Darmawacana Nusantara
Remaja YJHN 2021
The parameter of the
nation’s achievement is that of youth in the future, because maintaining the
achievement is usually more difficult than fighting for it (Satrijo
Budiwibowo). Tolok ukur keberhasilan bangsa adalah masa depan generasi muda,
karena mempertahankan keberhasilan jauh lebih sukar dibandingkan berjuang demi
meraih keberhasilan tersebut.
Uraian di atas
menjelaskan bahwa setiap aktivitas harus disertai dengan perencanaan ke depan
dengan melibatkan kaum muda. Karena kaum muda yang menyongsong masa depan
dengan lebih baik jika dipersiapkan semenjak dini. Hal ini perlu keterlibatan
dan kerja sama berbagai pihak dalam mengembangkan kreativitas positif pemuda.
Salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan generasi
muda Hindu adalah Lomba Darmawacana Remaja Nusantara 2020 yang diselenggarakan
oleh Yayasan Jaringan Hindu Nusantara.
Dharma Wacana merupakan
suatu metode penerangan agama Hindu, penyampaian nilai-nilai agama Hindu, yang
dilakukan pada kegiatan berkaitan dengan keagamaan. Tujuannya adalah
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penerapan bagi diri atau pada
lingkungan sekitar, sebagai bentuk bakti pada agama, keluarga, masyarakat di sekitar,
bangsa dan Negara. Topiknya berkisar tentang moral, adat, dan agama. Dan
disesuaikan dengan sifat, tema dan bentuk, serta jenis kegiatan keagamaan, yang
meliputi desa (tempat), kala (waktu), dan patra (keadaan).
Dalam situasi pandemi
Covid-19 yang membuat dunia bagai terhenti berputar, menimbulkan permasalahan
pada banyak bidang, seperti perekonomian, pendidikan, penerintahan, pariwisata,
kehidupan bermasyarakat, dan gangguan kepribadian. Mulai dari kecemasan,
ketakutan, tindakan yang diluar nalar atau logika, perasaan sedih kehilangan
orang yang dicintai, sikap egois menguasai manusia. Dihentikannya sementara,
proses belajar mengajar dan berbagai aktivitas di sekolah, membuat siswa hanya
berdiam diri di rumah. Apalagi di saat libur sekolah, Dharma Wacana adalah
salah satu cara memotivasi siswa melakukan kegiatan positif dan kreatif
berdasar kearifan lokal yang ada di sekeliling mereka. Ini membantu mereka
mengembangkan nilai-nilai penguatan karakter yang ada di dalam diri dan di
sekitar mereka.
Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan berbagai
penyesuaian terkait pembelajaran yang diharapkan tidak membebani guru dan
mahasiswa, namun mengandung nilai-nilai penguatan karakter. Hal tersebut
seiring dengan perkembangan status kedaruratan Covid-19. Pemerintah melakukan
langkah-langkah penyesuaian dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2000,
tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud. Kembali
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengeluarkan Surat
Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan.
Untuk menghindari gejolak kekacauan dan kegalauan terkait proses pembelajaran,
pemerintah melalui Mendikbud Nadiem Anwar Makarim terus menyampaikan setiap
perkembangan informasi. Salah satunya dalam berbagai kegiatan seperti media
briefing Adaptasi Sistem Pendidikan selama Covid-19 antar Ketua Tim Pakar
Penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan, 14 Mei 2020. Pemerintah kembali
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease. Surat Edaran ini
menyikapi perkembangan penyebaran Covid-19 berupa pembatalan ujian nasional
(UN), penyesuaian ujian sekolah, implementasi pembelajaran jarak jauh, dan
pendekatan online untuk proses pendaftaran siswa.
Yayasan Jaringan Hindu
Nusantara berharap, para siswa tergerak mengikuti Lomba Darmawacana, baik
sebagai peserta, sebagai penggerak siswa lain untuk turut terlibat, dalam
memberikan kritik dan saran, sebagai pengamat dan belajar dari isi Darmawacana
yang mereka ikuti, dan sebagai agen-agen perubahan dalam mengembangkan karakter
positif di Nusantara, khususnya bagi siswa muda Hindu.
Dharma Wacana adalah metode penerangan Agama Hindu yang
disampaikan pada setiap kesempatan Umat Hindu yang berkaitan dengan
kegiatan keagamaan, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, penghayatan dan pengamalan kedalam rohani umat serta mutu bhaktinya kepada
Agama, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka mengaplikasikan nilai-nilai positif agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa hal yang melandasi
kegiatan ini. Sekretaris Panitia, Desak Made Sri Rejeki, yang dikenal dengan sebutan Bunda Ratu,
menjelaskan bahwa pelaksanaan Lomba Darmawacana Remaja Nusantara Yayasan
Jaringan Hindu Nusantara ini bertujuan untuk:
1.
Membina remaja Hindu Nusantara
dengan menggali kearifan budaya nusantara
2.
Menanamkan pemahaman sradha dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mendorong generasi muda melakukan
kegiatan kreatif dan berdampak positif
4.
Meningkatkan nilai-nilai karakter
bangsa dari generasi muda Hindu pada situasi pandemi
5.
Memperkuat jaringan komunikasi siswa
Hindu nusantara.
Bahkan, Ketua Panitia, Nyoman Matra,
dan Ketua YJHN, Kantha Adnyana menjelaskan, kecanggihan kaum remaja era modern
ini dalam menggunakan perangkat digital harus disalurkan secara positif. Mereka
bisa menggunakan berbagai media sosial dalam menjalin pergaulan, menjalin
komunikasi, dan menyebarkan informasi positif. Hal ini sesuai dengan harapan
kita bersama, bahwa pemuda adalah tiang saka, pilar Negara, dalam menangkal
berita yang bersifat hoaks, dalam menjaga penyebaran paham radikalisme, dan
dalam mencegah terjadinya fitnah di berbagai aktivitas bermasyarakat. Maka pembinaan
secara rutin dengan pengawasan kita bersama sangat dibutuhkan terhadap para
pemuda, termasuk pemuda Hindu Nusantara.
Mengapa memilih topik srada /
sraddha? Srada merupakan keyakinan, kepercayaan, yang menjadi dasar dalam
berbagai aktivitas hidup. Dengan mempertebal keyakinan, memahami dengan baik,
menerapkan dengan baik pula, diharapkan dapat terhindar berbagai konflik di
dalam diri dan kehidupan bermasyarakat umat Hindu. Lomba Darmawacana ini adalah
yang pertama kali. Tentu terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Namun, jika
bukan kita yang memulainya, dan membina anak-anak kita, generasi penerus
bangsa, lalu, apakah kita biarkan mereka galau dalam melangkah, apalagi dalam
situasi tidak menentu di saat pandemi Covid-19 melanda.
Terdapat 33 peserta lomba yang
mengirimkan video hasil karya. Awalnya panitia sempat pesimis, peserta hanya
sedikit yang bisa mengikuti lomba ini. Namun akhirnya secara perlahan namun
pasti, siswa yang mendaftar kian bertambah. Tidak hanya dari Jawa dan Bali,
bahkan terdapat peserta dari berbagai propinsi lainnya. Hal ini membuat
semangat panitia berbuncah, begitu besar harapan yang dititipkan oleh para
Pembina juga orangtua siswa bagi kami, YJHN. Setelah tenggat waktu habis,
panitia mulai melakukan langkah-langkah seleksi. Mulai dari 33 video yang
masuk, diseleksi dengan berbagai kriteria, hingga terdapat sepuluh peserta yang
videonya dinyatakan sebagai sepuluh besar yang baik. Bukan berarti yang lain
tidak lah baik, namun karena berbagai video yang masuk memiliki keunikan dan
nilai lebih masing-masing. Bahkan, tekad besar dalam membina umat membuat
seluruh peserta yang telah bersusah payah menghasilkan karya diberikan
penghargaan pula, berupa piagam dan masker, juga kalender dan buku agama.
Ada pertimbangan mengapa hal ini
dilakukan.
Reddin dalam buku Way of Management
menjelaskan bahwa pemimpin yang baik bisa menghasilkan banyak pemimpin baik
lain, meski itu hanya untuk memimpin diri sendiri. Ini menjelaskan bahwa
pemimpin baik harus bisa melakukan kaderisasi kepemimpinannya. Dan kaderisasi
akan berjalan lancar bila pembinaan mental remaja sebagai generasi penerus
berjalan dengan baik. Remaja milenial bukan lagi mereka yang sama dengan remaja
belasan tahun lalu. Remaja milenial menghadapi berbagai situasi dan kondisi
yang berbeda. Mereka hidup pada era digitalisasi, connectivity, dan
transformation. Perkembangan jaman membuat jaringan komunikasi dan konektivitas
tidak seperti era terdahulu. Terdapat tuntutan untuk berubah dan berkembang
semakin baik. Agama tidak cukup hanya disampaikan satu arah, dengan teladan yang
tidak sama seperti dahulu. Berbagai video hasil karya para peserta lomba
memperlihatkan bahwa mereka mampu berkembang sesuai dengan situasi di daerah
masing-masing, mereka mampu beradaptasi dengan baik, menampilkan wujud
keyakinan dalam berbagai bentuk juga simbol yang berlaku di daerah
masing-masing.
Terkumpul tujuh video dari peserta
yang berasal dari Bali, sisanya dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia.
Dan hasilnya adalah,
Juara Satu Nitya Yuli Pratistha dari
Dusun Tegal Rejo, Desa Jarak, Kecamatan Wonosalam,
Kabupaten
Jombang Propinsi Jawa Timur.
Juara Dua, Gunawan Purnomo, dari
Banyuwangi, Jawa Timur, yang sedang
menempuh
pendidikan di Bali.
Juara Tiga, Susanto, dari Desa Ajung,
Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten
Balangan, Propinsi Kalimantan Selatan.
Juara Empat, Nyoman Yulia Cahyani,
dari Desa Tirtasari, Kecamatan Banyuatis,
Kabupaten
Buleleng, Propinsi Bali.
Namun ini bukan sekedar juara dan
jawara. Lebih dari itu, Lomba Video Remaja Nusantara I merupakan yadnya. Yadnya
dari para pengurus dan panitia lomba, orangtua yang terlibat, para pembimbing,
dan juga peserta. Yadnya bisa mengalir dalam berbagai rupa, salah satunya yang
sederhana adalah berbagi informasi, no hoax, no fitnah, no menjelekkan sara dan
memancing keributan atau menebar radikalisme. Karena, tujuan agama adalah
meningkatkan srada kita bersama, keyakinan, pegangan hidup, pedoman bertingkah
laku. Lalu, jika dengan menggunakan agama, kita berlaku bebas, kebersamaan
menjadi sia-sia, harmoni tidak akan pernah tercapai.
Keberhasilan Lomba Darmawacana
Remaja Nusantara takkan berhasil tanpa keterlibatan berbagai pihak. Baik itu
peserta lomba, orangtua dan keluarga yang memberikan dukungan, PHDI di daerah
masing-masing, para pemuka dan tokoh masyarakat yang terlibat, juga para pembina
remaja kreatif ini, sahabat mereka, dan masyarakat luas yang mengikuti hasil
karya mereka. Tidak dapat diabaikan juga para relawan setia Yayasan Jaringan
Hindu Nusantara yang telah ikutan berjuang mempersiapkan tropi, piagam
penghargaan, buku-buku agama, baju kaos dan masker, beserta kalender yang terbungkus
rapi dan aman selama dalam perjalanan menuju ke alamat masing-masing peserta
lomba.
Lalu, apa yang menjadi tolok ukur
keberhasilan program ini? Bukan hanya sekedar menjadi juara lomba. Bukan pula
tentang jawara atau pakar darmawacana. Salah satu contoh sederhana, kaderisasi
ini berhasil adalah, kreativitas yang terus berlanjut, adanya karya yang terus
lahir. Mereka membuat beberapa karya lagi, baik berupa darmawacana, video
terkait darmawacana, dan menjadi penceramah, menjadi duta-duta agama yang
handal, dengan beragam topik kreatif yang kekinian.
Ketut Agus Juni Arta dari Desa
Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Dimas Ray Dhanissis dari Taman
Sari Desa Sulanyah, Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. I Gede Wahyu Prayoga
dari Desa Mayasari Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi
Tengah. Dewa Gede Agung Wisnu Raditya Dharma Putra dari Kota Madiun Jawa Timur.
Putri Devani Anggraini dari Desa Tladan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan
Jawa Timur. I Gusti Agung Dharma Sadvika dari Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun Jawa Timur. Velina Yustikasari dari Desa Pesanggaran Kecamatan
Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Putra Dwi Laksana dari Denpasar. Juri Agus
Subagiyo dari Banyuwangi. I Made Ram Yudistira dari kota Palu. Wiki dan Mita
Wulandari dari Desa Wonokerso Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo Jawa
Timur. Madhen Wiyan Pratnyaloka dari Desa Sekaran Kecamatan Kayen Kidul
Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Ni Luh Jyestha Sri Gayatri dari Ragunan
Jakarta Selatan. Ni Putu Pebri Handayani dari Desa Tolai, Kecamatan Torue
Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah. Luh Intan Purnama Dewi dari Desa
Gunung Sari Kecamatan Seririt Buleleng. Paramita Sida Sandya Dewi dari Kasembon
Malang Jawa Timur. Kadek Deni Candra dari Banguntapan Bantul Jogjakarta. Fery
Prastya dari Mojokerto Jawa Timur. Tri Mugi Astuti dari Mojokerto Jawa Timur. Gusti
Ayu Era Yusnia dari Gianyar Bali. Ni Putu Mas Ayudhika Putri dari Penatih
Denpasar. Aditya Arya Pujiatmoko dari Karanganyar Jawa Tengah. Rana Rembulan
dari Bandung. Rastyka Devany Dharma dari Mojokerto Jawa Timur. I Gede Septian
Kusuma Narendra dari Asah Gobleg Singaraja. Dharma Sucipto dari Gresik Jawa
Timur. Yurina Widyastuti dari Blitar Jawa Timur.
Harapan kami adalah, mereka semua
tidak akan berhenti hanya sampai disini. Akan terus lahir, remaja lain,
pedarmawacana lain, kreator seni dan budaya. Tokoh agama lain, dari kalangan
para remaja muda ini. Mereka akan memotivasi para remaja lain juga, se
nusantara, bahkan, di seluruh dunia, untuk terus aktif berkarya….
Apurya
manam acala pratkstam,
Samudram
apah prawisanti yadwat
Tadwat
kania yanm prawisanti sarve
Sa
santun apnoti na kama kami
(Bhagawad
Gita II, 70)
Bagai air mengalir menuju samudra, terus menerus dengan tenang, tiada berhenti.
Demikian pula halnya, dengan orang yang berjiwa tenang mencapai kedamaian.
Walau berbagai peristiwa dialami, tidak mudah
melepaskan hawa nafsu tanpa terkendali….. (BG II, 70).