Jum'at...... Hari ini adalah Hari Sumpah Pemuda. 28 Oktober 2011. Menjaga nyala cahaya semangat setia dalam berbagai aplikasi sisi kehidupan, setia pada keluarga tercinta, setia pada para sahabat terkasih, dan juga para keluarga besar, entah dalam cara bagaimana, dimana dan kemana pun berada....
Terjaga di pagi hari, kusiapkan berbagai keperluan bagi keluarga tercinta untuk kelancaran aktivitas mereka. Seragam anak-anak, sarapan pagi, bekal untuk makan siang mereka. Selesai kujemur baju, si bungsu Yudha mulai merengek. Persiapan untuk praktek Biologi hari ini belum lagi tuntas. Hmmm, morning crazy again deh.....
Gurunya meminta para murid kelas 4 untuk menyediakan beberapa pipet / sedotan minuman, kain, karet dan kertas, kaca, air berwarna. Maka, bapaknya sibuk mencari karet dari ban dalam bekas, aku sibuk menyediakan air teh sebagai syarat air berwarna. Namun si bungsu masih protes. Hmmm, maka, ku minta simbok mengulik kunyit, ku beri air dalam mangkok, dan ku masukkan airnya ke dalam botol kecil. Akhirnya, dia mau beranjak ke sekolah bersama sang kakak.
Well, kini giliranku beranjak ke kantor. Suami berangkat ke Ujian Sidang Terbuka, Promosi Doktor dari salah satu rekannya se angkatan. Kami berjanji siang ini akan bersama mengunjungi sahabat semenjak suami masih bujang dahulu, kini anak sahabat ini akan melaksanakan upacara potong gigi. Anaknya bernama Inggit, dan juga sedang menempuh program pendidikan S2 Kajian Budaya di Universitas Udayana.
Tiba di kampus, aku segera menuju ke ruang Kabag. ADAK, kuserahkan surat undangan sebagai peserta seminar minggu depan di FakSas UNUD. Seminar tersebut membahas Hasil Penelitian mengenai Nilai Karakter Bangsa dalam Masyarakat dan Permainan Anak-anak di Bali. Penelitian tersebut merupakan hasil kerjasama antara Kemenbudpar RI dengan Universitas Udayana. Seminar tersebut akan diadakan pada hari Senin, tanggal 31 Oktober 2011, bertempat di Auditorium Widya Sabha FakSas UNUD. Hmmm, kampus FakSas UNUD. Tempat yang sering aku kunjungi, karena suami bertugas disini. Gedung Prof. Dr. Ngurah Bagus, adalah gedung yang diperuntukkan bagi Program Studi Kajian Budaya, baik Program S2, maupun Program S3 Universitas Udayana. Jadi, aku dan suami sering melakukan banyak hal berdampingan, tidak terpisah jauh lah....
Berkeliling kampus di pagi hari, pertama langkah kuarahkan menuju Gelanggang Olah Raga STPNDB. Memberi semangat pada para mahasiswa yang sedang melakukan banyak aktivitas berkaitan dengan Bulan Pariwisata bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ini. di GOR dilangsungkan pertandingan bulu tangkis dan basket. Sementara aku berkumpul bersama para mahasiswa, hujan turun dengan deras. Entah bagaimana nasib para mahasiswa yang sedang melangsungkan pertandingan sepakbola di lapangan terbuka. Smoga mereka berteduh dahulu. Bisa sakit bila mereka memaksakan diri bermain di tengah hujan begini.... Teman2 kampus ku pada pukul 10 berangkat dengan beberapa kendaraan memenuhi undangan pernikahan salah satu rekan, Pak Made Sudjana. Kuputuskan tidak bergabung dengan mereka, karena aku bersama suami akan memenuhi undangan Mesangih, atau potong gigi dari seorang sahabat lama.
Waktu menunjukkan pukul 11 siang tatkala kuakhiri diskusi singkat dengan Pak Dewa Hendri dan Surya, staf komputer yang sedang memperbaiki beberapa komputer di ruang PKN bersama ku. Aku kembali ke ruang ADH, kutemui bu Irene dan bu Sastri masih menyelesaikan beberapa tugas mereka. Kuakhiri rangkaian kegiatan di kampus, dan mengarahkan laju motor tercinta menuju pasar ikan Kedonganan.
Pukul 11.30, Aroma udara pesisir pantai menyapu, tatkala tiba di daerah Kedonganan. Kupilih 3,5 kg ikan ekor kuning seharga Rp 18.000 per kg, dan 2 kg cumi seharga Rp 28.000 per kg. Kusodorkan uang pembayaran, dan ibu cantik penjual ikan mulai membersihkan ikan tersebut. Dia memisahkan sisik ikan dengan menggunakan sebatang kayu yang diberi beberapa paku, sehingga tatkala digesekkan pada badan ikan, sisik bakal terkelupas. Ikan tersebut lalu dibelah dua. Cumi di iris2. Kemudian aku segera membawa ikan beserta cumi ke toko yang terletak di seberang jalan. Tempat pembakaran ikan.
Betapa..... sebuah komodifikasi tercipta disini. Bila dahulu orang harus bersusah payah memancing ikan atau membelinya di pasar, lalu membawa ikan ke rumah, mencari kayu bakar atau batok kelapa untuk membakar ikan, menyediakan lagi bumbu bakar ikan..... Kini tersedia deretan tempat bakar ikan. Selain menyediakan jasa membakar ikan yang baru dibeli di pasar ikan, juga menyediakan batok kelapa serta bumbu untuk bakar ikan bila para pembeli memilih memanggang ikan di rumah.
Hmmm, perlu bersabar dalam menunggu antrean sebelum ikan bakar bisa kubawa pulang. 30 menit kemudian, ikan dan cumi panggang selesai. Bapak pemilik toko bakar tersebut menyodorkan pula 4 kantong plastik kecil sambel tomat, dan 4 kantong kecil sambel matah. Sambel matah adalah campuran dari cabe, bawang merah dan bawang putih, yang dimasak sebentar dengan minyak goreng panas. Woowww, terbit seleraku. Tapi masih harus bersabar..... Aku ingin mengunjungi mertua dan iparku yang berada di jalan Antasura. Ada pepatah yang mengatakan... bila cinta datang dari perut, maka ajaklah orang lain menikmati makanan yang tersedia, atau dikau sediakan. Dan... ini adalah sebagian dari perwujudan rasa cintaku tersebut.
Kembali kulajukan motor, menuju Jalan Suli. "Gang II nomer 6" kata suamiku mengingatkan kami untuk berjumpa di tempat temannya tersebut. Ah ha.... maka, terjadilah semacam reuni, dari para sahabat lama. Karena suamiku dan sang empunya pernikahan telah bersahabat semenjak mereka masih bujang dan kuliah bersama. Kutemui Komang Jayanegara, Bu Tjok, Nyoman Sukiada beserta istri, juga Bapak Ida Bagus Putra, sesama rekan se kantor suamiku yang juga sedang menempuh program S3 Pascasarjana Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana. Hmmm, inilah indahnya persahabatan yang terjalin semenjak lama, teruji dalam riak gelombang suka dan duka, terbentang dalam jarak ruang dan waktu. Mereka bertemu kembali di sini......
Dari sini, aku dan suami yang kini bergabung, bergerak menuju ke rumah mertua. Ah.... Beliau terlihat tua dan ringkuh kini. Dahulu begitu gagah. Tuhan, semoga Engkau selalu menjaga mertuaku sehingga dia dapat menikmati masa berbahagia dengan anak dan cucu juga cicit yang kini telah tersebar dimana-mana....
Aku dan suami kembali ke rumah kami. Anak-anak menanti di rumah. Si bungsu baru selesai dengan lesnya di sekolah, si sulung tiba dengan perasaan lelah setelah mengikuti berbagai lomba dalam rangka kegiatan Bulan Bahasa. "Adi gak dapat juara, Ma", Demikian katanya. Kuhibur dia dengan kata-kata bahwa prestasi tidak lah diukur dari se berapa banyak deretan piala dan piagam yang kita menangkan, namun dari proses kita dalam menjalani kehidupan ini, berjuang untuk menjadi semakin dewasa dan lebih bijak lagi dari hari ke hari......
Setelah rehat sejenak, aku bersiap berangkat untuk mengajar paket kejar C.
Tuhanku, Ida Sang Hyang Widhi Wasa..... Bantulah aku untuk selalu tetap berpijak di bumi, untuk bersyukur atas segala rejeki yang boleh kumiliki, untuk lebih banyak lagi meluangkan waktu bagi orang2 yang menderita dan memerlukan perhatian. Aku mungkin bukanlah orang yang kaya, aku mungkin bukanlah orang yang baik, namun aku akan selalu berusaha menjadi orang yang kaya hati, karena santi adalah namaku, maka kuingin bisa kuberbagi santi (damai) bagi setiap orang di muka bumi ini, agar bisa kusadari, bahwa aku sungguh orang yang kaya, di dalam jalan Mu, atas nama Mu..........