Konflik batin dala diri terkadang bagai kisah awal Bharatayuda, pergolakan di Kurukshetra. Saat Arjuna berdiri di tengah-tengah medan perang Kurukshetra di antara pasukan Korawa dan Pandawa. Arjuna bimbang dan ragu-ragu tentukan arah langkah ke depan. Perang yg kita hadapi kini, perjuangan, konflik batin dalam medan laga... mereka semua saudara, teman-teman, dan guru-guru dalam perjalanan hidup kita. Maka, kita bagai Arjuna yg memperoleh pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) dari Hyang Widhi, yaitu Bhagawadgita.
Tetapi perbuatan di masa lalu, kini, dan esok hari, dapat mengikat diri kita sendiri pada seseorang di dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Membuat kemelekatan pada materi atau fisik semata. Sementara, Tuhan menawarkan kebebasan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri (BG III, ttg karma yoga)
Dalam kakawin Bharatayuddha Jawa Kuna, yang konon digubah dari aslinya dalam bentuk prosa, berisi uraian wejangan-wejangan Kresna kepada Arjuna. Bait-bait ini berasal dari pupuh 10, bait 12:
mulat mara sang Arjunâsemu kamânuṣan kasrepan
ri tingkah i musuhnira n paḍa kadang taya wwang waneh
hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwânggeh
paman makâdi Krpa Salya Bhiṣma sira sang dwijânggeh
guru
Sang Arjuna melihat mereka dan diliputi rasa kasihan, sebab musuh-musuhnya bukanlah orang asing, ada sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman-paman
Mereka bukan org lain, walau lelah dan kesal mendera, walau sesal tiada lagi berguna... masih ada banyak yg lainnya yg butuh perhatian kita, tidak ada waktu untuk lelah dan berkeluh kesah... Diri ini terlalu berharga untuk terpuruk terlalu dalam.. Jangan menyerah, jangan mudah menyerah...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar