Dengan pesawat Garuda Indonesia Airways, kami yang terdiri dari 25 mahasiswa Program S3 dan 20 mahasiswa ProgramS2 Pascasarjana Program Studi Kajian Budaya, Universitas Udayana, Denpasar Bali, 3 dosen dan 4 pegawai, beserta 6 anggota keluarga mereka, berangkat menuju Jogja. Pukul 7 pagi tepat, waktu Bali, pesawat lepas landas meninggalkan bandara internasional Ngurah Rai Denpasar Bali.
Tiba di Jogja tepat pukul 7.30, waktu Jogja, kami disambut dengan 2 bis besar berkapasitas masing2 30 orang. Guide kami, bapak Pranowo, dengan nama panggilan, Luna. "Maya" nya ada di Jakarta, demikian jelas bapak yang tampan tersebut. Tujuan pertama adalah Sekolah Pascasarjana UGM. Kami diturunkan di depan gedung tersebut setelah sempat tersasar ke Gedung Pusat dari kampus UGM. Ada miskomunikasi yang terjadi antara guide dan kepala suku dari rombongan kami yang mengira kuliah akan diadakan di Gedung Pusat kampus UGM.
Akhirnya kami tiba di Sekolah Pasca Sarjana UGM. Rombongan disambut dengan ramah oleh Sang Pimpinan, Bapak Prof. Dr. Irwan Abdullah. Kuliah pertama diisi oleh Profesor ganteng ini. Sessi pertama diakhiri dengan pemberian lukisan dari bapak Gede Sumantra, salah satu mahasiswa S3 dari rombongan kami, kepada Prof. Dr. Irwan Abdullah. Kemudian kami diberi kesempatan jeda selama 1 jam, menikmati makan siang di restoran Pesta Perak yang terletak di jalan Tentara Pelajar, di daerah Mataram.
Pukul 12 siang, kuliah kembali dilanjutkan oleh Prof. Dr. Heru Noegroho, tetap di salah satu ruang di lantai 4 dari Sekolah Pasca Sarjana UGM ini. Hmmm, sungguh suatu hal yang melelahkan setelah harus terjaga pagi dini hari pukul 4 untuk bersiap ke bandara Ngurah Rai di Denpasar, dan langsung dilanjutkan dengan kuliah dan diskusi hingga sore hari.
Pukul 16, kami masuk ke Wisma MM UGM yang terletak di Jalan Colombo. Aku menempati kamar 512 bersama ibu Putu Tejawati. Kami merebahkan diri, tertidur 15 menit, lalu mandi, dan bersiap beranjak pergi lagi. Pukul 17 aku sudah berada di lobby hotel. Menunggu 15 menit, hujan turun deras membasahi bumi Jogja, akhirnya mobil avanza hitam dengan sopir bapak Tiyok tiba. Aku dan 3 sahabat wanita: Ibu Teja, Ibu Suci, Ibu Monda, 2 sahabat pria: Bapak AA Putra Pemayun, Bapak Nengah Mertha, bersama dua dosen, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, Dr. Mudana beserta anaknya, beranjak menuju Social Agency yang terletak di jalan Solo.
Social Agency adalah nama toko buku yang lumayan terkenal. ada beberapa cabangnya, termasuk yang di pasar buku di dekat Taman Pintar. Namun yang paling besar terletak di Jalan Solo ini. Maka kami segera beranjak ke sana hunting buku-buku yang sekiranya bakal dibutuhkan bagi penyusunan disertasi kami. Bagai orang yang kesurupan, menjelajahi tiap sisi, mengamati dan membuka lembar-demi lembar halaman, kami sangat menikmati penelusuran pustaka ini. Satu demi satu, teman2 yang tertinggal di hotel juga akhirnya tiba di sini. Oww ya, toko buku - toko buku di jogja pada umumnya menyediakan jasa penyampulan buku yang kita beli. Secara gratis. Ini salah satu teknik mereka memberikan pelayanan yang berkualitas. Hmmm, harus banyak belajar dari mereka. Aku segera mengambil beberapa buku. Mengangsurkannya pada kasir, membayar, dan petugas toko segera pula menyampul buku tersebut.
Hujan masih turun lumayan deras. Namun kami masih harus beranjak. Pukul 7.30 malam, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Jagatnatha yang terletak di Banguntapan. Pukul 8.00 tiba, para yunior KMHD UGM sedang melaksanakan rapat pembubaran panitia. Kami sempat diskusi sejenak sebelum melanjutkan dengan bersembahyang di pelataran tengah. Kujumpai bapak Pinandita Wasi Akhir, juga Gusti Ketut Puja, sahabat lamaku, alumni mahasiswa teknik, yang kini dosen di Sanathana Dharma Universitas.
Aahhh, terbayang masa-masa silam sering ku melangkah ke rumah Tuhan ini, saat masih menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dari tahun 1987 hingga 1993. Aku sempat menjadi ketua umum Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma UGM. melakukan berbagai aktivitas, termasuk mengunjungi berbagai Pura dan diskusi dengan umat, sungguh merupakan salah satu aktivitas yang kusukai.
Sungguh....
berat rasanya kaki ini meninggalkan Pura karena harus kembali beranjak pergi. Entah kapan baru akan bisa mengunjungi Pura ini kembali, namun..... setangkup rindu akan selalu tersedia bagi jalanku menuju ke Rumah Tuhan.
Tiba di Jogja tepat pukul 7.30, waktu Jogja, kami disambut dengan 2 bis besar berkapasitas masing2 30 orang. Guide kami, bapak Pranowo, dengan nama panggilan, Luna. "Maya" nya ada di Jakarta, demikian jelas bapak yang tampan tersebut. Tujuan pertama adalah Sekolah Pascasarjana UGM. Kami diturunkan di depan gedung tersebut setelah sempat tersasar ke Gedung Pusat dari kampus UGM. Ada miskomunikasi yang terjadi antara guide dan kepala suku dari rombongan kami yang mengira kuliah akan diadakan di Gedung Pusat kampus UGM.
Akhirnya kami tiba di Sekolah Pasca Sarjana UGM. Rombongan disambut dengan ramah oleh Sang Pimpinan, Bapak Prof. Dr. Irwan Abdullah. Kuliah pertama diisi oleh Profesor ganteng ini. Sessi pertama diakhiri dengan pemberian lukisan dari bapak Gede Sumantra, salah satu mahasiswa S3 dari rombongan kami, kepada Prof. Dr. Irwan Abdullah. Kemudian kami diberi kesempatan jeda selama 1 jam, menikmati makan siang di restoran Pesta Perak yang terletak di jalan Tentara Pelajar, di daerah Mataram.
Pukul 12 siang, kuliah kembali dilanjutkan oleh Prof. Dr. Heru Noegroho, tetap di salah satu ruang di lantai 4 dari Sekolah Pasca Sarjana UGM ini. Hmmm, sungguh suatu hal yang melelahkan setelah harus terjaga pagi dini hari pukul 4 untuk bersiap ke bandara Ngurah Rai di Denpasar, dan langsung dilanjutkan dengan kuliah dan diskusi hingga sore hari.
Pukul 16, kami masuk ke Wisma MM UGM yang terletak di Jalan Colombo. Aku menempati kamar 512 bersama ibu Putu Tejawati. Kami merebahkan diri, tertidur 15 menit, lalu mandi, dan bersiap beranjak pergi lagi. Pukul 17 aku sudah berada di lobby hotel. Menunggu 15 menit, hujan turun deras membasahi bumi Jogja, akhirnya mobil avanza hitam dengan sopir bapak Tiyok tiba. Aku dan 3 sahabat wanita: Ibu Teja, Ibu Suci, Ibu Monda, 2 sahabat pria: Bapak AA Putra Pemayun, Bapak Nengah Mertha, bersama dua dosen, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, Dr. Mudana beserta anaknya, beranjak menuju Social Agency yang terletak di jalan Solo.
Social Agency adalah nama toko buku yang lumayan terkenal. ada beberapa cabangnya, termasuk yang di pasar buku di dekat Taman Pintar. Namun yang paling besar terletak di Jalan Solo ini. Maka kami segera beranjak ke sana hunting buku-buku yang sekiranya bakal dibutuhkan bagi penyusunan disertasi kami. Bagai orang yang kesurupan, menjelajahi tiap sisi, mengamati dan membuka lembar-demi lembar halaman, kami sangat menikmati penelusuran pustaka ini. Satu demi satu, teman2 yang tertinggal di hotel juga akhirnya tiba di sini. Oww ya, toko buku - toko buku di jogja pada umumnya menyediakan jasa penyampulan buku yang kita beli. Secara gratis. Ini salah satu teknik mereka memberikan pelayanan yang berkualitas. Hmmm, harus banyak belajar dari mereka. Aku segera mengambil beberapa buku. Mengangsurkannya pada kasir, membayar, dan petugas toko segera pula menyampul buku tersebut.
Hujan masih turun lumayan deras. Namun kami masih harus beranjak. Pukul 7.30 malam, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Jagatnatha yang terletak di Banguntapan. Pukul 8.00 tiba, para yunior KMHD UGM sedang melaksanakan rapat pembubaran panitia. Kami sempat diskusi sejenak sebelum melanjutkan dengan bersembahyang di pelataran tengah. Kujumpai bapak Pinandita Wasi Akhir, juga Gusti Ketut Puja, sahabat lamaku, alumni mahasiswa teknik, yang kini dosen di Sanathana Dharma Universitas.
Aahhh, terbayang masa-masa silam sering ku melangkah ke rumah Tuhan ini, saat masih menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dari tahun 1987 hingga 1993. Aku sempat menjadi ketua umum Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma UGM. melakukan berbagai aktivitas, termasuk mengunjungi berbagai Pura dan diskusi dengan umat, sungguh merupakan salah satu aktivitas yang kusukai.
Sungguh....
berat rasanya kaki ini meninggalkan Pura karena harus kembali beranjak pergi. Entah kapan baru akan bisa mengunjungi Pura ini kembali, namun..... setangkup rindu akan selalu tersedia bagi jalanku menuju ke Rumah Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar