Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring
sarwa prani (Oleh karenanya, usahakan
kesejahteraan semua makhluk, saling mengasihi satu sama lainnya). Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang
kapagehan ikang catur warga, mâng dharma, artha kama moksha (Karena kesejahteraan
setiap mahluk menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha)
Apa yang membuat umat manusia
melakukan berbagai upacara disertai beragam upakara, menyucikan diri
berkali-kali ? Apa yang mendasari begitu kuatnya keyakinan spiritual dan religi
meski terkadang tanpa bukti dan di luar daya nalar manusia ? Mungkinkah hanya
doa, cinta, dan kepercayaan yang tertanam di hati ? Menghargai upacara yang
telah berlangsung semenjak leluhur, menghormati agama sendiri, menjalin semangat
kebersamaan di antara mereka semua.
Nyepi berasal dari kata sepi
(hening, sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun
Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun
78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali
dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan
ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun
tutup, namun tidak untuk rumah sakit (Wikipedia).
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah
memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit
(alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam
semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang
dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Melasti adalah salah satu rangkaian
dari upacara Tawur Kesanga, dalam perayaan Nyepi bagi umat Hindu. Perjalanan
panjang yang ditempuh umat Hindu dalam proses melasti, mekiyis, melis, tiga
atau dua hari sebelum hari raya Nyepi, merupakan simbol penyucian lahir dan batin,
buana alit (manusia) dan buana agung (alam semesta) dimana beragam sarana
persembahyangan, benda pusaka / pretima diarak menuju sungai, danau atau laut
yang dianggap sebagai sumber tirtha amertha untuk disucikan.
Lontar Sundarigama
menguraikan Melasti dengan : Manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek
dewata. Amet sarining amerta kamandalu ring
telenging sagara. Artinya: Manusia melaksanakan serangkaian aktivitas upacara
mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra.
Jadi tujuan Melasti adalah untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam
serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah Samudra. Samudra adalah lambang
lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudra
kehi-dupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan dunia.
Beragam
benda pusaka, sarana upacara dan upakara, pretima, diarak menuju sungai, danau
dan laut untuk disucikan. Jika dahulu beragam benda sakral tersebut diarak
dengan meletakkannya di atas kepala, dengan ditandu oleh beberapa orang, pada
era modern ini beragam benda sakral tersebut diletakkan pada jolly, juli, atau
jempana, yang diberi roda di bagian bawahnya, sehingga memudahkan untuk membawa
menuju ke tempat yang dituju. Kemudian arakan berjalan perlahan, dari Pura Desa,
Pura Puseh, Pura Dalem, menuju sungai, danau, atau laut, untuk menjalani
prosesi penyucian, dan kemudian kembali ke Pura Desa, berstana di sana hingga
sehari setelah hari raya Nyepi.
Tua
& muda, berbaur bersama, memaknai dan melakoni rangkaian upacara
melasti..... karena kita adalah sama di mata Nya, meski dengan sejuta warna
dalam corak dan ragam. Melasti adalah : nganyudang
malaning gumi ngamet Tirta Amerta, atau menghanyutkan kekotoran alam
menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumber Tirtha Amertha (Dewa
Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Ritual dilaksanakan selambat - lambatnya pada
tilem sore, pemelastian harus sudah selesai secara keseluruhan, dan pratima
yang disucikan sudah harus berada di bale agung.
Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas.....
Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas.....
Tawur Kesanga adalah salah satu dari
sekian banyak aktivitas dalam memaknai kehidupan & memotivasi umat Hindu
secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada
diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur"
berarti mengembalikan atau membayar.
Sekitar
300 an juli / jempana / kereta beroda sebagai sarana membawa beragam benda
sakral, bergerak dari masing-masing Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang
ada di Desa Pekraman Kerobokan, menuju ke pantai Petitenget.
Tujuan dari upacara ini adalah untuk
penyucian diri. Dalam upacara Melasti menurut Lontar Sunarigama dan Sang Hyang
Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti tersebut.
- Pertama untuk mengingatkan umat agar meningkatkan terus baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
- Kedua peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
- Ketiga untuk membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
- Keempat dengan bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).
Dengan
ribuan umat Hindu selaku pemedek / penyungsung, yang mengiringi beragam benda
sakral dari pura masing-masing, terkadang ada yang mengalami trance / kesurupan.
Trance... Hmm, perlu berhati
menyikapi hal ini. Beberapa pakar hypnosis menyatakan bahwa trance adalah suatu
situasi dan kondisi seseorang yang menyerupai tidur. Hal ini bisa dibuktikan
dari gelombang otak yang terekam. Sementara yang lain mengatakan, mereka
sepenuhnya sadar, dan bisa tetap mengendalikan diri mereka. Adakalanya
trance dikaitkan dengan dunia gaib, mistik, ilmu hitam. Adapula yg beranggapan
trance merupakan suatu bentuk komunikasi verbal dan non verbal dari alam lain,
entah itu leluhur, para dewa, butha kala. Sebagai satu dari sekian pertanda /
cihna / ciri / fenomena kehadiran dewata / leluhur.
Beragam pandangan ini, apapun itu,
siapapun, dimanapun, dan, dengan cara bagaimanapun, semoga hadir dengan situasi
positif yang bisa membawa ke arah semakin baik, dari hari ke hari. Hidup sudah
susah dan rumit, maka akan jauh lebih indah dan mudah bila semua berjalan
lancar demi kebaikan buana alit & buana agung....
Tujuan utama brata
penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat
melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan
moksha.
Hari Raya Nyepi memiliki makna filosofis yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Hari Raya Nyepi memiliki makna filosofis yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka.
Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern seka-rang ini adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah meng-khususkan diri dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.
Sama seperti pitutur dan petuah yang
telah diwariskan kedua orangtuaku, disampaikan oleh kedua mertuaku, akan
kuteruskan pula kepada anak-anakku, seluruh anak lain di muka bumi…..
Bimbinglah anak sedari dini, karena mereka
tiang pancang dunia..... Hidup takkan selalu mudah dan indah, tidak seperti
impian dan harapan. Namun dengan bimbingan dari kita semua, dunia akan harmoni
dalam genggaman tangan mereka...... Genius local wisdom di era globalisasi.
“Anakku tersayang.... kami mungkin
tidak selalu bisa mendampingimu setiap waktu, tidak selalu hadir di kala dikau
membutuhkan bantuan kami, tak dapat memberimu yang terbaik yang tersedia di
dunia ini. Namun tumbuhlah bersama doa kami, menjadi pribadi tangguh dalam
mengarungi samudra kehidupan kalian.... Terjatuh & tersungkur berkali, maka
bangkitlah berkali dan berkali lagi”.
Aham rudre bhir vasubhih caramy
Aham adityair uta visvadevaih
Aham mitravarunobha bibharmy
Aham indragni aham asvinobha
(Regweda X. 125.1)
Aku gerakkan kekuatan alam menjadi
tenaga dan kemakmuran.
Aku bercahaya menjadi sumber
kekuatan yang cemerlang.
Aku menyangga sumber kekuatan alam
dalam wujud air dan cahaya
Aku adalah pusat energi, cahaya
sebagai kehidupan yang datang dari matahari,
udara, api, dan segala kekuatan alam
yang berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar