Hari Minggu kemarin, aku pulang bersama simbok, Ayu, ke Kerambitan. Dan Desak Gede menyampaikan info bahwa Dewa Ajik, Dewa Nyoman Sudirga, akan menikahkan putrinya, Desak Putu Putri, di Bongancina. Hmmmm. Dewa Ajik Dewa Nyoman Sudirga, adalah pamanku. Dahulu, waktu aku masih berada di Pontianak, beliaulah yang menghantarku bersama kakak dan adik2, bergantian naik sepeda onthel, menuju dan pulang sekolah, sejauh belasan kilometer. Dan.... Bongancina, aku pernah ke sana dua kali. Mampukah aku? Mungkinkah aku? Namun..... bila panggilan itu tiba, akan kubiarkan semua mengalir bagai aliran air di sungai.
Senin ini, masih dalam rangka liburan Lebaran. Namun suami tidak bisa mengiringi jejak langkahku, karena harus mempersiapkan seminar yang akan mereka selenggarakan. Adi akan mengadakan sesi pemotretan bersama teman-teman, Yudha sudah asyik berkumpul bersama sekeha layang-layangnya, Ayu dengan setumpuk setrikaan. Maka, kupersiapkan sebuah perjalanan panjang.
Waktu menunjukkan pukul 8, tatkala motorku menyusuri jalan raya sepanjang Tegallantang, mengarah ke Dalung, Kapal, jalan raya Dps - Gilimanuk, hingga Selemadeg. Jalan terasa lenggang karena jarang kendaraan melintas. Tiba di Suraberata, aku berbelok ke kanan, naik ke arah perbukitan, Kedatuan, Kalawista, Belatungan, dan Bongancina. Hingga akhirnya, 1.30 menit kemudian, tiba di rumah sang mempelai wanita.
Kulihat, keluarga besar dari Jeroan Batuaji Kelod sudah berada di sana. Ada Sang Mangku, ada pula paman yang Kades Batuaji, Dewa Ajik Dewa Nyoman Suagiman, dan keluarga lainnya. Segera kusingsingkan lengat baju, dan lanjut ikut terlibat membantu berbagai hal yang mungkin kulakukan.
Pukul 11.00, rombongan mempelai tiba. Ya, Desak Putu Putri telah berada di Karangasem semenjak dua hari lalu, di rumah calon suaminya, yang merupakan seorang anggota Korps Kepolisian, dan bertugas di Polda Bali. Hari ini mereka akan melakukan sungkeman, dan berpamitan pada pihak keluarga mempelai putri.
Sungguh menyenangkan, bisa menjadi saksi dan bagian, dari berbagai peristiwa yang ada di muka bumi ini, dan turut terlibat secara emosional. Astungkara, hangayubagia, semoga hanya damai dan harmoni yang tercipta di antara kita semua, di berbagai belahan dunia, tanpa memandang warna yang ada........
Pukul 13.30, seluruh rangkaian acara telah tuntas di Bongancina. Sang paman menghantarkan anaknda tercinta menuju ke Karangasem. Dan, aku berpamitan pada seluruh keluarga besar, untuk kembali melanjutkan perjalanan, menuju tempat lainnya.
Dari Bongancina, aku bergerak menuju Pupuan, lalu Kekeran, dan, tiba di Desa Bubunan. Berbelok ke kanan, kususuri jalan, memintasi Pura Dalem Desa Pekraman Bubunan, dan tiba di Desa Banjar, pukul 14.30. Masih sempat kusaksikan sejenak kegiatan yang berkaitan dengan Pitra Yadnya Dadia Arya Kenceng, keluarga Pucangan, Banjar, yang akan dilangsungkan keesokan harinya, Anggara Paing Sungsang, 21 Agustus 2012, di Desa Banjar.
Selanjutnya, aku bergerak menuju ke arah jalan Wihara Ashram Dharma, dan tiba di Gang Srikandi. Dengan dihantar oleh seorang perempuan tua yang dengan sukarela menawarkan diri menjadi penunjuk arahku, aku tiba di rumah Putu Singgih Permana. Seorang lelaki tua menyapaku ramah, bapaknya si Putu.
Putu akan menikah. Namun,
berkali tanggal tersebut mengalami perubahan, dari semula bulan Juli,
kemudian bergeser, tanggal 18 Agustus, kemudian tanggal 20, tanggal 22,
dan akhirnya, tanggal 23 Agustus 2012. Upacara pernikahan bakal
dilangsungkan di Jalan menuju Vihara Ashram Dharma, Gang Srikandi,
Banjar Tegehe, Desa Banjar, Singaraja.
Mulanya aku telah menghubungi beberapa rekan, seperti Pak Kantha
Adnyana, Pak Nyoman Suharta, untuk bersama menuju Singaraja memberi
motivasi pada Putu, bahkan, memesan sebuah kendaraan mobil sewaan,
bagiku dan keluarga, juga para sahabat sekolah Putu dan Maysiah, seperti
Dian Akadianti, Rudy, Santi, Bu Agung. Namun perubahan berkali
membuatku tidak bisa mengikuti kembali. Maka, pada hari Senin, 20
Agustus 2012, setelah mengunjungi kerabat di Bongancina, aku bergerak ke
Banjar, mengunjungi Putu dan May, juga para kerabat mereka.
Putu Singgih Permana dan Maysiah, anak-anakku terkasih........
Hidup, tidak lah selalu indah. Kalian memasuki gerbang mahligai rumah
tangga. Perjuangan tidak berhenti hingga disini. Tetaplah tegar berpijak
selalu, pada bumi dimana kalian berada, dan menjunjung tinggi langit di
mana pun kalian berada. Tersungkur berkali, bangkitlah kembali berkali
dan berkali, anakku.......
Tuntas hingga pukul 15.15 di rumah tersebut, aku kembali bergerak melanjutkan perjalanan. Menuju Asah Gobleg. "Jalan ini rusak parah, bu. Namun akan membuat jarak tempuh lebih cepat satu jam" Demikian pesan Putu padaku. Hmmm, kenapa tidak, naluri petualang memicuku untuk mencoba tantangan ini.
Well, meski dengan berkali harus tegang melewati jalan terjal, menaik dan menurun curam, lubang menganga, nyaris meluncur bebas ke bawah bukit, kunikmati perjalananku tersebut. Dan.... bukankah, jalan menuju ke Sepang, jauh lebih tragis lagi. Hehehe......
Setelah Asah Gobleg terlewati, Pedawa, dan....... amazing view of Tamblingan Lake menyambutku, wooowwww. Indahnya karunia Tuhan, membuatku tak henti berdecak mengagumi. Selanjutnya, kembali amazing view of Beratan Lake. Ah ha..... indahnya negeri nusantara ini, tak kan pernah cukup untuk dikomentari......
Melalui Sembung, Kapal, dan tiba di rumah pukul 7 malam, keluarga menyambutku dengan sepenuh sukacita. Aku membersihkan diri, dan..... seperti biasa, tugas sehari-hari, langsung mencuci pakaian kotor sehabis bepergian jauh, menjemurnya dengan rapi, lanjut bersembahyang bersama, lalu berbagi ceritera sebelum tertidur bersama anggota keluarga.
Angayubagia, Sang Hyang Widhi, masih Dikau perkenankan aku menikmati hari-hari dengan sepenuh syukur, dengan berbagai pengalaman, yang akan semakin membuka cakrawala pengetahuanku, hingga menjadi pribadi yang bijak dan dewasa, dari hari ke hari.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar