Sudah banyak info yg membahas mengenai wanita, menganalis, meninjau, melirik, menggugat, mengecam, mengajarkan kita tentang wanita. Pembahasan mengenai info tentang kedudukan wanita di tengah masyarakat juga berdasar tinjauan / ajaran agama, sosial, ekonomi, politik.
Wanita dapat menjadikan dirinya sundih, lentera jiwa bagi orang di sekelilingnya, mengembangkan kepribadian dengan meraih prestasi positif jadi teladan orang lain, menuntun keluarganya lalui cobaan dan tantangan yang sering membuat semakin terpuruk seolah tiada hentinya. Jika dia bertanya dalam diri, pada dirinya sendiri "Apa yg bisa kulakukan?, aku hanya gadis kecil, miskin, si buruk rupa, tiada daya dan tanpa jabatan apa pun..." Bukankah, kita adalah pejuang di jalan kita masing-masing? Tangis, jerit histeris, keluh kesah, caci maki, ancaman, resah gelisah, gundah gulana, takkan mampu mengubah semua menjadi semakin indah sekejab mata sesuai mimpi dan angan.
Seperti sebagaimana manusia pada umumnya, wanita juga miliki kebebasan sepenuhnya atas diri mereka sendiri, disamping tanggung jawab. Berkewajiban pada dirinya, pada keluarga, pada masyarakat dan pada Tuhan. Berhak dan berkewajiban atas jalannya kehidupan rumah tangga dan dan karyanya. Bagai dua bilah sisi yin dan yang, rwa bhinneda, baik dan buruk, benar dan salah, susah dan senang, akan selalu ada lingkupi sang wanita. Pepatah usang yang masih selalu tepat pada konteks kekinian bagi wanita, dan tiap orang dimuka bumi adalah : tiga hal yang takkan pernah dapat mereka beli atau dirampas dari mereka sendiri adalah Mind, Soul, and Love.....
Seperti yg tergambar pada http://vedasastra.wordpress.com :
Potensi seorang wanita dalam menghayati dan melaksanakan ritual keagamaan, membantu suami menjalankan bahtera kehidupan rumahtangga mereka. Wanita juga berhak mengembangkan potensi diri dan kedudukan yang seluasnya di tengah masyarakat.
Sang Ibunda Semesta bersabda kepada Indra, raja para deva, “Seorang pria hanyalah bisa dikatakan punyam (memiliki kebajikan rohani) apabila dia bebas dari segala kegiatan berdosa, secara teguh berpegang pada ajaran-ajaran Pustaka Suci, melaksanakan perbuatan yang tidak dikutuk oleh kaum wanita dan yang dapat menyenangkan hati mereka. Seorang yogi tidak boleh berbuat kesalahan kepada perempuan, baik dalam pikiran, melalui ucapan, maupun perbuatannya. Di manapun Aku berada, segala kesejatian (tattva) ada di sana. Di manapun Aku hadir, maka semua deva juga bersemayam di sana. Di manapun ada Aku, segala kebajikan ada di sana. Di manapun Aku bersemayam maka Krishna juga akan bertahta di tempat itu. Akulah prinsip kewanitaan yang meresapi segala-galanya di alam semesta ini dan yang bersemayam dalam diri setiap perempuan.
Dia yang bersalah pada kaum wanita, bersalah kepada-Ku, Lakshmi Sendiri, dan siapapun yang berdosa di hadapan Lakshmi, telah berdosa kepada seluruh alam semesta. Dia yang memiliki maksud-maksud jahat dan tidak terpuji kepada perempuan, sudah bersikap menghina dan merendahkan Aku Sendiri. Maka siapapun yang bermaksud jahat kepada-Ku, dia juga sudah berbuat kejahatan kepada seluruh alam semesta. Mereka yang Kukasihi adalah yang hatinya bergembira ketika melihat kaum wanita bagaikan kegembiraan melihat indahnya cahaya rembulan, yang tidak pernah pula memendam maupun mengembangkan pemikiran-pemikiran atau prasangka jahat terhadap mereka. Sebagaimana tidaklah ada noda dosa pada Narayana maupun pada Diri-Ku, wahai engkau Indra, tidak pula pada seekor sapi, seorang brahmana dan seorang yang terpelajar dalam Vedanta. Maka tidaklah ada kekotoran atau kesialan yang ada pada kaum perempuan. Inilah yang hendaknya engkau ketahui wahai Indra! Bagaikan Ganga, Sarasvati, dan juga Aruna, bebas dari segala ketidaksucian dan kejahatan, maka demikianlah halnya semua wanita harus dimuliakan sebagai yang tak ternoda.
Ketahuilah bahwa sejatinya Aku, Sang Ibunda bagi ketiga dunia, adalah dasar dari sifat kewanitaan, dan telah membuat kekuatan-Ku terwujud dalam diri kaum perempuan. Dengan demikian seorang wanita juga adalah ibu bagi ketiga alam, seorang dewi yang dipenuhi segala kelimpahan. Setelah memahami wanita adalah perwujudan-Ku secara langsung, bagaimana mungkin seorang yogi dapat menghindari penghormatan kepada mereka? Seseorang tidak boleh menyakiti wanita, bahkan tidak boleh berpikir sekalipun untuk menyakiti wanita. Seorang yogi yang sungguh-sungguh ingin mencapai kesempurnaan yoga, harus selalu berusaha bertindak di jalan yang direstui kaum perempuan. Dia harus memandang semua wanita sebagai ibunya, sebagai sang dewi, sebagai Diri-Ku Sendiri!”
Intinya : Dimuliakanlah wanita dan mereka yang memuliakan wanita (apalagi memuliakan seorang ibu), dan mereka juga harus memuliakan diri mereka dengan memuliakan Tuhan, hidup di jalan Tuhan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Inginnya begitu, tapi kadang tidak tahu mengapa wanita suka menangis dengan sendirinya tanpa alasan..., bikin bingung saja ...
BalasHapusah,
BalasHapuspria juga terkadang menangis tanpa sebab. tumpukan emosi bisa akibatkan ini, bukan? jadi, jika ingin menangis, ya menangis saja...