Kututup Laptop milik anakku, karena aku cuma berstatus minjem miliknya, Kamis dini hari, pukul satu. Tidur sejenak, dan... sadari terjaga pukul enam pagi. Anakku masih terlelap tidur, padahal seharusnya pukul 6 dia sudah berada di tengah halaman SMAN I Denpasar, dimana dia sedang jalani masa Opspeknya. Hmm, berkali mengigau, "Karmani, karmani, karmani..." Ku sadari, beban jiwa yang ditanggungnya. Kuusap lembut rambutnya, tidak tega hatiku membiarkan dia membawa motor dalam keadaan kepupungan di pagi buta. Maka, kuputuskan, aku yang membawa motor Yamaha Jupiter MX, dia duduk dibelakang dengan secangkir cereal sebagai sarapan di pagi hari. Suami menjaga si bungsu yang masih tertidur lelap.
Dengan kecepatan laju kendaraan di atas 100 km / jam, akhirnya kami tiba di gerbang sekolah pukul 6.25. Masih ada cukup waktu bagi anakku untuk menyelinap masuk, bergabung dengan para sahabatnya. Jejeran orangtua yang ikut menanti anak2nya melalui masa orientasi sekolah ini membuatku sejenak berdiskusi dengan mereka. Hmm, dua hari lalu, Kepsek Tumbuh didemo oleh para orangtua murid. Entah lah, kurang kupahami permasalahan sesungguhnya. Namun kuharap mereka baik-baik saja jalani ini semua hingga di akhir periode.
Lalu kemudian aku berjalan perlahan ke arah pasar kereneng, mencari ojek. Ojek? ya, karena toh tujuanku mengantar anakku berangkat ke sekolahnya agar dia tidak terburu-buru karena terlambat dan masih dalam kondisi mengantuk. Sungguh berbahaya!! Dia membutuhkan motornya untuk pulang nanti siang, bapaknya dan aku belum tentu bisa hadir tepat waktu untuk menjemputnya nanti siang. Dan kini, aku masih harus mengejar waktu untuk berangkat kerja. Bersyukur, kutemui seorang tukang ojek yang berjaga di muka Pasar kreneng. Dengan kesepakatan Rp 20.000, dia mau mengantarku ke Denpasar Barat. Namun ternyata aku harus membayar jauh lebih mahal, karena sepuluh menit setelah dia pergi dari depan rumahku, kusadari anting emasku nyangkut di helm tukang ojek, dan dia entah berada dimana kini... Aarrggghhhh.
Tiba di rumah kembali pk. 6.45 pagi, simbok berkata "Ibu, beras habis" Ahhh, alamat harus ke pasar lagi. Hhmmm. Hanya ada waktu 30 menit untuk ke pasar, berbelanja, dan berangkat kerja ke Nusa Dua, ada beberapa tugas yang harus kuselesaikan, sebelum bergabung dengan rombongan kantor, berangkat menuju Bangli, Pernikahan Pak Anom Suasapha hari ini.
Wayan, dikau benar...
Kelas percepatan sungguh berat, dan, kian lama kian terasa berat...
Namun takkan surut niatku untuk jalani ini. Berlaku cengeng, histeris dan mengeluh terhadap ketidakadilan hidup karena anggapan bahwa Tuhan tidak pernah mengabulkan setiap permintaanku hanya membuat langkah semakin melambat. Takkan kubuang harga diriku, akan kucoba kendalikan egoku, akan berusaha se kuat tenaga dan citaku, untuk tetap tegak berjalan di jalan Sang Hyang Widhi, walau terpuruk dan terjatuh berkali dan berkali....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar