Terjaga di pagi hari, Rabu, 9 September 2011. Hari ini adalah odalah di Pura Puseh di desa Batuaji, Kerambitan, Tabanan. Emak sudah menanti untuk bersama2 kami bersembahyang. Aku masih di Denpasar. Kuselesaikan urusan keluarga, mempersiapkan bekal makan bagi anak2, menuntaskan menjemur baju yang sudah dicuci, dan tinggal berangkat dengan motor tercinta ke kampung halaman. Emak menanti disana, bersama keluarga besar, berharap dalam berkumpul bersama.
Surono menelpon. Dia adalah salah satu pegawai ibu di Pontianak. Ibu lebih senang menyebut mereka sebagai anak asuh. Ada beberapa anak asuh. Fariz si tampan yang pemalu, Surono yang sudah berkeluarga dengan 2 anak, Eni yang cantik dan kemayu, Nuri yang mahal senyum, Santi yang manis, Wayan yang imoet2, dan Teguh si supir tangguh yang juga sudah berkeluarga.
Telpon dari Surono "Kak Santi, bapak meninggal, saya mau pulang dengan tiket yang saya dapat hari ini juga". Hmmm. Dia adalah supir andalan ibu. Dia mendapat informasi dua hari lalu, di pagi hari, bapaknya kecelakaan karena di tabrak, dan sekarang sedang berada di ruang ICU salah satu rumah sakit di Jogja. Well. Ibu ku sedang berada di Kerambitan. Satu2nya telpon fleksi yang dimiliki, tidak bisa berfungsi menerima telpon dari luar. Dari dua hari lalu, saat Surono mendapat informasi bapaknya mengalami kecelakaan, ibu sudah menawarkan agar dia dapat pulang dahulu. Dan kini dia dalam perjalanan menuju bandara Supadio Pontianak mengadu keberuntungan siapa tahu memungkinkan mendapat tiket langsung menuju Jogja. Dia bersama ke 4 orang adiknya, yang bersama merantau ke luar pulau, demi sebuah hidup yang diharap menjanjikan masa depan yang gemilang, kini pulang kampung, bukan dengan harapan untuk bergabung merayakan hari raya Idul Fitri yang bakal mereka jelang, namun demi menjumpai orang tua yang telah tiada.....
Sungguh....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar