Setelah kemarin malam keluar hingga larut malam bersama putra sulungku, mencari topi korpri bagi suami yang akan apel di pagi hari, Jum'at, 17 Agustus 2012 ini, di kampus UNUD, kami tiba pada hari yg bersejarah, 67 tahun lalu, Hari Kemerdekaan Republik tercinta, Indonesia.
Seluruh pakaian seragam sudah tergelar di kursi. Seperangkat pakaian korpri bagi sang suami, seperangkat pakaian merah dan putih bagi putra bungsu yang duduk di kelas V SDN 14 Padang Sambian Kelod, seperangkat pakaian putih dan abu-abu bagi putra sulung yang duduk di kelas III SMAN I Denpasar, juga seperangkat pakaian putih biru dongker juga jas, bagiku.
Simbok yang ditugaskan ke pasar, kembali dengan heboh. Tangisan nya meledak karena telah menjatuhkan di jalan, uang belanja RP 120.000. Berulang kali dia mondar mandir dg motornya, sang uang tetap tidak berjumpa. Dia takut dimarahi. Hweleh...... Kesal? Memang, tapi mau bilang apa lagi? Marah berkepanjangan hanya akan merusak hatiku, juga kondisi mental simbok, yg adalah cucu dari pihak keluarga suamiku. Hehehe. Pasrah sajalah, anggap ujian dari Hyang Widhi di pagi hari.
Setelah kami sarapan sejenak, masing-masing berangkat menuju ke tempat tujuan. Suami Apel Upacara Bendera di kampus Bukit, si Sulung ke Smansa yg terletak di jalan Angsoka, Kreneng, si Bungsu ke sekolahnya, 50 meter dari rumah, dan aku mengendarai motor yg kutitipkan di TakaPit jl. Imam Bonjol, lalu menumpang bis kampus ke Nusa Dua, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua.
Mejeng bersama ibu Ni Made Eka Mahadewi. Kami berdua sesama kandidat Doktor di Universitas Udayana. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa membantu kami menggapai cita-cita mulia ini.....
Tiba di Nusa Dua, pegawai STPNDB yg menumpang bis turun dan bergerak ke arah lapangan OR dimana upacara bakal digelar.
Para mahasiswa sudah berdiri di tengah lapangan. sesuai dengan kelompok masing-masing. 800 an mahasiswa baru dari berbagai Program Studi, dan 500 an mahasiswa semester 3 dan 5, juga 7 yang bergabung di kampus ini pada semester ganjil ini.
Bapak ketua STPNDB, Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. berfoto bersama Paskibraka STPNDB. Para pegawai berdiri di bagian Selatan, para dosen berdiri di bagian Utara Lapangan.
Kelompok Paskibra bersiap dengan gagahnya mengenakan uniform putih putih.
Sesama emak-emak yang dosen narsis di STPNDB. Ibu Luh Ketut Sri Sadjuni, Ibu Widuri nan cantik....
Demikian pula ke 20 para PNS yang akan menerima Karya Satya Satya Lencana 20 tahun dan 30 tahun pada tahun 2012 ini. Para Dharma Wanita berdiri di samping barisan para dosen.
Ah...... Sungguh terharu. 67 tahun lalu, para pejuang berjuang memperoleh kemerdekaan, dengan mengorbankan segenap yang mereka miliki.
Terngiang, apa yg diujarkan oleh John Frederick Kennedy, "Jangan bertanya, apa yang telah negara mu berikan bagi dirimu. Namun bertanyalah pada dirimu sendiri, apa yang telah engkau berikan bagi negaramu". Hmmmm, apa ya, yg telah pernah kuberikan? Rasa nya gak pernah deh.... Tapi, biarlah org lain yg menilai, sejauh kita gak menilai cuma dari penampilan belaka.
Upacara bendera tuntas pukul 9.30. Kami beramah tamah sejenak. Pembagian hadiah dari berbagai lomba yang diadakan dalam rangka 17 Agustusan kemarin tuntas. Kami bergerak kembali menuju ke arah parkir.
Tiba di rumah kemudian...... Sebenarnya telah kusediakan beragam jenis hadiah kecil. Aku terbiasa berkumpul bersama para anak dan remaja di lingkungan perumahan, dan melakukan banyak aktivitas bersama, mulai dari bersepeda bersama, merayakan berbagai peristiwa seperti 17 Agustusan, Tahun Baru an, dan berbagai yang lainnya. Namun, hingga tiba pukul 11 di rumah, sama sekali belum ada ide terlintas, apa yang akan kami lakukan bersama.... Maka, aku duduk sejenak di teras, dan menikmati suasana siang.
Pukul 15, suara anak-anak kecil berteriak memanggilku di depan pagar rumah. Aku bergerak keluar rumah. Kami berkumpul di aula perumahan. duduk bersama mereka, kutawarkan berbagai lomba yang bisa kami lakukan bersama-sama. Kubawa bersamaku, tepung terigu dalam toples plastik, sendok plastik satu lusin, kue cokelat 30, 20 kelereng, dan..... apa yg kemudian bisa kami lakukan?
Hmmm, sedikit ide kreatif bersama, yg penting semangat kebersamaan di dada. Maka, dari lomba makan kue anak perempuan dan lelaki, lomba balap lari kelereng bersalju, dan lomba lari berpasangan dengan tali kaki melilit satu sama lain. Mereka berteriak heboh dan saling memberi semangat satu sama lain.....
Tuntaskan acara pukul 5 sore tersebut? Belum...... Kami rencanakan acara persembahyangan bersama di pura padmasana yang terletak di bagian Utara perum. Para anak dan remaja muslim tidak bisa bergabung, karena mereka sedang persiapkan acara ber buka puasa, dan juga persiapan untuk berlebaran esok lusanya. Kami juga merencanakan untuk berkumpul bersama di rumah kak Agus Satria, karena aliran listrik di aula bermasalah di malam hari.
Pukul 19.30 malam, para anak dan remaja yang terlibat sudah duduk manis di rumah Ibu dan Bapak Mangku Made Sedana Putra ini. Aku membawa satu magic com nasi panas yang baru saja jadi, kuminta anakku, Adi, membawa 30 ingka / piring dari anyaman lidi kelapa yang kupunya, juga sepanci sayuran yang kubuat bagi acara kami ini. Aku hanya punya 8 butir telur asin, namun bukankah.... semangat kebersamaan yang lebih penting di atas segalanya? bukannya banyaknya alternatif pilihan menu yang mampu mempererat kebersamaan di antara kita...... Kubelah telur tersebut, menjadi 4 bagian. Dan, jadilah, kuminta para remaja putri untuk mengatur menu makan malam kami tersebut, nasi, sesendok sayur, dan seperempat butir telur asin. Kami berdoa bersama sebelum menikmati menu makan malam sederhana kami.......
Setelah makan malam, berbagai acara dadakan di gelar, dari persembahan tari kakak beradik, musik dan lagu anak2, pembagian hadian beragam gantungan kunci dan jepit rambut sederhana, dan..... acara berakhir pukul 10.30 malam.
Anakku, Wayan Adi Pratama, jago bermain gitar, dan menggebuk drum. Jago IT, dan.... semoga dia jadi anak yang berbhakti bagi negeri ini, tidak sombong, ingat leluhur dan keluarga, juga para sahabat....
Anakku, Made Yudhawijaya, beserta para sahabat, Gusti Agung Wipa, dan Ketut Suarsana, bergaya bersama topi yang mereka menangkan dalam lomba balap kelereng salju.
Sederhana, namun sungguh, mampu mempererat rasa persabatan di antara kami semua. Semoga esok hari mereka tetap mampu menjalin rasa ini. Para pemimpin masa depan negeri, kutitipkan negeri ini ke tangan kalian, kalian lah yang bakal beri arti, di saat kami hanya tulang-tulang berserakan......
Tujuh Belas Agustus an, bermakna besar, bukan hanya pada sebuah hari, dengan beragam pesta pora, atau dengan caci maki bagi se isi negeri, namun pada bagaimana kita menghargai hari itu sendiri..... menghargai diri sendiri, juga negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar