Selasa, 12 April 2011. Anggara Kasih Dukut, Pasah, Kliwon. Odalan Gede di Merajan Agung Batuaji Kelod, Kerambitan Tabanan. Kampung halaman tercinta.
Setelah seharian dengan aktivitas yang melelahkan, kuliah di Pascasarjana UNUD, mengajar di STPNDB, berjumpa dengan rekan-rekan membahas berbagai situasi dan mencoba mencari solusi, akhirnya aku ingin pulang.
Pukul 16.30 tiba di rumah, Jalan Gn Soputan, Denpasar. Aku menata kue dan buah yang akan kupersembahkan sebagai haturan di Merajan Agung. Suami terlihat lelah setelah menyelesaikan proyek membuat perpustakaan mini di halaman belakang rumah kami. Anak2ku sedang belajar setelah bersembahyang bersama. Yudha kumat manjanya, minta disuapi. Hujan turun terus menerus semenjak pagi hari. Simbok membatalkan rencana untuk ikut bareng ke Tabanan. Ahhh, sungguh sebuah tantangan untuk pulang ke Tabanan dalam situasi begini. Perlahan aku bersiap berangkat. Mengenakan mantel hujan, meletakkan bungkusan haturan yang akan kupersembahkan di atas motor, dan menembus rinai hujan. Waktu menunjukkan pukul 18.15.
Tegallantang, sepanjang perjalanan disini, bahkan sebelum mendekati SMP 1 Kuta Utara, aku sudah terjebak banjir. Lanjut ke perjalanan menuju arah Dalung, kian sukses tersiram air terciprat dari hujan deras, dan mobil dan motor yang melintas. Kulihat beberapa motor yang mogok di tengah banjir. Sempat terbersit niat untuk putar haluan dan menikmati malam hangat di balik selimut tebal ku. Tapi panggilan ini semakin kuat. Aku ingin menghadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa di salah satu Rumah Beliau, Merajan Agung Batuaji Kelod.
Hujan tiada henti, banjir hampir di sepanjang jalan, mata perih karena terpapar rintik hujan yang menerpa wajah..... hmm, sungguh sebuah ujian untuk tiba dengan selamat.
Akhirnya, pukul 19.30 aku tiba di Kampung halaman tercinta. Hujan belum juga berhenti. Sekujur tubuh basah kuyup. Duduk sejenak di ruang tamu rumah tua kami, aku diskusi dengan Dewa Biyang Nyoman Nesi. Beliau adik kandung bapakku yang telah tiada. Kami merencanakan akan ngabenin bapak. Dan, Dewasa Baik menurut Dewa Aji Mangku adalah tanggal 13 Juli.
Setelah berganti pakaian dengan mengenakan busana yang lebih pantas untuk bersembahyang, aku membawa haturan berupa buah dan kue-kue, berjalan menuju ke Merajan Agung. Para penari kecil sedang menghaturkan tari Sekar Jagat di bagian luar Pura, para penabuh meliukkan jari jemari pada berbagai alat musik gamelan mengiringi gerakan penari. Kutemui seluruh keluarga besar, kuselesaikan peturunan / iuran bagi kedua adikku yang tinggal di luar pulau, Dewa Komang Diwya Artha Kusuma dan Dewa Ketut Karma Susatya, sebesar Rp 200.000, juga dana punia dari ku sekeluarga. Lalu mulai memasuki bagian dalam Pura. Bersimpuh dan bersembahyang memuja Tuhan.
Sungguh..... sebuah anugerah tiada terkira, masih diijinkan kembali, dan selalu kembali oleh Beliau, memperlihatkan keagunganNya, dan memuja kebesaran namaNya selalu.
Bahkan, banjir gede yang membuatku tidak bisa menembus jalan pulang kembali ke rumah lewat Tegallantang, hingga harus mencari jalan alternatif lain, lewat Tegal Buah, namun tetap akhirnya, harus menerobos banjir gede tersebut, tidak menyurutkan langkahku menyebut puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kutemui, anak dan suami sudah tertidur lelap.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar