Apakah yang menjadi standar cantik bagi seorang perempuan? Bagaimana meraih sejumput mimpi tentang cantik yang sempurna ? Dan, mengapa begitu banyak perjuangan dalam mempertahankan cantik itu sendiri bagi mereka, di tengah berbagai undangan tarik menarik antara produsen beragam produk kecantikan juga jasa perawatan kecantikan yang ada ?
Adorno dalam Wuryanta dan Handayani (http://ekawenats.blogspot.com)
menggambarkan bahwa masyarakat komoditas ditandai dengan empat aksioma penting.
Pertama, masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi
barang-barang, bukan terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia,
tetapi demi profit dan keuntungan.
Banyak pihak berlomba jadi penyedia jasa untuk mempercantik wajah dan penampilan seseorang, banyak pihak menghasilkan beragam produk kecantikan. Kecantikan bahkan tampil tanpa mempertimbangkan relevansi logis tidaknya tampilan cantik itu pada batasan ruang dan waktu....
Kedua, dalam masyarakat komoditas,
muncul kecenderungan umum ke arah konsentrasi kapital yang massif dan luar
biasa yang memungkinkan penyelubungan operasi pasar bebas demi keuntungan
produksi massa yang dimonopoli dari barang-barang yang distandarisasi.
Kecenderungan ini akan benar-benar terjadi, terutama terhadap industri
komunikasi.
Produk cantik digeneralisasikan, tanpa memandang bahwa sebuah produk terkadang tidak cocok berada pada sebuah daerah atau masyarakat tertentu, misalnya tampilan untuk pentas berbeda dengan tampilan seorang tatkala bekerja, produk musim dingin berbeda dengan penyebaran produk tersebut di sebuah daerah dengan dua musim saja.
Ketiga, hal yang lebih sulit dihadapi oleh masyarakat
kontemporer adalah meningkatnya tuntutan terus menerus, sebagai kecenderungan
dari kelompok yang lebih kuat untuk memelihara, melalui semua sarana yang
tersedia, kondisi-kondisi relasi kekuasaan dan kekayaan yang ada dalam
menghadapi ancaman-ancaman yang sebenarnya mereka sebarkan sendiri.
Derasnya arus informasi yang masuk tanpa disertai dengan penyaringan akan membuat seseorang melakukan beragam upaya untuk tampil cantik. Misalnya mempertahankan kecantikan bagai wajah halus mulus seorang bayi, kriteria cantik adalah wajah putih mulus dan rambut lurus tergerai.
Dan keempat,
karena dalam masyarakat kita kekuatan-kekuatan produksi sudah sangat maju, dan
pada saat yang sama, hubungan-hubungan produksi terus membelenggu
kekuatan-kekuatan produksi yang ada, hal ini membuat masyarakat komoditas
“sarat dengan antagonisme” (full of antagonism). Antagonisme ini tentu
saja tidak terbatas pada “wilayah ekonomi” (economic sphere) tetapi
juga ke “wilayah budaya” (cultural sphere).
Pribadi-pribadi sosok manusia yang tampil antagonis, tidak menjadi pribadi maupun diri sendiri, cenderung meniru tokoh idolanya, ingin menjadi sosok yang berbeda yang bahkan tidak mungkin bisa dilakukannya, cenderung mengabaikan logika dan akan sehat.
Di sini, anda bisa memilih dan memilah, termasuk berada pada aksioma manakah gerangan seseorang menakar kecantikan itu sendiri.
Semangat untuk tampil cantik !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar