Yoga-sthah
kuru karmani sangam tyaktva dhananjaya (Bhagawadgita II : 48)
Yoga
tidak selalu berarti melakukan tapa, brata, dan semadhi. Yoga dapat berarti
melakukan kewajiban atau pekerjaan yang seimbang dalam beragam aktivitas
kehidupan kita masing-masing. Terlepas dari keberhasilan atau kegagalan, kita
tetap harus berusaha dan berjuang melakukan kewajiban dan pekerjaan tersebut.
Dan,
inilah yang kami lakukan terkait dengan swadharma kami masing-masing. Setelah
kunjungan pertama tanggal 2 April 2019, dengan membawa bantuan berupa sembako
bagi empat orang bersaudara kakak beradik di Banjar Biluk Poh, Desa Tegal
Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, kali ini kami datang untuk
mempersiapkan kamar mandi sederhana bagi mereka.
Kami
datang dari beragam latar belakang pekerjaan, jabatan, usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin. Namun bukan itu yang utama. Yang terpenting adalah
niat suci tulus dan ikhlas, bekerjasama, bahu membahu dalam mewujudkan visi dan
misi Yayasan Jaringan Hindu Nusantara. Dengan beragam bahan atau peralatan yang
bisa kami berikan, entah fisik atau materi, doa, menghibur dengan lagu juga
permainan suling dari Cokorda Gede Widhi Adnyana.
Ada
kayu kamper yang bisa dipergunakan bagi rusuk atap kamar mandi yang menurut
rencana kami bangun hari ini. Juga genteng dari Bapak Nyoman Matra, yang kami
sebut dengan Ki Matra. Ada triplek dari Bunda Ayu dan Ajik Anom atau bapak AA
Anom Binarka. Pintu untuk kamar mandi sumbangan dari Bapak Gede Artayasa.
Makanan olahan Bunda Ayu, Bunda Nengah Jegeg, dan Bunda Ratu atau Bu Desak S.
Rejeki, telur asin dari Bunda Agung Parwati. Ku persiapkan seperangkat seragam
sekolah juga pakaian bersembahyang bagi si bungsu, Ni Ketut Setiawati. Juga
perangkat bersembahyang bagi para kakak lelakinya, Putu Agus, Kadek Budi dan
Komang Juliastika. Punia dana dari Bunda Arie Melanie, Bunda Putu Suharningsih
dan YJHN. Transposrtasi dan tenaga ahli arsitek dan pertukangan dari Ajik Agung
Made Surya, Pak Putu Budiana, Pak Ketut
Suja, Pak Komang Arya. Juga para Bunda Ayu, Bunda Krisna, Bunda Rangga, Bunda
Kadek Kartika, mBak Ade Asry.
Cinta adalah, ketika
tidak perlu alasan kecuali menjalani kehidupan dengan penuh bersemangat. Dan
inilah yang bisa kami lakukan. Wujud nyata beragam aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat,
kearifan lokal dalam bentuk perilaku yang bermakna sosial dalam kebersamaan “menyamabraya”,
hidup rukun dan damai penuh persaudaraan. Sikap menyamabraya ini merupakan
pengamalan ajaran Hindu “Tat Twam Asi” yang berarti Engkau adalah Aku. Hidup
rukun, bergotongroyong, bekerjasama, saling menghormati hak asasi seseorang
sebagai wujud penegakan hak asasi manusia.
Kami bersama mengangkat
batako, mengaduk bahan cor tembok, menggelindingkan buis untuk bahan
penampungan kamar mandi, memindahkan kayu triplek, menyusun rangka kayu, dan
mempersiapkan minuman teh dan kopi panas, serta makanan untuk dinikmati
bersama. Tidak bisa tuntas dalam waktu sehari, kami akhiri saat waktu
menunjukkan pukul enam sore. Tinggal sedikit finishing lagi, sebelum kamar
mandi sederhana berukuran 2 X 1,5 M2 ini bisa dipergunakan.
Inilah lambang cinta,
sederhana namun bermakna. Menebar damai bagi semua umat manusia dengan cara dan
gaya yang kami bisa. Kali ini, cinta bagi kakak adik empat bersaudara yatim
piatu, di Banjar Biluk Poh, Desa Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten
Jembrana, pada hari Minggu, 21 April 2019, bertepatan dengan Hari Kartini, Hari
Suci Paskah, kami melakukan Bakti Sosial Bersama…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar