Program
Studi D IV Administrasi Perhotelan (ADH) Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua
Bali melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema, Pelatihan
tentang Pengelolaan Pondok Wisata dalam Rangka Meningkatkan Kapasitas
Masyarakat di Destinasi Wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur, pada hari Selasa,
22 Agustus 2017. Adapun penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan di Kelurahan
Kampung Ujung, Kecamatan Komodo. Kabupaten Manggarai Barat. Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yang dihadiri para tokoh masyarakat di Kelurahan Kampung Ujung
yang terdiri dari: Kadisparbud Kabupaten Manggarai Barat, Lurah Kampung Ujung,
Pemuka agama, Ketua Homestay Labuan Bajo beserta anggota Pokdarwis, Ibu-ibu
PKK, dan masyarakat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini merupakan salah satu
wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan para dosen di
lingkungan STP Nusa Dua Bali. Beberapa hal yang melatar belakangi pelaksanaan
kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:
· Pariwisata
merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh
pemerintah. Pemerintah menetapkan target kunjungan wisatawan ke Indonesia
sejumlah 20 juta wisatawan. Beragam upaya yang dilakukan Kementrian Pariwisata
yaitu dengan membangun 10 Bali baru yaitu menetapkan
10 destinasi pariwisata prioritas yaitu Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Candi
Borobudur, Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Danau Toba (Sumatera Utara),
Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara) dan
Tanjung Kelayang (Belitung).
- Kementerian Pariwisata juga merumuskan tiga program prioritas pariwisata Indonesia untuk tahun 2017 untuk mencapai target kunjungan wisatawan. Tiga program prioritas Kemenpar tersebut adalah pariwisata digital (digital tourism), konektivitas udara dan pondok wisata (homestay). Menteri Pariwisata menargetkan akan membangung 20.000 unit homestay di tahun 2017, 30.000 unit homestay di tahun 2018 dan 50.000 unit homestay di tahun 2019. Menurut Menpar Arif Yahya, 1.000 unit homestay akan dibangun pada triwulan pertama di tahun 2017 dengan alokasi 100 homestay di masing-masing 10 destinasi Bali baru yang menjadi prioritas pemerintah.
- Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu dari 10 destinasi baru dan merupakan pusat pariwisata teramai di Flores. Labuan Bajo sangat berpotensi dalam mengembangkan homestay karena menjadi titik singgah bagi para wisatawan. Tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung sebanyak 326 orang. Tahun 2011 ke tahun 2012 terjadi penurunan yang cukup signifikan sebanyak 10.078 wisatawan. Tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak 13.214 wisatawan. Tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang tidak terlalu jauh dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 11.899 wisatawan. Tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yakni sebanyak 4.781 wisatawan. Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Timur (NTT), menjadi salah satu tulang punggung sektor pariwisata nasional tatkala Labuan Bajo, ibu kota Kabupatennya, terpilih menjadi salah satu dari 10 tujuan pariwisata prioritas 2016.
- Labuan Bajo merupakan salah satu desa dari 9 desa dan kelurahan yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Labuan Bajo dulunya adalah sebuah kelurahan sekaligus ibukota Kecamatan Komodo juga merupakan ibukota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sekarang sudah dikembangkan menjadi Kota Labuan Bajo. Wilayahnya meliputi 15 Desa, yaitu; Kampung Ujung, Kampung Tengah, Kampung Air, Lamtoro, Wae Kelambu, Wae Medu, Cowang Dereng, Wae Kesambi, Wae Bo, Lancang, Sernaru, Wae Mata, Pasar Baru, Pede, dan Gorontalo.
· Meningkatnya kunjungan wisatawan
ke daerah ini tentu saja harus didukung pula oleh kesiapan masyarakat untuk
menjadi tuan rumah yang baik. Dari analisis situasi dilapangan, Pondok Wisata
di Labuan Bajo masih mengalami kendala dalam pengelolaan dan hygiene sanitasi. Masyarakat
setempat sangat antusias untuk dapat terlibat dalam penyediaan sarana akomodasi
berupa pondok wisata dan juga pemenuhan akan kebutuhan makanan dan minuman bagi
wisatawan yang berkunjung. Pondok Wisata Labuan Bajo hendaknya dapat dikelola
secara lebih professional. Dari hal ini akan dapat menciptakan keuntungan bagi
masyarakat setempat dengan adanya perputaran ekonomi yang dapat dirasakan
dengan adanya pariwisata.
Jika dihitung-hitung, dengan jumlah pengunjung
mencapai 90 ribu wisatawan per tahun dan pengeluaran rata-rata 1 juta per hari,
maka jumlah uang yang beredar bisa mencapai Rp 90 triliun. Ini bisa hitungan
minimal mengingat lamanya waktu tinggal belum dimasukkan. Tahun 2012, peredaran
uang sudah mencapai lebih dari Rp 838 miliar.
Namun dari jumlah itu, sebagian besar diterima oleh operator wisata
dan pengusaha kapal wisata (75,55 persen). Sebanyak 2,09 persen diterima oleh
pengelolah TN. Komodo dan pemerintah daerah. Sebanyak 22, 36 persen
terdistribusi pada pengusaha hotel, restoran dan toko retail/ souvenir.
Sementara manfaat pariwisata bagi masyarakat setempat sangat kecil karena
penyerapan tenaga kerja yang terbatas sebagai akibat rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat (Wahyuti, 2013: 53)
Sebagai bukti pentingnya menggali dan
mengembangkan potensi masyarakat lokal dalam perkembangan pariwisata
berkelanjutan adalah tarian Rismeka sebagai tarian penyambutan pada kegiatan
Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi
Pariwisata Nusa Dua Bali, pada hari Selasa, 22 Agustus 2017, bertempat di Hotel
Pelangi, Labuan Bajo.
- Adapun Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan meliputi :
1. Identifikasi Pondok Wisata di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai Barat.
2. Identifikasi
potensi masyarakat dalam pengelolaan pondok wisata. Pengetahuan dan pemahaman
serta ketrampilan terkait pariwisata merupakan hal penting dalam pengelolaan
pondok wisata. Dengan pahamnya masyarakat desa diharapkan terjadinya minat
masyarakat desa akan potensi mengelola pondok wisata, menambah tingkat
penghasilan rumah tangga, serta pemasukan desa. Namun kendala utama disini
bukanlah potensi wisata tapi pemahaman dan ketrampilan sumber daya manusia Labuan
Bajo tentang tata cara pengelolaan pondok wisata.
3. Pemasaran Pondok Wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai Barat.
4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Pondok Wisata
Labuan Bajo, di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Kadisparbud
Kabupaten Manggarai Barat, bapak Theodorus Suardi, Lurah Kampung Ujung, bapak
Syarifuddin Malik, dan Ketua Homestay Labuan Bajo, Ibu Margaretha Subhekti,
menjelaskan bahwa kegiatan pengelolaan Pondok Wisata di Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat, belum berjalan secara maksimal. Adapun beberapa masalah
yang disampaikan antara lain:
- Masih diperlukan pembinaan bagi masyarakat dalam hal penguatan pengetahuan mereka tentang Pondok Wisata, pengelolaan Pondok Wisata, berbagai produk terkait Pondok Wisata, serta pemasaran Pondok Wisata. Dimana saat ini kondisi sumber daya manusia terkait Pondok Wisata yang ada masih belum maksimal.
- Belum maksimalnya potensi masyarakat terkait pondok wisata Labuan Bajo, seperti prosedur penanganan tamu yang datang, kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan kamar yang dimiliki masyarakat lokal.
- Perlunya pembinaan bagi masyarakat akan pentingnya pelayanan prima, sehingga dapat menambah nilai produk wisata yang ditawarkan.
- Perlunya pelatihan bagi penduduk terkait dengan penyiapan makanan, pengolahan menu yang dihidangkan bagi tamu yang menginap, khususnya berbahan dasar makanan yang banyak tersedia di Labuan Bajo, bagi wisatawan yang tinggal di pondok wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Pada
kegiatan Pengabdian Masyarakat tahap 1 ini, dihadirkan 4 narasumber : Theodorus
Suardi, Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., CHT., Dra. Ni Desak Made Santi
Diwyarthi, M.Si, dan juga Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., CHT., untuk dapat
memberikan berbagai penguatan dan pengalaman dalam mengelola Pondok Wisata beserta
berbagai kendala dan masalah yang dihadapi oleh Labuan Bajo, Kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan
Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2017, bertempat
di Ruang Aula Hotel Pelangi, Labuan Bajo, dengan diikuti 100 orang.
Narasumber
dari Labuan Bajo, yakni bapak Ir. Theodorus Suardi, M.Si., menyampaikan materi
mengenai Labuan Bajo dan Perkembangan Pariwisata Berkelanjutan. Narasumber dari
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, yakni : Bapak Drs. Dewa Ketut Sujatha,
M.Si., CHT., memberikan materi terkait Front Office dan Housekeeping. Ibu Dra.
Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si., menyampaikan materi terkait Manajemen
Pelayanan Prima. Ibu Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., CHT., memberikan materi
terkait dengan Food Product, khususnya pengolahan makanan ber bahan dasar ikan,
dan klepon, dengan bahan yang banyak terdapat di daerah Labuan Bajo.
Berbagai
pertanyaan terkait pengelolaan pondok wisata beserta permasalahan dilapangan
yang dihadapi saat melayani wisatawan diungkapkan seperti misalnya; peningkatan
ketrampilan pengelola pondok wisata dalam hal penerimaan tamu, promosi pondok
wisata, mengolah makanan, menghidangkan makanan, memelihara kebersihan kamar, efisiensi
dan efektivitas pengelolaan pondok wisata, mengembangkan budaya daerah yang
berkelanjutan sesuai dengan perkembangan pariwisata Labuan Bajo, dan cara
penyusunan paket wisata yang mungkin dikembangkan di Labuan Bajo, Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Berbagai
permasalahan yang diinventarisasi terkait Pondok Wisata Labuan Bajo, Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, meliputi :
1.
Sumber
Daya Manusia dari Labuan Bajo kurang memiliki kesadaran dalam membangun serta
mengembangkan kepariwisataan di desanya, kurang memiliki kemampuan dalam
berbahasa Inggris, juga dalam pengetahuan pengelolaan pondok wisata baik operasional
ataupun pemasarannya. Kurang memahami dan menguasai Manajemen Pelayanan Prima,
sehingga terkesan kurang mampu mengelola pariwisata secara berkelanjutan.
Padahal, wisatawan yang puas akan merupakan hal yang potensial untuk datang berkunjung
kembali dan menyampaikan informasi positif mengenai Pondok Wisata di Labuan
Bajo.
2.
Kebanyakan
tamu yang datang ke Pondok Wisata hanya untuk transit dan menginap sehari,
kemudian melanjutkan perjalanan ke daerah lain, sehingga pondok wisata yang
dimiliki warga Labuan Bajo menjadi kurang produktif. Intensitas kedatangan tamu
yang tidak menentu karena guide yang biasa membawakan tamu telah memutuskan
mengubah tujuan wisata ke pondok wisata lain. Belum adanya travel agent yang tertarik untuk menjalin kerja sama dengan
pengelola pondok wisata
3.
Media
promosi pondok wisata Labuan Bajo yang masih kurang sehingga banyak masyarakat
yang belum mengetahui potensi – potensi yang dimiliki oleh Pondok Wisata Labuan
Bajo. Website Disparbud Kabupaten
Manggarai Barat yang terbengkalai, belum adanya penanganan pengelolaan pondok
wisata yang kurang serius, sehingga koordinasi antara pengelola pondok wisata
dengan Pokdarwis belum terjalin secara optimal. Rendahnya promosi karena
kendala IT dan kualitas SDM, kualitas brosur yang kurang menarik, tidak
memiliki foto yang ter update dan contact person yang sulit untuk
dihubungi.
Solusi yang
dilakukan terkait situasi dan kondisi yang ada di Pondok Wisata Labuan Bajo,
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
1.
Berbagai
upaya menanamkan pengetahuan dan mengembangkan pemahaman di tengah masyarakat
Labuan Bajo, mengenai pentingnya pariwisata berkelanjutan, juga pengelolaan
Pndok Wisata, yang tidak hanya sekali berkembang, mendapatkan banyak wisatawan
untuk menginap, namun kemudian tidak berlanjut lagi.
2.
Meningkatkan
potensi masyarakat dalam mengelola Pondok Wisata, berupa pelatihan dan
pendidikan yang berkelanjutan, terkait Manajemen Pelayanan Prima, Penetapan
Prosedur Penangananan tamu yang berkualitas, pengolahan makanan dari bahan
dasar makanan yang banyak tersedia di Labuan Bajo, melengkapi berbagai produk
Pondok Wisata.
3.
Pembentukan
dan pengembangan marketing team membantu dalam memberikan pengetahuan –
pengetahuan menggunakan pendekatan Marketing Mix yang dimiliki Pondok Wisata
secara sederhana, misalnya dengan menggunakan media berupa FaceBook, Instagram,
Fanpage, brosur, leaflet, sehingga dapat lebih memperkenalkan potensi – potensi
Pondok Wisata yang ada di Labuan Bajo.
4. Melakukan optimalisasi
terhadap pembuatan dan promosi makanan serta minuman khas Labuan Bajo, terutama
makanan ber bahan dasar ikan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar