Kali ini bersama rekan sejawat, Ibu Ni Ketut Iswarini. Kami bertugas di ruang RA 201. tercatat sembilan kandidat mahasiswa yang hadir hari ini dari total 15 kandidat yang akan diwawancarai.
Seorang remaja putri masuk. Ni Made Karunia Noina. Cantik. Cerdas. dengan kemampuan berbahasa Inggris lancar dan jelas, juga pengetahuan wawasan terkait pariwisata yang baik di seantero nusantara. Dia menangis di sela-sela wawancara..... “Saya grogi sekali, bu” ujarnya. Hehehe..... aku jadi berpikir, apakah wajah kami menakutkan mereka semua ??? “Gak perlu grogi deh. Tuh lihat wajah bu Santi, senyum-senyum aja terus kok” Ujar bu Iswarini menenangkan nya.
Kembali seorang remaja putri lain masuk ke dalam ruang kami. Ayunda namanya. Dengan ayah yang bekerja di bidang pariwisata, ibu juga bergerak di bidang pariwisata, terlihat jelas keahlian yang dimilikinya juga terbentuk dari orang-orang pariwisata dan perhotelan yang ada di sekelilingnya. Hmmm, tidak dapat dipungkiri, potensi kita berkembang bersama dengan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Teruslah kembangkan jati diri dan potensi diri, jangan pernah berhenti untuk belajar dalam berbagai bidang kehidupan, seperti apa yang disampaikan Ayunda, “Saya ingin menjadi orang yang memiliki multitalenta dan melaksanakan multitasking dalam kehidupan.......
Ada lagi, Made Rustana. Dia dengan fasih bertutur mengenai situasi dan kondisi pariwisata, tantangan ke depannya, serta harapannya kelak. “Ayah saya seorang supir freelance di Sanur. Kami berasal dari Bongkasa, namun mengontrak lahan dan bekerja bersama keluarga juga paman di Tegallalang. Kakak saya bekerja di Mandapa Resort. Saya ngajag dari Ubud jam enam setiap hari untuk mengikuti tes di Nusa Dua. Saya akan buktikan berusaha sebaik mungkin di sini. Jika lulus nanti, saya akan tinggal bersama bibi sekeluarga di Nusa Dua”. Ah, semangatmu yang terpancar dari tatapan matanya, mengingatkanku pada semangat yang takkan mudah luntur kaum muda yang mencoba meraih cita-cita di masa yang akan datang.
Gadis lain, Kenia Audita, menjelaskan dirinya dari Jogja. Tamat tahun 2017, dengan kemampuan membatik, terbiasa mandiri tanpa didampingi orangtua semenjak lama, menjelaskan mengapa dia memilih Bali untuk melanjutkan studi, dan bukannya Bandung yang notabene lebih dekat pada lingkungan keluarga besarnya. “Saya sudah terbiasa travelling dan melaksanakan kegiatan yang terkait dengan event. Saya ingin banyak belajar dan ingin mendapat kesempatan belajar di sini, memulainya dari bawah secara bersungguh-sungguh”. Ujarnya mantap.
Ternyata, kami hari ini memdapat begitu banyak kandidat mahasiswi. Kandidat lain yang kami wawancarai adalah Ni Kadek Nilam Cahyani. Dia terlihat begitu lembut, lemah gemulai, cantik. Namun, dia buktikan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin demi cita-citanya. “Saya sudah bekerja di salah satu Villa di Ubud. Tidak hanya untuk sekedar mengisi waktu setelah tamat SMA, namun meningkatkan keahlian saya dalam bekerja dan beradaptasi dengan dunia parhotelan. Saya memilih bergabung dengan Prodi Administrasi Perhotelan”.
Terakhir, kami wawancarai Komang Ayu Rinda Permatasari. “Kakak saya sedang bersekolah disini juga. Saya ingin belajar juga di sini. Saya terbiasa bekerja pada beberapa EO. Saya tidak memilih dan mengikuti seleksi di sekolah lain, saya hanya memilih disini saja. Semoga saya bisa diterima dan bergabung pula disini untuk menginkatkan ketrampilan saya”
Ah...... pikiran ku jauh melayang.... Setiap orangtua sejati tentu menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Setiap anak, setiap orang, tentu menginginkan memperoleh yang terbaik pula bagi mereka semua. Namun, tantangan, halangan, rintangan, ujian yang dihadapi akan senantiasa bergulir, menempa kita, dari hari ke hari, menjadi semakin bijak dan dewasa.
Terjatuh dan tersungkur berkali, bangkit kembali, berkali, dan berkali..... Meski terkadang, hidup tidaklah seindah impian dan harapan yang kita inginkan, tidak berjalan mudah sesuai keinginan kita semua......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar