” Dia tidak secantik kamu, bahkan jauh dibandingkan dengan
kamu dalam segala hal, tetapi kemuliaan dan keagungan tujuh kerajaan
sekalipun, jika dibandingkan dengan dirinya, maka semuanya tidak
berarti apa apa bagiku. “
Hmmm, The strength of the woman @ Games of Thrones.
Aku
ingin menjadi perempuan seutuhnya bagi dirimu. Menjadi yang sungguh
berarti, sehingga bahkan, saat ku berlalu, dikau kan terkenang sepanjang
hidupmu. Menjadi ratu, tidak di hidupmu, tapi di hatimu slalu....
http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/30/cantik-vs-mempesona-519953.html
Ellen Maringka, Mother, Wife, Friend.
Keep Rockin'... Keep Rockin'
Cantik Vs Mempesona
OPINI | 30 December 2012 | 09:18Dibaca: 47 Komentar: 0 Nihil
Sebenarnya tulisan ini merupakan sambungan artikel
saya beberapa hari lalu mengenai keseksian wanita 40-an. Tapi kalau
dipakai kata seksi terus menerus, rasanya kok bisa disalah artikan bahwa saya menekankan inti keindahan wanita kepada bentuk fisik yang menawan secara visual. Seharusnya
Kompasianer pria -lah yang saya tunggu tunggu tulisannya membahas
keindahan wanita , kecantikannya dan pesona dengan sejuta keterpukauan
atas hal yang menawan hati mengenai wanita.
Cantik ya Cantik. Kita belum bicara mengenai kecantikan dari dalam.
Cantik itu visual, sebatas pandangan mata. Perlu filsafat dan ilmu yang
lebih untuk menentukan apakah seorang wanita itu cantik dari dalam. Ada
seorang sahabat saya yang mengatakan, laki laki itu tidak ribet
sebenarnya dalam mengatakan apakah seorang wanita itu cantik.. Ya
dilihat saja dari raut mukanya, kemulusan kulitnya, dan proporsi bentuk
badannya. Kalau bicara soal inner beauty, apa mesti di USG dulu supaya kelihatan pancreas-nya
menawan dan tidak kotor ?. Mau tidak mau saya harus tersenyum
mendengat penjelasan yang sederhana ini, kembali ke lap-top saja lah,
kalau harus pusing duluan menjelaskan yang cantik, ya berarti itu kecantikan yang dipertanyakan khan
?. Contoh klasik adalah : Miss Universe… setiap kali diadakan kontes
pemilihan ratu sejagat, terlepas dari pro dan kontra atas baik - buruk
nya, saya mengambil positifnya saja… selama yang dilihat itu tidak
menyakitkan mata, tidak vulgar, maka keindahan itu dihargai saja-lah.
Ada juga sih alasan lain, kalau saya kebanyakan protes, nanti
bisa bisa disangka iri karena bukan termasuk salah satu kontestan. Maka
saya berbaik sangka-lah.
Tapi tidak sesederhana ini memang menjelaskan arti Cantik itu. Buktinya
saya tidak sependapat dengan para juri yang memenangkan Miss USA sebagai
ratu sejagat sedunia. Saya merasa bahwa Miss Venezuela justru lebih
cantik secara pandangan mata saya. Nah, kembali lagi kepada pepatah yang
mengatakan beauty is in the eye of the beholder terjemahan bebasnya kurang lebih : cantik itu tergantung mata siapa yang memandang.
Oleh karena itu saya lebih suka mengkategorikan cantik sebagai bagian dari mempesona.
Tidak semua yang cantik itu mempesona. Ada yang cantik, tapi mudah
dilupakan. Mempesona itu lebih jauh mengaitkan kecantikan fisik dengan
kepribadian, sifat dan isi otak serta kebaikan hati, kemudian
mengemasnya sedemikian rupa menjadi satu paket, sehingga lahirlah kata
Menawan atau Mempesona.
Saya teringat percakapan antara seorang raja dan ratu-nya, di film seri Games of Thrones,
yang merayakan ulang tahun perkawinan mereka yang ke 20 (mungkin juga
25), perkawinan yang tidak didasari atas cinta, tapi karena ambisi
kekuasaan, ketenaran, tradisi, yang kemudian memaksa keduanya menikah.
Sang permasiuri, seorang wanita yang pintar dan sangat cantik, tahu
bahwa hati sang raja, suaminya, tidak pernah mencintainya, secantik
apapun dia, dan seberapa kerasnya dia berusaha untuk menjadi permaisuri
yang membantu melegendakan ketenaran nama sang suami. Hati sang raja
selamanya melekat kepada mantan kekasih yang tidak pernah dinikahi-nya
karena raja harus patuh kepada orang tuanya dan menjaga tradisi kerajaan
serta memenuhi harapan rakyatnya. Singkat cerita, dasar mungkin memang
sifat perempuan, meskipun sudah tahu, tetap saja suka mengorek dan
bertanya karena penasaran. Dalam hal ini sang permaisuri benar benar
penasaran, kenapa dirinya yang sedemikian cantik tidak mampu merebut
cinta sang suami. Maka ditanyakanlah kepada sang raja, “suamiku… sebagai
hadiah perkawinan kita, dan karena selama ini aku telah berusaha
menjadi istri yang baik bagimu dan ratu yang sempurna bagi negri ini,
aku ingin kamu menjelaskan kepadaku, apa kira kira yang tidak kupunyai,
sehingga hatimu tetap melekat kepada mantan-mu yang menurut aku biasa
biasa saja ?.”.
Pertanyaan yang membuat sang raja terdiam, dan kemudian membujuk sang permaisuri untuk tidak terus menanyakan, karena raja tahu,
bahwa jawabannya pasti akan melukai hati sang permaisuri. Namun sang
permaisuri terus bersikeras bertanya meminta penjelasan. ( Saya pernah
menulis soal ini, bahwa sering sekali kita meminta sebuah kejujuran tapi
tidak sangup mendengarnya.) Karena terus didesak dan permintaan untuk
menjawab pertanyaan sang permaisuri dianggap sebagai hadiah perkawinan
mereka, maka sang raja terpaksa menjawab. Ah, the strength of a woman.....
Jawaban yang kemudian bukan saja membuat sang permaisuri terdiam dan
berlinang air mata, tapi sekaligus membuat saya menghabiskan setengah box
tissue, dan serta merta menelepon sahabat saya untuk bercerita dan
membahas hal ini sambil terisak isak tidak jelas, namun ajaibnya sahabat
saya itu memahami kenapa saya ingusan dan banjir air mata. Ikatan emosional sesama wanita.
Perrlahan sang raja menjawab, ” Dia tidak secantik kamu,
bahkan jauh dibandingkan dengan kamu dalam segala hal, tetapi kemuliaan
dan keagungan tujuh kerajaan sekalipun, jika dibandingkan dengan
dirinya, maka semuanya tidak berarti apa apa bagiku. “
Ah…. sungguh… sang raja mampu mendefiniskan kepadaku Pesona wanita yang sesungguhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar