Sarasamucaya sloka 172
bertutur: “Apan ring tribhuana, tan hana meweh kagawayanya, lena sangkeng dana,
agong wi kang tresna ring artha, apan ulihing kasakitanikang artha katemu”.
Di antara berbagai hal
di muka bumi, hal yang paling berat adalah melakukan sedekah, karena hal ini
berarti melepaskan kemelekatan, keterikatan terhadap hak milik, sesuatu yang
diharapkan akan selalu menjadi milik kita selamanya, apalagi sesuatu tersebut
dianggap diperoleh melalui kerja keras, penuh perjuangan. Tuhan menyampaikan
untuk selalu bersedekah, meski sesulit apapun situasi yang kita hadapi.
Dalam situasi pandemik akibat
Covid19 (Corona Virus Disease 2019), situasi perekonomian secara global
terpuruk. Dan tidak ada satupun pihak yang bisa memastikan kapan badai ini bisa
berlalu sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas bagai kehidupan yang
lalu. Kali ini kembali
Yayasan Jaringan Hindu Nusantara bergerak membagikan ratusan paket sembako ke
seluruh kabupaten dan kodya yang berada di Propinsi Bali. Bekerja sama dengan
Varash, meski tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, namun dengan
itikat baik dan ketulusikhlasan, penyaluran sembako yang hanya sedikit
dibandingkan kebutuhan masyarakat Bali, diharapkan bisa menjadi inspirasi dan
memotivasi berbagai pihak untuk bersama melalui situasi ini.
Tim relawan YJHN
berupaya menyalurkan bagi delapan Kabupaten yang ada di Bali, mulai dari Bangli,
melalui kepanjangan tangan Ajik Agung Surya, kabupaten Badung melalui
kepanjangan tangan Ajik Anom Binarka dan Bapak Dwi Yusantara, juga Pak De
Artayasa, kabupaten Tabanan melalui kepanjangan tangan Pak Made Sutama beserta Bunda
Desak Sri Rejeki atau nama keren beliau, Bunda Ratu, bersama ibu Sekdes
Pangkungkarung dan Jero Mekel Kelian Dinas, kabupaten Klungkung melalui
kepanjangan tangan Pak Kantha dan Bunda Nengah Suliati, Kabupaten Gianyar
melalui kepanjangan tangan Pak Sura, Bunda Mahartini, dan Pak Ketut Suja,
kabupaten Karangasem melalui kepanjangan tangan Pak Nyoman Matra, Bunda Desak
Ayu Mustika, dan Mbak Ade Asry, kabupaten Singaraja melalui kepanjangan tangan
Dimas Rai Dhanissis beserta bapak dan ibu Made Yeni Haryawati Harmaya,
kabupaten Jembrana melalui kepanjangan tangan ibu Desak Alit dan Ayu Era, juga
termasuk bunda Putu Suharningsih, Pak Komang Arya, Pak Nengah Sunania atau
sebutan keren beliau, pak Buddy Muller, Bunda Arie Melani, Bunda Jero Melati, Bunda
Santidiwyarthi, bunda Ketut Parwati dan Pak Putu Budiana.
Punia kali ini menyasar
masyarakat yang sama sekali belum tersentuh bantuan dari pemerintah pusat
maupun daerah, baik lansia, kaum difabel, orang sakit, mereka yang terpaksa
menganggur karena dirumahkan dari tempat kerja, juga pemangku, tukang sun di
pasar, hingga pemulung dan juru parkir. Sungguh, bukan hal mudah menyampaikan
titipan kepercayaan dari masyarakat bagi masyarakat, agar tepat sasaran dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perlu kehati-hatian terkait dengan data, misalnya, Bunda
Ratu yang menjalin komunikasi dan berdiskusi dengan aparat salah satu desa di
kabupaten Tabanan, memilah data mereka yang membutuhkan bantuan namun belum
memperolehnya. Pak Matra yang merogoh kantong pribadi untuk menambahkan bentuk
punia sembako juga dana punia bagi pemangku yang sedang sakit. Bunda Ratu yang
merogoh kantong pribadi dan mengetuk donatur lain untuk menambahkan paket
sembako menjadi 17, karena dana tersedia hanya bagi 13 paket di Desanya, Pak
Putu Budiana yang berinisiatif melengkapi paket dengan ½ lusin telur serta
tempe di dalam paket sembako yang sudah ada.
Perekonomian kini
mungkin sedang terpuruk, namun jangan membuat hati dan jiwa kita juga ikut
terpuruk. Terkadang, hidup tidak seindah impian dan harapan yang kita inginkan.
Namun terpuruk harus membuat kita mampu menjalin kebersamaan dan kepedulian, bergandeng
tangan menjalani kehidupan. Punia ini diharapkan mampu menjadi simbol tali
kasih, simbol semangat dan kepedulian melangkah bersama ke depan. Indahnya
berbagi, indahnya ber punia. Meski kita bukan orang kaya, namun berusaha
memiliki hati yang kaya dengan cinta kasih dan doa……
Sraddhayestam ca purtam
ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te bhawantah
swagatairdhanaih. Hendaknya tiada jemu berdana punia dengan memberikan harta,
mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara
yang benar dan didermakan, meraih tempat tertinggi, yakni moksa. (Lontar
Manawadharmasastra IV. 226)
Berdermalah dengan
tulus ikhlas, sisihkan sebagian rejeki yang dimiliki, sumbangkan harta yang
kita miliki sesuai dengan kemampuan, tingkatkan sradha dan bhakti pada Tuhan
Yang Maha Kuasa, tumbuhkan kepedulian pada setiap umat manusia di dunia. Dengan
jalan ini kita bisa menjaga perdamaian di dunia dan mempermudah jalan mencapai
moksa, bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Santidiwyarthi, Senin,
25 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar