Duka karena ditinggal pergi ayahnda tercinta hari Jum’at, 11 Agustus 2017 membuat keluarga ini sangat bersedih. Ketut Juliantara merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, Program Studi Administrasi Perhotelan semester 3 kelas D. Di tengah kesibukan mengikuti Kuliah Perdana dan Program Matrikulasi, dia harus bolak balik Rumah Sakit, menunggui sang ayah yang harus berkali cuci darah. Nasib berkata lain, takdir Ida Sang Hyang Widhi Wasa membuat mereka berpisah dari ayahnya.
Ku kenal Ketut Juliantara sebagai ketua kelas yang bertanggungjawab. Dia sering tiba paling awal dan pulang paling akhir dari hari-hari perkuliahan yang dijalani bersama rekan sekelasnya. Dia pula yang paling sering muncul di ruang prodi untuk mengurus surat ijin perkuliahan teman yang berhalangan hadir, meminta obat jika ada teman yang sedang sakit, atau sekedar berdiskusi dengan para dosen juga staf prodi.
Terkadang tidaklah mudah tinggal di rantau, di suatu tempat yang asing atau terasa kurang ramah. Ketut Juliantara senantiasa memotivasi rekan rekan se kelas yang sering alami galau, kurang bersemangat menjalani perkuliahan, atau menghadapi permasalahan dalam kehidupan.
Dan kini dia berduka. Ayahnda nya meninggal, dan telah menjalani rangkaian upacara mekingsan di geni, istilah Bali untuk pembakaran mayat pada hari Sabtu, 12 Agustus 2017, di Banjar Tumbu Kaler, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Tidak mudah memang, mengumpulkan dengan seketika, rekan-rekan sekolah, atau sekelas, di saat libur sekolah, pada hari Sabtu dan Minggu, apalagi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, termasuk daerah yang sering alami gangguan sinyal jaringan komunikasi. Dan, aku sungguh beruntung mendapat berkah Tuhan, bisa bergabung dengan rombongan Ikatan Orang Tua Murid, mengunjungi Ketut Juliantara, menyampaikan ucapan turut ber belasungkawa.
“Kami berupaya memperkuat jalinan persaudaraan dan tali asih, agar anak tidak sampai patah semangat, dan putus sekolah di tengah jalan karena orangtuanya meninggal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan santunan, dan juga beasiswa. Hingga kini ada 12 anak asuh IOM yang menempuh pendidikan di STP Nusa Dua Bali”. Ujar bapak Nyoman Mahardika, Ketua IOM STP Nusa Dua Bali. Kami berangkat bersama bapak Ketut Laut, dan bapak Ngurah Ambara, yang juga pengurus IOM STP Nusa Dua Bali.
“Saya sudah terbiasa bekerja semenjak saya bersekolah di SMK kelas dua. Sekarang saya juga bekerja di warung bakso, berjualan bakso, untuk memenuhi kebutuhan. Astungkara, dua bulan lagi cicilan motor saya juga lunas”, Tutur Ketut Juliantara sambil menatap mantap.
Di luar sana...... Banyak terdapat Ketut Juliantara - Ketut Juliantara lain, yang juga sedang berjuang dengan penuh semangat, bekerja keras, meraih harapan, mewujudkan impian di masa depan.
Teruslah berjuang, anak-anakku sayang. Terkadang, hidup tidaklah mudah, tidak berjalan semudah impian dan harapan kita. Terjatuh berkali, bangkit kembali, berkali, dan berkali lagi, dan lagi.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar