Moksa
Sraddha
Apuryamanam
acala pratkstam,
Samudram
apah prawisanti yadwat
Tadwat
kania yanm prawisanti sarve
Sa
santun apnoti na kama kami
(Bhagawad
Gita II, 70)
Bagaikan air mengalir
menuju samudra, walau terus menerus, namun tetap tenang tidak bergeming.
Demikian pula halnya dengan orang yang berjiwa tenang mencapai kedamaian. Walau
berbagai peristiwa dan pengalaman dialami, tidak mudah melepaskan hawa nafsu
tanpa kendali.
Sudah sepatutnya, kita
semua belajar mengendalikan hawa nafsu. Menghadapi berbagai kejadian di dalam
perjalanan hidup, tidak mudah tergoda atau mengumbar emosi / ego. Belajar tetap
tenang. Sebagaimana setiap perjalanan hidup, berakhir pada kematian, untuk
mencapai moksa, dimana kita kembali menjadi satu dengan Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, tidak mengalami terlahir kembali, sudah terlepas bebas dari Punarbhawa
atau Samsara, mencapai kebahagiaan tertinggi.
Moksa adalah tujuan
akhir bagi para penganut agama Hindu. Umat Hindu menghendaki agar bisa hidup
hanya sekali saja di dunia ini, kemudian dapat mencapai kehidupan abadi dan
kebahagiaan selamanya, bersatu dengan Tuhan. Sebagaimana tercantum pada
“Moksartham Jagadita Ya Ca Iti Dharma”. Bersatunya sang atman dengan sang
Brahman. Namun, jika memang tujuan akhir adalah bersatunya roh dengan Tuhan,
mengapa terkadang orang takut akan kematian?? Bisa jadi karena begitu tingginya
tingkat ego, masih emosian, dan berat meninggalkan berbagai materi yang
dimiliki. Orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya, pasrah akan jalan
hidup, akan senantiasa bekerja keras, tetap bersemangat, namun tidak terikat
pada hasil. Orang-orang seperti ini lebih memilih menjalani kehidupan dengan
sebaik mungkin, melaksanakan setiap tugas, hak dan kewajiban, tanpa bersikap
berlebihan. Disaat suka dan duka, bisa tetap fokus berdoa dan bekerja, tidak
meremehkan orang lain, bisa menempatkan diri sendiri, memotivasi orang lainnya.
Hal ini mengajarkan kita untuk senantiasa waspada dan siap terhadap berbagai
aspek kehidupan, namun tidak panik berlebihan dalam menyikapi hal tersebut.
Sebagaimana tertulis
pada Bhagawadgita VII: 19, Bahunam janmanam ante, Jnanawan mam prapadyate,
Wasudewah sarwam iti, Sa mahatma sudurlabha. Pada akhirnya, dan banyak
kelahiran, orang yang bijaksana menuju kepada Ku, karena mengetahui bahwa Tuhan
adalah semua dari yang ada di dunia ini…..
Setiap orang berbuat
kebajikan sesuai dengan keyakinan dan kemampuan, melepaskan diri dari
keterikatan, Suka tan pawali duka, agar
bersatu kembali dengan sang Brahman, menjadi Awatara.
Santidiwyarthi, 5 April
2020
Referensi:
Babadbali.com
Dodek Isa Siawan. 2011.
Sraddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar