Sraddha
Craddhaya satyam apnoti
Craddham satye prajapati
Dengan sraddha orang akan mencapai Tuhan
Tuhan menetapkan, dengan sraddha bersatu
dengan Tuhan
Sradha merupakan
keyakinan umat Hindu terkait tujuan hidup. Bayangkan bila kita tidak memiliki
tujuan, tidak ada pegangan atau pedoman hidup, tidak memiliki visi dan misi,
maka hidup akan terasa hampa dan tiada berguna. Sradha atau kepercayaan dan
keyakinan hidup ini diterapkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, suatu ajaran
yang melandasi tujuan hidup, serta disiplin yang harus dilakukan. Ketiga hal
tersebut terwujud dalam Sadya, Sadhana, dan Sastra. Sastra menggambarkan
tentang ajaran atau falsafah kehidupan yang menguraikan pedoman hidup, terkait
kebajikan, petuah, jalan spiritual. Sadhana menjelaskan upaya spiritual, proses
latihan, penguasaan dan pengendalian diri, dalam menggapai jalan dharma. Sadya
menggambarkan disiplin diri, integritas, konsentrasi, kesediaan, kesiapan,
kematangan diri dalam melaksanakan keyakinan tersebut.
Sraddha pertama kali
dikenal sebagai rangkaian upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh Raja
majapahit dalam rangka meninggalnya sang neneknda tercinta. Kitab
Nagarakertagama menguraikan Raja Hayam Wuruk melakukan upacara Sraddha bagi
sang nenek yang bernama Dyah Gayatri. Klostermeier (1990: 180) menjelaskan
bahwa kata Sraddha berarti upacara terakhir bagi seseorang setelah upacara
pembakaran jenasah yang disebut Antyesti atau Mrtyusamskara, dan penyucian roh
yang disebut Pitrapinda atau Sapindikarana. Kini upacara Sraddha dilaksanakan
pula di Bali dengan istilah Nuntun atau Ngelinggihang Dewa Hyang, upacara
Atmasiddha Dewata.
Ajaran agama yang
bertitiktolak dari keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, membuat Agama merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemahaman yang baik terhadap ajaran agama dapat
menuntut seseorang mencapai kebahagiaan lahir dan batin, menghindari konflik
dengan berbagai lapisan masyarakat. Sudah sepatutnya, tokoh masyarakat, kaum
cerdik cendekiawan, orangtua, pemerintah, bisa menjadi teladan dan memberikan
informasi tepat mengenai terapan ajaran agama dalam kehidupan.
Apuryamanam
acala pratkstam,
Samudram
apah prawisanti yadwat
Tadwat
kania yanm prawisanti sarve
Sa
santun apnoti na kama kami
(Bhagawad
Gita II, 70)
Bagaikan air mengalir
menuju samudra, walau terus menerus, namun tetap tenang tidak bergeming.
Demikian pula halnya dengan orang yang berjiwa tenang mencapai kedamaian. Walau
berbagai peristiwa dan pengalaman dialami, tidak mudah melepaskan hawa nafsu
tanpa kendali.
Sudah sepatutnya, kita
semua belajar mengendalikan hawa nafsu. Menghadapi berbagai kejadian di dalam
perjalanan hidup, tidak mudah tergoda atau mengumbar emosi / ego. Belajar tetap
tenang. Sebagaimana setiap perjalanan hidup, berakhir pada kematian, untuk
mencapai moksa, dimana kita kembali menjadi satu dengan Tuhan, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, tidak mengalami terlahir kembali, sudah terlepas bebas dari
Punarbhawa atau Samsara, mencapai kebahagiaan tertinggi.
Sraddha memiliki makna
yang sangat luas, dan bersifat sematik serta aplikatif pada berbagai ruang
kehidupan . Yaska menjelaskan bahwa Sradha berarti kebenaran (satyanamani). Menurut Sayana, Sradha
berarti Adaratisaya / bahumana,
penghargaan tertinggi (RegWeda I, 107: V.3), Visvasa, keyakinan atau kepercayaan (RegWeda II, 12:5), Purusagatobhilasa visesah, suatu bentuk
yang istimewa dari keinginan manusia (RegWeda X. 151), Sraddhadhanah sebagai karmanustannatatparah,
Dia yang memiliki keyakinan di dalam diri, dan semangat untuk mempersembahkan
upacara pemujaan (Atharvaveda VI. 122:3).
Sraddha atau keyakinan
dalam agama Hindu ada lima, Yakni Widhi Tatwa atau Brahma Sraddha, Atma Tatwa,
Karmaphala Tatwa, Punarbhawa atau Samsara Tatwa, Moksa Tatwa. Widhi Tatwa atau
Widhi Sraddha, Keyakinan terhadap Brahman, Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa,
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan berbagai manifestasinya, lambang, simbol, gambar,
bentuk, fungsi, makna. Atma Tatwa atau Atma Sraddha merupakan keyakinan adanya
atma yang bersemayam di dalam tubuh, yang membuat tubuh bernyawa. Karmaphala
Tatwa atau Karmaphala Sraddha, keyakinan bahwa setiap perbuatan memiliki akibat,
hasil dari perbuatan. Punarbhawa, Samsara Tatwa, atau Samsara Sraddha,
keyakinan terhadap kelahiran kembali, menitis berkali untuk berbenah diri,
menjadi semakin baik. Moksa Tatwa, atau Moksa Sraddha, keyakinan akan bersatunya
sang atman dengan sang Brahman.
Sraddha ini menjadi
sarana umat manusia mendekatkan diri dengan Tuhan, bahkan kelak, bersatu dengan
Tuhan. Sebagaimana tercantum di dalam Kitab Suci Yayur Weda, Craddaya satyam apnoti, Craddham satye
prajapati. Dengan Sraddha, orang akan mencapai Tuhan, Tuhan menetapkan,
dengan Sraddha adalah jalan manusia menuju pada Nya. Dia adalah Tuhan, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, yang disebut dengan beragam nama. Namun hanya satu dan satu-satunya.
Agama Hindu bersifat monotheisme, percaya akan satu Tuhan, tidak bisa
terpisahkan dan dibagi-bagi. Sifat keesaan Tuhan disampaikan dengan berbagai
istilah, pada awalnya Purusha (yang tiada terbatas), Hiranyagarbha (pencipta
seluruh mahluk yang ada), Prajapati (asal mula semua mahluk), Pita (ayah dari
semua yang ada), namun tidak mempengaruhi hakikat Tuhan yang hakiki, sebagai
Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana tercantum di dalam Reg Weda Mandala I. Sukta 164:
Mantra 46, “Om Ekam Sat Wipra Bahudah Wadanti,
Agnim Yamam Matariswanam”. Ia yang tunggal, absolut, satu-satunya, namun
disebut dengan berbagai istilah oleh umat manusia. Di dalam Upanishad IV. 2.1
disebutkan “Om Tat Sat Ekam Ewa Adwityam
Brahman”, Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hanya satu dan
maha sempurna. Di dalam Narayana Upanishad disebutkan “Eko Narayana na Dwityo Sti Kacit”, hanya satu Tuhan yang disebut
Narayana, tiada duanya. Di dalam Sama Weda 327 disebutkan “Sumeta visva ojasa patim divo, Ya eka id bhur atihir jnanam, sa purvyo
nutanamo aji gisan, tam vartanir anu vavrta eka id”, Marilah datang pada
Nya, penguasa semesta. Dia yang Esa, dan satu-satunya. Dia yang ada semenjak
dahulu kala hingga kini. Hanya kepada Nya semua arah tujuan. Dia satu-satunya. “Om twam siwa twam mahadewa, Iswara
parameswara, Brahma, Wisnu ca, Rudra ca, Purusah parikirtitah”, Engkau yang
disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu dan juga Rudra.
Engkau adala asal mula dari segala yang ada di dunia.
Referensi:
Babad Bali
Dodek Isa Siawan. 2011.
Filsafat Hindu
Widhi Tatwa, Filsafat
Hindu.
I Nyoman Kurniawan.
Catur Sadhya Sadhana, Empat Tiang Kesadaran Sempurna