Pagi hari, selesai urusan keluarga, rutinits dalam keseharian. Bergerak menuju ke Nusa Dua. Ku harus bekerja, selesaikan tugas yang menanti. Sahabat2 spiritualku mengajak nangkil ke Pura Tamba Waras di Tabanan, sekalian ke Pura BatuKaru. Ehm, sebuah tantangan dan kesempatan menarik untuk berkumpul bersama mereka yang tidak bisa tiap bulan kutemui. Ada yang dari Jakarta, Bekasi, Negara. Tapi, kupilih tugas negara. Masuk ke ruang akademik di Gedung Rektorat, temui dua bimbingan skripsi di Ruang ADH, masuk ke MTH A dan B smt 2 di Rebab Building, dan menuju kantin, menyambar dua donat kaku.
Pukul 11.00, pamit dari lembaga ini bersama ibu Oka. Mana tega kutinggal dia di jalan. Rumahnya di dekat terminal Batubulan. Dengan mengenakan jilbab dari gubahan selendang, kami melaju di atas motorku. Inilah makna sahabat yg sesungguhnya. Tanpa banyak tanya dan segala ribet, slalu ada pada saat dan tempat yg tepat. "Harus selesaikan persembahyangan di mrajan" Sahut bu Oka. Selesai kuturunkan dia di depan pintu gerbang rumahnya, kuarahkan laju motor menuju rumah Mertua di jalan Antasura, meletakkan makanan yang kubawa di atas meja makan, dan bercengkerama bersama para ponakan sejenak, lalu berpamitan.
Kini coba temukan alamat Dian. Hmm, anak satu ini sudah ikuti ujian sidang skripsinya bulan lalu, tapi dia alami kecelakaan, nyungsep ke tumpukan pasir di jalan. Alamat rumahnya di dekat pantai Berawa yg sering kukunjungi bersama anak2. Kami pernah adakan perjalanan spiritual berkali dengan naik motor, bersama Uchy, Sri, Marlon bersama ortunya, ke Pura Andakasa, Pura Silayukti, dan Pura Tanah Lot. Setelah mondar-mandir dan berkali bertanya, kutemukan juga. Dan... ampun, itu kaki, borok dengan luka berair, bengkak memerah. Parraaahhh. Dan, dia belum memulai dengan revisi skripsinya. Padahal, batas akhir pendaftaran wisuda sudah di depan mata. Berjalan pun dia harus dipapah.
Ah, sungguh...
hadirnya keluarga dan sahabat bagai obat mujarab, walaupun bukan dalam hadir secara nyata, tapi semangat kekeluargaan dan persahabatan, sebuah nilai tiada terperi yang tidak bisa kita beli, disaat sendiri, terpuruk, alami musibah, guncangan emosi. Lalu... apakah hilangnya sahabat berarti hilang pula nilai persahabatan itu? Ah, sahabat bisa berlalu, berpindah atau meninggal, namun semangat persahabatan haruslah dijaga untuk selalu tumbuh di hati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar