Panji sinonim dengan
pataka, pusaka. Panji memiliki arti kebesaran, kebanggaan, sesuatu yang agung,
yang dihormati oleh suatu daerah, sebagai sesuatu yang asli Indonesia. Panji
merupakan Genius Local Wisdom, Kebudayaan Luhur yang sungguh Adiluhung, yang
telah bergulir semenjak nenek moyang, dan patut kita hargai, karena tanpa
budaya leluhur kita tidak akan menjadi seperti ini adanya.
Gerak Panji bergulir
menjadi upaya membangkitkan, merawat dan mengembangkan berbagai ragam pusaka
budaya yang mencakup budaya yang bisa terlihat atau terukur (tangible), maupun
budaya yang tidak terlihat atau terukur (intangible). Seperti misalnya Cerita
Panji. Cerita Panji adalah sebuah Pusaka Budaya yang popular pada masa
Majapahit, menyebar ke berbagai daerah dan Negara-negara Asia Tenggara. Cerita
Panji bukan semata cerita romantika Panji Asmarabangun dengan Dewi Sekartaji,
namun memiliki banyak aspek menarik untuk dikaji. Banyak dongeng yang
mengisahkan Cerita Panji.
Gerak Panji berawal
sudah semenjak lama, namun baru mulai terlihat muncul dipermukaan semenjak
tahun 2010, dengan adanya pertemuan budayawan terkait Panji di LSM Kaliandra Pasuruan
(Henri Nurcahyo). Kemudian tahun 2011 berlanjut dengan pertemuan di kantor
Lembaga Pendidikan Seni Nusantara di Jakarta dengan prakarsa Endo Suanda untuk
melahirkan Tahun Panji Nusantara. Namun kemudian gaungnya perlahan memudar.
Hingga kemudian Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro bergerak memprakarsai
beberapa pertemuan dengan budayawan Panji di Jawa Timur, dan lahir sebutan
Gerak Panji (Henri Nurcahyo). Bahkan, audiensi dengan Dirjen Kebudayaan pada
tanggal 15 Juni 2016, menjadi titik awal perencanaan Festival Panji
Internasional pada tahun 2018.
Maka, Festival Panji Indonesia
memiliki arti Festival yang terkait dengan budaya luhur suatu daerah asli yang
dibanggakan, budaya yang diagungkan masyarakat, dijaga dan dirawat sepenuh
makna, disucikan, dianggap bagian
penting dari sejarah perkembangan daerah tersebut.
Festival Panji Nasional
ini kini telah mendunia, dan kegiatan ini sering disandingkan dengan kegiatan
lain yang terkait dengan Pekan Seni dan Budaya, bergerak dari satu daerah ke
daerah lain di sejumlah wilayah di Indonesia, melibatkan baik pihak pemerintah,
murid dan mahasiswa, masyarakat, pengusaha, dan kaum budayawan, cendekiawan,
wisatawan, ilmuwan, manajemen hotel, pengelola destinasi wisata, travel agent,
dan lain sebagainya. Festival Panji
Internasional yang terlaksana di Denpasar, tanggal 28 – 29 Juni 2018, terlahir
dari berbagai tahapan atau proses. Uraian di bawah ini menjelaskan sebagian
tahapan tersebut.
Festival Panji Nasional
tahun 2015 di Kediri. Festival Panji Nusantara tahun 2017 disandingkan dengan
Pekan Budaya dan Pariwisata. Festival Panji Internasional tahun 2018 digelar di
empat kota besar di Indonesia, juga beberapa kota lain. Berawal dari Denpasar
pada tanggal 28 – 29 Juni 2018, Surabaya tanggal 2 – 3 Juli 2018, Pandaan, Malang,
Kediri, dan Yogyakarta, dan puncaknya akan dilaksanakan di Jakarta pada hari
Selasa, 10 – 11 Juli 2018, dengan
pagelaran seni pertunjukan, pameran dan seminar internasional di Gedung
Perpustakaan Nasional, Jalan Medan merdeka Selatan, Jakarta.
Menurut Henri Nurcahyo,
berbagai aktivitas terkait Budaya Panji dapat dilaksanakan dalam bentuk
Pergelaran Seni, yang Pertama, melalui Festival, salahsatunya seperti Festival
Panji Internasional di Thailand pada bulan Maret 2013, Festival Topeng
Internasional di Solo tahun 2014, Festival Panji di Blitar semenjak tahun 2013,
2014, 2015, 2016, 2017. Karnaval Topeng di Malang dan Kediri. Festival Panji
Nusantara di bantaran Kali Brantas Kediri tahun 2015. Festival Panji Pulang
Kampung di Kediri tahun 2016, dengan kegiatan Lomba Lukis Wayang Beber Bertema
Panji.
Kedua, Aktivitas
terkait Budaya Panji juga bisa berupa Seminar, seperti Kajian Ilmiah di
Universitas Merdeka di Malang, Pesamuan Budaya Panji di Trawas tahun 2008,
Festival Panji Nusantara tahun 2011 di ISI Yogya, Seminar Nasional di Disparda
Jawa Timur 2016, Seminar Sastra Panji di Kediri terkait Festival Panji Nusantara
tahun 2017.
Ketiga, Aktivitas
terkait Budaya Panji juga bisa berupa Literasi, yaitu penerbitan buku. Buku
yang pertama terbit terkait Budaya Panji oleh Dewan Kesenian Jawa Timur (2009),
berjudul Konservasi Budaya Panji, dengan editor Henri Nurcahyo, rangkuman dari
beberapa makalah saat Seminar. Novel berjudul Rara Anggraeni oleh Damar
Shasangka yang terbit tahun 2016. Novel Candra Kirana oleh Ayip Rosidi yang terbit
tahun 2008.
Ke empat, membangun
Monumen atau Tugu Peringatan. Ke lima, melakukan berbagai upaya terkait Ekonomi
Kreatif. Seperti Komik tentang Panji, membuat baju Kaus bertema Panji. Ke enam,
melakukan berbagai Kajian Akademis. Ke tujuh, melakukan Jelajah Budaya, Napak
Tilas, Penelitian, Menelusuri Silsilah. Ke delapan, membentuk Jaringan Kerja
(Networking).
Dan. Festival Panji
Internasional 2018 ini juga menjadi semacam kado bagi Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro yang berulang tahun ke 84 tahun, yang jatuh pada tanggal 22 Juni
2018. Beliau selaku Menteri Pendidikan pada era Kabinet Pembangunan VI di saat
pemerintahan Presiden Suharto. Beliau telah memperlihatkan bahwa di usia yang
tidak lagi muda namun tetap bisa memberi motivasi, menjadi teladan bagi banyak
orang, untuk terus berkarya, mempersatukan banyak perbedaan pandangan,
menghasilkan berbagai hal positif bagi negeri Indonesia.
Festival Panji
Internasional (Inao) di Bali dikaitkan dengan kegiatan Pesta Kesenian Bali
bertemakan Teja Dharmaning Kahuripan. Berlangsung tanggal 28 – 29 di Denpasar,
dengan Pentas Seni di malam hari pada tanggal 28 Juni
2018, Pameran berbagai karya seni, dan Workshop yang diadakan di Gedung Ksirarnawa, Art Center, pada hari Jum’at,
29 Juni 2018. Pande Wayan Suteja Neka
menjelaskan bahwa pada Pameran terkait Festival Panji Internasional 2018 ini,
beliau menyertakan dua bilah keris untuk dipamerkan, berasal dari Museum Keris
Pande Wayan Suteja Neka. Yakni Keris yang memiliki sor-soran / pangkal bilah
dengan Simbol Panji, serta satu lagi keris yang danganan / handle / pemegangnya
memiliki figur Ratu Ratmaja dengan Gelung Panji. Beliau juga memberikan
beberapa buku tentang perkerisan dari Museum Neka kepada Duta Budaya dari
negara Thailand dan Kamboja sebagai cindera mata. Pada workshop terkait
Festival Panji Internasional, berlaku sebagai narasumber adalah Prof. Dr. I
Made Bandem, MA., Prof. Dr. I Wayan Dibia, S.ST., MA., dengan dipandu oleh Dr.
I Nyoman Astita, MA., dan Dr. I Komang Sudirga, M.Hum.
Sungguh beruntung bisa mengikuti
kegiatan ini, karena bisa menyaksikan dan terlibat langsung pada kegiatan
Panji, yang memperlihatkan kebudayaan adi luhung dari Indonesia, Kamboja, dan
Thailand, bahkan menari bersama para budayawan dan cendekia yang terlibat pada
kegiatan ini.
Pada kegiatan Workshop
Festival Panji Internasional (Inao) 2018 ini, Eddi Karsito menjelaskan bahwa
Delegasi Kesenian Indonesia menampilkan Gambuh yang dianggap paling tinggi
mutunya, kaya dengan gerakan tari, dan dianggap sebagai sumber seni tari klasik
Bali. Delegasi Kesenian Thailand
menampilkan tarian Panji atau Inao Exiting The Cave. Delegasi Kesenian Kamboja
dipimpin oleh Duk Sytha dan Prak Samrith menampilkan sendratari Roeurng Inav.
Direktur Kesenian
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan,
M.Hum., menyampaikan, pelaksanaan Festival Internasional Panji (Inao) Indonesia
dilaksanakan di 8 kota di Indonesia, dengan berbagai jenis kegiatan yang
beragam mencakup pameran, seminar, pelatihan, dan pertunjukan yang melibatkan
pemerintah, kaum budayawan, masyarakat, dan berbagai pihak lain.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar