Punarbhawa
Sraddha atau Samsara Sraddha / Tatwa
Punarbhawa atau Samsara
terjadi karena sang atman masih dipengaruhi oleh Karma Wasana. Bekas-bekas
perbuatan (karma wasana) ada bermacam-macam. Jika bekas perbuatan hanya
merupakan bekas-bekas keduniawian, maka sang atman akan terlahir kembali.
Kelahiran dan perjalanan hidup merupakan samsara. Samsara digambarkan sebagai
hukuman, merupakan akibat perbuatan atau karma di masa kehidupan terdahulu.
Jangka waktu samsara
menurut Dodek Isa Siawan (2011) tergantung dari perbuatan baik dan buruk
seseorang di masa lampau (Atita), yang akan datang (Nagata), dan yang sekarang
(Wartamana). Selama kita terikat pada unsur duniawi, maka sang jiwa akan terus
menerus menjelma dan menitis dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Hal ini yang
membuat orang berupaya melepaskan keterikatan atau kemelekatan diri terhadap
materi, kebendaan, atau hal-hal yang bersifat keduniawian. Mereka yang sudah
terlepas dari keterikatan atau kemelekatan ini disebut sebagai sudah
terbebaskan dari berbagai hal yang bersifat duniawi, menjalankan hal-hal yang
bersifat spiritual, pelayanan kepada umat, dan bersiap mencapai moksa.
Namun pada
kenyataannya, sungguh sulit untuk terlepas dan bebas dari berbagai godaan dan
rintangan duniawi. Ego manusia, sisi duniawi yang ada pada diri seseorang,
tuntutan pekerjaan dan keluarga serta masyarakat di sekitar kita, membuat
manusia senantiasa lengah dan lemah. Membuat kita tergantung pada orang lain,
membuat hati terkadang luluh, dan kembali melakukan hal yang keliru atau kurang
tepat berkali-kali. Bagaimana kita bisa mengatasi hal ini, bahkan
mengantisipasi agar segala godaan tidak membuat rentan umat manusia? Sudah
tentu perlu latihan pengendalian diri, perlu menguatkan tekad dan iman, agar
tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, berlaku adil dan jujur,
senantiasa menebar kasih sayang bagi siapapun.
Santidiwyarthi, 5 April 2020
Referensi:
Babadbali
Dodek Isa Siawan. 2011.
Sraddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar