Setelah bersembahyang di Pura Goa Gong, di dekat halte bis Udayana 3, di lingkungan kampus bukit, Universitas Udayana, kutemui penjual Tuak dan Buah Rontal muda dari Tuban, Jawa Timur ini. Dia memegang buan rontal muda dengan tangan kirinya. Tangan kanannya yang memegang parang tajam, dengan cekatan memotong sisi luar buah rontal, menyisakan bagian dalam yang empuk dan manis bagai buah rambutan.
Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi, hari Minggu, 30 September 2012. Namun dia telah banyak mengupas buah tersebut. Puluhan botol berukuran satu liter yang berisi tuak manis hasil sadapannya, tanpa tercampur bahan pengawet atau bahan tambahan lain, juga tanpa campuran alkohol atau methanol yang bisa memabukkan, bahkan membunuh orang. Hmmmm, inilah hasil olahan asli berbagai produk Indonesia. Wisata kuliner yang sesungguhnya, beragam warna, dan bisa menjadi alternatif bahan pengobatan bagi penyakit, dari asam urat hingga sakit kepala.
Kubeli sebotol tuak seharga Rp sepuluh ribu rupiah. dan sembilan bagian isi daging buah rontal, sebagai oleh-oleh bagi keluargaku. Dan, kulanjutkan perjalanan menuju Pura Griya Tanah Kilap. Sembahyangku kali ini, Purnama Kapat, Minggu 30 September 2012.
Pak Andik....... dan juga jutaan orang lainnya, yang sepagi ini telah bekerja keras, dan bercucuran keringat, mengumpulkan rupiah demi rupiah penyambung hidup. Aku sungguh menghormati dan menghargai perjuangan kalian. Pejuang tangguh dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar