri pada kewajiban, hak dan akibat dari
perbuatan, namun bertindak dan pasrah pada Tuhan sebagai Yang Maha Mengatur,
sehingga dengan demikian rasa berdosa dapat di atasi (Pudja, 1999). Prabupada
yang menyampaikan bahwa Bhagavad Gita merupakan pembelajaran menyangkut isvara
/ Tuhan Yang Maha Kuasa, dan para Jiva atau mahluk hidup yang dikendalikan
Prakrti (alam material), Kala (waktu dan ruang kehidupan seluruh alam semesta),
Karma (hubungan sebab akibat perbuatan). Anand Krisna (2004) menyampaikan bahwa
karya besar seperti Bhagavad Gita bukan hanya merupakan literatur biasa, namun
suatu karya klasik yang senantiasa dapat dibaca serta dibahas berulang kali,
sebagai suatu pedoman hidup, panduan seumur hidup. Darmayasa (2017) menjelaskan bahwa
dengan membaca serta membahas Bhagavad Gita berupang kali, akan mampu
memberikan pengetahuan mulia dan juga memiliki daya penyucian diri yang luar
biasa.
Darmayasa. 2017.
Mengenali Bhagavad Gita sebagai Pancamo Veda.
IBG Yudha Triguna.
2018. Konsep Ketuhanan dan Kemanusiaan dalam Hindu.
I Made Titib. 2003.
Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Gede Pudja. 1999.
Bhagawad Gita. Surabaya: Paramita.
Novita N. Aini. 2014.
Bhakti dalam Hinduisme dan Mahabbah dalam Sufiisme.
Jakarta: Skripsi UIN.
I Nyoman Ananda. 2006.
Agama Veda dan Filsafat. Surabaya: Paramita.
Doni Dwi hartanto,
Endang Nurhayati. 2017. Falsafah Hidup Bhakti Marga Yoga
dalam Naskah Serat
Bhagawad Gita.
Nyoman S. Pendit. 1987.
Bhagavad Gita. Jakarta: Depag.
Nyoman S. Pendit.
Aspek-aspek Agama Hindu: Seputar Weda dan Kebajikan.
Jakarta: Pustaka
Manikgeni.
Tri Kurniawan
Pamungkas. 2016. Berkenalan dengan Bhagavad Gita.
M. Hafidz Hidayat P. 2019.
Konsep Ketuhanan dalam Bhagavad Gita. Jakarta: UIN
Anand Krisna. 2017.
Kebijakan Bhagavad Gita bagi Generasi Y. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.