Tulisan ini merupakan
bagian I dari Trilogi Tulisan yang
dibuat dalam rangka Dies Natalis ke 37 Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali,
tanggal 27 Maret 2015.
“The illiterate of the
21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot
learn, unlearn, and relearn”. Alvin Toffler, Sang Futuristik menyampaikan pemikirannya.
Hal ini memberi gambaran pada kita semua, bahwa setiap orang akan selalu
bergerak dinamis mengikuti perubahan dan perkembangan dalam kehidupan ini,
untuk selalu belajar, belajar dan belajar. Tidak menyerah kalah oleh beragam
situasi dan kondisi yang ada.
Lembaga pendidikan yang
beralamat di jalan raya Dharmawangsa Kampial ini, pada awalnya berada di dalam
area BTDC dengan nama Pusat Pendidikan Perhotelan
dan Pariwisata Bali. Berdiri semenjak tahun 1978, kini bernama Sekolah Tinggi
Pariwisata Nusa Dua Bali.
Sebagai sebuah lembaga
pendidikan tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata, Sekolah
Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali memiliki tenaga pengajar berstatus dosen
sebanyak 79 dosen pria, 66 dosen wanita, dengan total jumlah dosen 145. Dari
jumlah tersebut, 128 orang merupakan dosen tetap, 17 orang dosen honorer, dan
64 orang sudah tersertifikasi sebagai dosen. Bersama kekuatan 242 pegawai yang
mendukung kelancaran operasional lembaga ini sehari-harinya.
Kepemimpinan yang telah
bergulir semenjak tahun 1978, dengan nama Pusat Pendidikan Perhotelan dan
Pariwisata Bali (P4B), kemudian berganti nama menjadi Balai Pendidikan dan
Latihan Pariwisata Bali (BPLP). Sesuai Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 102 Tahun 1993 berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata
Nusa Dua. Semenjak ketua pertama, Drs. I Gde Ardika (1978 – 1985), Drs. Nyoman
Bagiarta (1985 – 1992), I Gde Wijana (1992 – 1998), Prof. Dr. Dra. N.K. Mardani,
M.S. (1998 – 2000), Drs. Sumekto Djayanegara (Januari – Agustus 2000), Drs. I Gusti
Putu Laksaguna, CHA., M.Sc.(Agustus 2000 – April 2002), I Made Sudjana, SE, MM,
CHT. (April 2002 – Juni 2010). Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.(23 Juni 2010 – 28 Januari
2013). Semenjak 28 Januari 2013, Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed.
menjadi Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, hingga saat ini.
Mengemban
Visi : Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali is The Centre of
Excellence in The Tourism Education
Juga Misi berikut :
- Conducting Professional and/or Academic Education and Training to Support The National Tourism Development
- Conducting Tourism Researches and Studies to Optimize the Tourism Development
- Conducting Community Service to Develop Sustainable Tourism, Community Empowering and Environmental Maintenance
Sebanyak 103 dosen
telah memiliki sertifikat workplace asesor. Sembilan orang dosen telah
menamatkan pendidikan S3, 104 dosen telah menamatkan pendidikan S2, dan S1 sebanyak
23 orang, DIV sebanyak 9 orang.
Jumlah keseluruhan 2794
mahasiswa yang tersebar pada berbagai semester di berbagai Jurusan dan Program
Studi, meliputi S1 Bisnis Hospitaliti sebanyak 235, DIV Administrasi Perhotelan
berjumlah 450, DIV Manajemen Akunting Hospitaliti sebanyak 140 mahasiswa, DIII Manajemen
Divisi Kamar berjumlah 264 mahasiswa, DIII Manajemen Tata Hidangan sebanyak 395
mahasiswa, DIII Manajemen Tata Boga sebanyak 416 mahasiswa, DIV Destinasi
Pariwisata berjumlah 116 mahasiswa, DIV Manajemen Kepariwisataan berjumlah 159,
DIV Manajemen Bisnis Perjalanan berjumlah 119 mahasiswa, DIV Manajemen Konvensi
dan Perhelatan sebanyak 134 mahasiswa, DIII Manajemen Perhotelan berjumlah 159
mahasiswa, DII Kantor Depan berjumlah 35 mahasiswa, DII Tata Hidangan berjumlah
57 mahasiswa, DII Tata Boga sebanyak 54 orang, DII Tata Graha 49 mahasiswa, DII
Spa berjumlah 4 mahasiswa, dan DIII Manajemen Spa berjumlah 8 mahasiswa.
Beragam gelar dan
penghargaan yang telah diperoleh selama berpuluh tahun berkembang,
memperlihatkan betapa penerapan konsep disiplin, dedikasi, determinasi,
differensiasi, dan devotion membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, baik
internal maupun eksternal lembaga ini.
STPNDB meraih THK 3
kali berturut2, 2009, 2010, 2011 medali emas, maka berhak atas emerald, yang
diserahterimakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada ketua STPNB Dr. I
NYoman Madiun, M.Sc., pada tanggal 26 November 2011 di Taman Safari Bali,
Gianyar. Yayasan Tri Hita Karana merupakan sebuah yayasan independen yang
menilai pelaksanaan konsep Tri Hita Karana di berbagai lembaga, termasuk
lembaga pendidikan, berdasar segi parahyangan, palemahan, pawongan.
STP Nusa Dua juga
mendapat pengakuan Tourism Education Quality dari WTO dan ini adalah predikat
pertama tingkat Asean sedangkan tingkat Asia, STP Nusa Dua adalah perguruan
tinggi ke-4 yang meraih pengakuan tersebut.
29 Mei 2013 menerima sertifikat
Tourism Education Quality (Tedqual) dari UN-WTO ini, dunia telah mengakui
pendidikan tinggi pariwisata di Indonesia sudah berkelas dunia,” kata
Menbudpar Jero Wacik ketika menerima penghargaan Hildiktipari (Himpunan
Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia) dan sertifikat Tedqual (Tourism
Education Quality ) dari UN-WTO di balairung Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu
(16/9/2013)
Toffler dalam bukunya Syok Future berpendapat
bahwa perubahan teknologi sejak abad kedelapan belas telah terjadi sehingga
cepat sehingga banyak orang yang mengalami stres berlebihan dan kebingungan
karena ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan
strategis.
Dia menciptakan
istilah " future shock" didasarkan
pada konsep 'budaya shock'
untuk
menggambarkan kondisi ini . Siap tidak
siap, mau tidak mau, setiap orang dituntut ontuk berhadapan dengan situasi dan
kondisi yang akan selalu berubah dan berkembang. Perubahan terkadang
mencakup pula situasi dan kondisi strategis dan mengeksplorasi sosial, ekonomi, dan
implikasi politik perkembangan teknologi di masyarakat.
Budi Sepang bilang, “Kita
hidup di jaman aneh : orang2 bekerja membanting tulang siang dan malam, agar
banyak uang. Karena kerja keras itu kemudian mereka stress, lalu membayar mahal
untuk hiburan. Karena uang banyak itu kemudian mereka makan apa saja yang
disuka, lalu menghabiskan banyak uang untuk berobat karena kolesterol dan untuk
menguruskan badan. Dan kita bangga menyebut absurditas itu sebagai modernitas. Membayangkan
itu semua terkadang membuat saya merasa sedih”.
Namun, kesedihan dan bermuram durja, berpangku tangan,
mencaci, takkan menuntaskan problema kita. Hidup akan selalu bergulir, datang silih
berganti dengan beragam situasi, tuntutan, halangan dan rintangan. Terkadang,
kita tidak bisa memprediksikan atau mengendalikan situasi yang ada.
Hal ini memberi gambaran bahwa seluruh jajaran dan jejeran
manajemen, Dosen dan Pegawai, Mahasiswa dan juga stake holder terkait Sekolah
Tinggi Pariwisata untuk selalu siap dengan segala yang dinamis, berubah dan
berkembang, namun tetap berpijak erat pada akar logika, norma dan juga etika
yang berlaku, dimanapun, kapan pun, bagaimana pun caranya…..
Selamat Dies Natalis,
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Semoga selalu jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar