Ini merupakan bagian dari Trilogi tulisan tentang
UGM, 1. UGM dan Sejarah Berdirinya, 2. UGM dan Kagama, dan 3. UGM dan Munas
Kagama XIII. Universitas Gadjah Mada sebagai kampus yang “Nguwongke”,
memanusiakan manusia, sebagai Kampus Rakyat, dan kuat berakar pada budaya serta
keberagaman nusantara, mengakar ke bawah, membumi namun menjunjung tinggi yang
di atas, Yang Maha Kuasa. Universitas Gadjah Mada lahir pada tanggal 19
Desember 1949, berdasar Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949 ter tanggal 16
Desember 1949, mengenai Peraturan Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi
Universitas.
Pada awal mula berdirinya, tanggal 19 Desember
1949, Universitas Gadjah Mada hanya memiliki enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23
Tahun 1949, keenam fakultas tersebut adalah:
- Fakultas Teknik (termasuk di dalamnya, Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti)
- Fakultas Kedokteran termasuk di dalamnya, bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan Ilmu Hayat)
- Fakultas Pertanian (termasuk di dalamya, Akademi Pertanian dan Kehutanan)
- Fakultas Kedokteran Hewan
- Fakultas Hukum (termasuk di dalamnya, Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi)
- Fakultas Sastra dan Filsafat (termasuk di dalamnya, Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra).
Kegiatan civitas academica Universitas Gadjah Mada
dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas
Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Pada
tahun 2019, UGM kini memiliki 18 Fakultas dan dua sekolah, yaitu Sekolah Vokasi
dan Sekolah Pasca Sarjana, beserta lebih dari 100 Program Studi, termasuk S2,
S3, dan Program Spesialis. Disamping itu, UGM juga memiliki 28 Pusat Studi yang
memiliki tugas utama melakukan kegiatan penelitian untuk mendukung kegiatan
pendidikan dan pengabdian masyarakat. Rektor pertama adalah Prof. Dr. M.
Sardjito. Rektor UGM kini, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Berdasar
data per tahun 2012, UGM memiliki 37.611 alumni sarjana, 7.854 magister, 871
doktor. Data per tahun 2018 memperlihatkan jumlah 47.081 mahasiswa dan 4.468
staf akademik. UGM memiliki motto “Mengakar Kuat, Menjulang Tinggi”.
Sejarah
keberadaan Universitas Gadjah Mada merupakan penggabungan dan pendirian kembali
dari berbagai balai pendidikan, sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta. Nama
Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang
terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan. Pendirian diumumkan di
Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret 1946 oleh Mr. R. S. Budhyarto Martoatmodjo, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr.
Soenario, Dr. Soleiman, dr. Boentaran Martoatmodjo, dan Dr. Soeharto.
Sejak
4 Januari 1946, karena situasi ibukota yang
bergejolak, Soekarno dan Hatta memindahkan ibu kota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Pertempuran yang
terjadi antara pejuang kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan Bandung membuat
Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung
dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.
Lembaga
pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan adalah Perguruan
Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan
(berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September
1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946) yang
kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.
Institut
Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula dipindahkan ke Klaten
dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso. Salah seorang yang berperan dalam
pemindahan ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito yang
kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang pertama. Kehidupan kampus di
Klaten semakin ramai dengan berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.
Pada
awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan mendirikan
Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul Kementerian Dalam Negeri untuk
mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri
dan Departemen Penerangan. Akademi ini awalnya dipimpin oleh Prof.
Djokosoetono, S.H. Namun akademi ini tidak berumur panjang, setelah
pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini
ditinggalkan para mahasiswanya yang ikut menumpas pemberontakan sehingga
akademi ini ditutup.
Selanjutnya
pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli Hukum di Surakarta,
sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan dengan itu Panitia Pendirian Perguruan
Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan
Hardjono, S.H. di Surakarta merencanakan mendirikan Sekolah Tinggi Hukum
Negeri. Demi efisiensi, Panitia mengusulkan penggabungan Balai Pendidikan Ahli
Hukum ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan
oleh Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1948.
Serangan
Belanda ke ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar
mengajar di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan tinggi
tersebut ditutup karena para mahasiswa ikut berjuang. Setelah serangan Belanda,
wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949,
diadakan rapat Panitia Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang
dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof.
Dr. Prijono, Prof.
Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno,
S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian perguruan kembali di wilayah
republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta. Disepakati Prof. Ir. Wreksodiningrat,
Prof. Dr. Prijono, Prof.
Ir. Harjono, dan Prof. Dr. M. Sardjito akan
berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat itu adalah tidak adanya
ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersedia meminjamkan
ruangan keraton dan beberapa gedung di sekitarnya.
Tanggal
1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi
Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi,
Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini
dihadiri oleh Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan diadakan sebuah renungan bagi
para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda,
yaitu Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono,
Hardjito dan Wurjanto.
Tanggal
2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu
Politik serta Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah
naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan. Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta
dengan pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, SH. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah
Tinggi Hukum Negeri Solo.
Tanggal
19 Desember 1949, lahir Universitas Gadjah Mada dengan
enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949, keenam fakultas
tersebut adalah:
1. Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan
Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);
- Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat;
- Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan;
- Fakultas Kedokteran Hewan;
- Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi;
- Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Sebagai
Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M. Sardjito. Pada
saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Dewan Kurator
UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua dan anggota.
Tahun
1952 Fakultas
Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan bagian ekonomi sehingga menjadi
Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik HESP). Pada bulan September 1952 Fakultas Pertanian ditambah dengan
Bagian Kehutanan, sehingga menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan.
- Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi.
- Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menjadi Fakultas Biologi.
- Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial dan Politik.
- Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakulas Filsafat.
- Tingkat pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam pada Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.
- Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai dua bagian yaitu Bagian Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani.
- Fakultas Kedokteran Hewan diuubah namanya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Pada
tahun 1960 Fakultas
Kedokteran dan Kedokteran Gigi dipisahkan menjadi Fakultas Kedokteran dan
Fakultas Kedokteran Gigi.
Pada
tahun 1962 Bagian
Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas
Pendidikan Jasmani. Fakultas ini diserahkan pada Departemen Olah Raga pada
tahun 1963 dan menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga (STO).
Untuk
memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua Fakultas, didirikan pula
Fakultas Umum, dan digabungkan dengan Fakultas Filsafat menjadi Gabungan
Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961 Fakultas Filsafat
dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas Umum juga dibubarkan. Sebagai
penggantinya tahun 1963 didirikan Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus untuk
melaksanakan tugas yang semula menjadi tugas gabungan Fakultas Umum dan
Fakultas Filsafat. Namun pada tanggal 18 Agustus 1967 Fakultas Filsafat didirikan kembali
dan pada tahun 1969 Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus dimasukkan dalam
Fakultas Filsafat sebagai Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.
Pada
tahun 1963 Bagian
Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Kehutanan, seksi
teknologi dan seksi kultur teknik menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. Pada
tahun itu pula Jurusan Geografi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan
ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi.
Jurusan
Psikologi pada FIP menjadi Bagian Psikologi yang kemudian pada tanggal 8
Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.
Pada
tahun 1969 Fakultas
yang ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan yang merupakan peningkatan Bagian
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Semenjak
tahun 1983
Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas Program Sarjana, dua Fakultas Program
Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi) dan satu
Fakultas Pascasarjana (Magister dan Doktor). Awal tahun 1992 terjadi penyederhanaan jumlah
fakultas, Fakultas Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana, sedangkan
Fakultas Non Gelar Ekonomi diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non
Gelar Teknologi diintegrasikan ke Fakultas Teknik.
Sejarah panjang perjalanan Universitas Gadjah
Mada semenjak tahun 1949 disaat awal, hingga kini sudah memasuki usia ke 70
tahun, pada tahun 2019, dengan ke enam belas Rektor meliputi sebagai berikut:
Rektor pertama UGM, Prof. Dr. M. Sardjito
(1949-1961) berasal dari Fakultas Kedokteran
Rektor ke 2 UGM, Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
(1961-1966) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 3 UGM, drg. M. Nazir
Alwi (1966-1967) berasal dari Fakultas kedokteran Gigi
Rektor ke 4 UGM, Drs. Soepojo padmodipoetro, MA.
(1967-1968) berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Rektor ke 5 UGM, Prof. Dr. Soeroso H.
Prawirohardjo, MA. (1968-1973) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Rektor ke 6 UGM, Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo,
MA. (1973-1981)
Rektor ke 7 UGM, Prof. Dr. Teuku Jacob, MS., DS.
(1981-1986) berasal dari Fakultas Kedokteran
Rektor ke 8 UGM, Prof. Dr. Koesnadi
Hardjasoemantri, SH., ML. (1986-1990) berasal dari Fakultas Hukum
Rektor ke 9 UGM, Prof. Dr. Ir. Mohammad Adnan
(1990-1994) berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian
Rektor ke 10 UGM, Prof. Dr. Soekanto H. Reksohadiprodjo,
M.Com (1994-1998) berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Rektor ke 11 UGM, Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA
(1998-2002) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 12 UGM, Prof. Dr. Sofian Efendi, MPIA
(2002-2007 berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 13 UGM, Prof. Ir. Soedjarwadi, M.Eng.,
Ph.D (2007-2012) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 14 UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc.
(2012-2014) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 15 UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati,
M.Sc., Ph.D. (2014-2017) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 16 UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono,
M.Eng., D.Eng. (2017-2022) berasal dari Fakultas Teknik UGM.
Santi
Diwyarthi, Alumni Fak. Psikologi UGM 1993.
Politeknik
Pariwisata Bali (dahulu Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali)
Referensi
: dari hasil riset studi literatur dan berbagai sumber lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar