Karena budaya membentuk pribadi yang lembut dan peka
terhadap berbagai situasi, menghargai estetika seni, kehalusan rasa,
mengembangkan pola yang beragam dalam
berkarya, dan memperluas tematik yang kita punya sehingga menjadi semakin kreatif”.
Santidiwyarthi, 19 Mei 2018.
“Kami semua beranjak dari kegelisahan mendalam, atas
rasa luka, karena ulah manusia yang terus menerus merobek-robek seisi muka
bumi. Ini lah dampaknya, jika ucapan tidak sesuai lagi dengan tindakan, jika
yang ada hanya wacana-wacana belaka, tanpa perencanaan matang, dan tanpa
tindakan pengawasan yang berlangsung terus menerus”. Ujar Dewa Gede Soma
Wijaya, dalam diskusi singkat jelang pembukaan Pameran kali ini.
Sebelumnya Komunitas Seni dan Budaya Galang Kangin mengadakan
Pameran yang bertempat di Museum Neka, selama satu bulan, dari tanggal 24
Februari hingga 24 Maret 2018, juga dalam rangka memperingati keberadaan mereka
selama 22 tahun. Saat itu Pameran bertahuk “On Becoming” melibatkan 42 karya
seni rupa dari 15 seniman, sekaligus peluncuran buku dengan judul sama “On
Becoming”, sebagai penanda 22 tahun berdirinya Komunitas Seni ini. Kali ini
Pameran oleh Komunitas Seni Galang Kangin mengambil topik Retrospeksi, diadakan
di Bentara Budaya, dari hari Minggu, tanggal
13 hingga Senin, 21 Mei 2018. Melibatkan 36 karya seni dan rupa dari 16
seniman.
Seniman yang terlibat kali ini, di antaranya, Made
Supena, Dewa Gede Soma Wijaya, I Nyoman Diwarupa, Sudarwanto, I Made Galung
Wiratmaja, I Made Gunawan, Wayan Setem, Nyoman Ari Winata, Wayan Naya Swantha,
Made Sudana, I Putu Edi Asmara, AA Eka Putra Dela, Ni Komang Atmi Kristyadewi,
I Ketut Agus Murdika, I Made Ardika.
Pameran ini dibuka oleh Prof. Dr. I Made Bandem,
MA., pada hari Sabtu, 12 Mei 2018, pukul 18.30, dihadiri oleh penikmat seni dan
budaya. Turut memberikan kata sambutan, Warih Wiratsana selaku pengelola Bentara
Budaya, Bapak Made Supena selaku Pimpina Komunitas Seni Galang Kangin, dan
Bapak Hardiman, Kurator Seni dan Dosen Seni Rupa dari Undhiksa.
Prof. Dr. I Made Bandem, MA menyampaikan bahwa seni
bukan hanya sekedar sebuah karya saja, namun juga merefleksikan jati diri
penciptanya, memberikan retrospeksi berbagai pihak terkait menyangkut beragam
proses hingga sebuah karya tercipta, memperlihatkan rasa, estetika, bentuk dan
corak ragam, dan tema dari berbagai karya itu sendiri.
Pimpinan Komunitas Seni Galang Kangin, Made Supena,
menjelaskan bahwa pameran ini mengambil tajuk Retrospeksi, karena sungguh, 20
tahun lebih, bukan hal mudah mempertahankan keberadaan sebuah kelompok.
Berbagai terpaan dan tempaan telah membuat komunitas ini menjadi sosok yang
dewasa, dan perlahan diakui keberadaannya, sehingga sukses mengadakan rangkaian
pameran, baik di Bali hingga di luar Bali, bahkan, hingga ke luar negeri.
Pengelola Bentara Budaya, Warih Wisatsana,
menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik dalam
menghasilkan sebuah karya seni, maupun dalam mengapresiasi karya seni tersebut.
Dan, sepanjang perjalanan keberadaannya, Komunitas Seni Galang Kangin telah
mampu memperlihatkan kualitas kemampuan dari para seniman yang bergabung di
dalamnya. Proses ini menjadikan retrospeksi tiada henti dari semangat mereka
selama ini.
Pemilik Museum Neka, Pande Wayan Suteja Neka, yang
turut hadir pada Pembukaan Pameran Retrospeksi menjelaskan, sebuah karya, tidak
hanya mencerminkan jiwa sang pembuat karya tersebut, namun juga menggambarkan
jiwa sang penikmat seninya, menjadi ajang berkomunikasi pembuat dan penikmat, menggambarkan
titik temu nilai-nilai estetika dan pola juga tema dari berbagai karya yang
ada, dari pembuat dan para pengamat serta penikmatnya. Jika sesuai dan tercapai
titik temu, akan tercapai kepuasan dan kebahagiaan.
Begitu memasuki area halaman Bentara Budaya yang
dipergunakan memamerkan hasil karya Dewa Gede Soma, terlihat rangkaian karya
seni instalasi. “Ini merupakan studi saya terkait rusaknya bumi karena ulah
manusia, yakni daerah tambang pasir di Sebudi, Karangasem”, ujar Dewa Gede
Soma.
Masuk ke bagian dalam gedung pameran, terlihat 36 hasil
karya seni dan rupa dari 16 seniman yang berasal dari rentang waktu karya
sepanjang tahun 1996 hingga 2018. Sebagian besar menunjukkan kegelisahan
terhadap situasi kehidupan masyarakat, tentang keinginan terlibat, berperan
serta secara aktif, dengan cara mengekspresikan melalui beragam bentuk seni dan
rupa yang dipamerkan kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar