"Separatisme merupakan bahaya laten yang mengancam keutuhan berbangsa
dan bernegara di-Indonesia. Untuk mencegah separatisme, dan
menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang melanda bangsa
Indonesia, maka dibutuhkan pemimpin yang hebat.
http://www.aktual.co/hukum/185306wiranto-untuk-cegah-separatisme-perlu-pemimpin-hebat
Demikian diungkapkan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto saat menyampaikan keynote speech
dalam seminar hari ke-2 yang diikuti oleh para mahasiswa yang berasal
dari 20 Universitas dari Aceh hingga Papua dengan tema "Fenomena
Separatisme di Indonesia" pada acara Konferensi Nasional Fisip di UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta (6/3).
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto saat menyampaikan keynote speech dalam
Seminar pada acara Konferensi Nasional Fisip di UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta (6/3). Bersama Moderator Hasan Anshori, Ketua Tim Kajian
Lemhanas RI Sudaryono, dan Azzizah Aziz
Wiranto
mengungkapkan bahwa pemimpin yang HEBAT itu adalah Humanis, Educated,
Bersih, Amanah dan Tegas. Wiranto menjelaskan bahwa pemimpin haruslah
humanis, dimana ia menghadapi rakyatnya dengan kasih sayang, melindungi,
mengayomi dan bukan mengekploitasi.
“Kemudian yang kedua adalah Educated, jika tidak memiliki knowledge
bagaimana mungkin membawa penduduk indonesia yang berjumlah lebih dari
240 juta jiwa. Sebab, untuk memahami permasalahan global yang sangat complicated,
oleh karenanya dibutuhkan pemimpin yang terdidik, sehingga dari situ
dapat memunculkan solusi dari setiap permasalahan yang ada, kemudian
lahirlah decision,” ujarnya.
Oleh
karenanya, Wiranto telah meminta agar UU Pilpres direvisi, sebab untuk
menjadi terdidik tentu harus belajar, kemudian sebagai salah satu
ukurannya adalah dengan mengantongi gelar kesarjanaan. Selain itu juga
pemimpin harus bersih.
“Saya ingat pesan ayah
saya, Nak, ketika ingin menyapu gunakanlah sapu yang bersih, tidak
mungkin dapat membersihkan bangsa ini jika pemimpinnya sendiri tidak
bersih," pungkasnya.
http://www.rimanews.com/read/20130406/97823/wiranto-cegah-separatisme-ri-butuh-pemimpin-tangguh-dan-hebat
Wiranto menilai ada beberapa faktor pemicu separatisme di Indonesia,
diantaranya adalah adalah Faktor Agama, Etnik, perdebatan Historis,
ketidak adilan dan kesewenang-wenangan, serta kolaborasi antara
kepentingan nasional dan lokal. Sementara itu faktor pencegah
separatisme adalah dengan mengaktualisasikan kewajiban negara,
meningkatkan sistem peringatan dini terhadap gejala separatisme. “Dengan
mengetahui secara dini gejala tersebut, maka dapat dengan segera
melakukan langkah-langkah resolusi konflik,” Ujarnya.
Dalam acara yang menghadirkan pembicara-pembicara seperti Mantan
Kemenpora Adhyaksa Dault, Ketua PPI Zulham Effendi, Wakil Ketua PBNU
As’ad Said Ali, Ketua Umu PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Tim
Kajian Lemhanas RI Sudaryono ini Wiranto menyebutkan bahwa
faktor lainnya adalah tindakan militer, namun Wiranto mengungkapkan
bahwa penggunaan militer dalam pencegahan separatisme adalah merupakan
pilihan terakhir karena akan menimbulkan resiko dan korban yang besar.
Namun demikian untuk menjalankan 4 kunci pencegahan separatisme
tersebut maka dibutuhkan pemimpin yang memiliki leadeship yang kuat,
Maka dengan pemimpin HEBAT diatas Wiranto meyakini akan mampu melakukan
penguatan kebijakan- kebijakan negara negara.
Banyak permasalahan di negeri ini karena kebijakan yang salah, banyak
kejadian dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Menurut Wiranto penyebabnya adalah adanya kebijakan yang tidak bepihak
pada rakyat, padahal kebijakan diambil oleh pemimpin yang telah dipilih
oleh rakyat. “Saya amati bahwa pada saat kampanye banyak yang mengaku
sebagai pemimpin rakyat, namun sayangnya setelah dipilih banyak yang
bermetamorfosa menjadi penguasa. Inilah yang menyebabkan banyak yang
berhadapan dengan KPK, bayangkan sekarang dari 33 provinsi 17
diantaranya sedang berurusan dengan KPK,” Ujarnya.
Apa bedanya pemimpin rakyat dan penguasa? Pemimpin rakyat konsisten
bahwa orientasi yang dilakukan untuk rakyat, ingin perubahan yang
dinamis, dan membuat rakyatnya menjadi lebih baik sedangkan penguasa
bagi partainya, keluarganya dan kelompoknya. “Bagaimana mungkin kita
mengandalkan para pemimpin yang telah menjadi pembesar dan penguasa
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan negeri ini,” Ujarnya.
Oleh karenanya Wiranto mengajak para Mahasiswa untuk sama-sama
berjuang demi masa depan Bangsa Indonesia. “Karena kalian adalah pemilik
masa depan, maka saya mendorong adik-adik sekalian untuk menentukan
nasib saudara sekalian, bagaimana mungkin nasib kalian diberikan pada
orang lain sementara kalian sendiri namun tidak ikut berjuang,” Ujarnya.
Well......
Benar sekali. Kita butuh pemimpin hebat, orang hebat yang mau dan mampu berkarya. Tidak hanya menjalin koordinasi dan komunikasi di level atas belaka, namun pula hingga di level bawah. Mampu merangkum berbagai pihak.
Sama seperti apa yang terjadi tatkala Direktorat Pengkajian Sosial Budaya Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS) RI mengunjungi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Senin (23/4).
http://sumut.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=89413
Tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka survey lapangan untuk
mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh Kanwil Kemenag Sumut dalam
menjaga kondusifitas kehidupan umat beragama di Sumatera Utara serta
berdiskusi bagaimana untuk membangun Kerukunan Umat Beragama guna
terwujudnya harmonisasi kehidupan masyarakat dalam rangka ketahanan
nasional.
Tim survey Direktorat Pengkajian Sosial Budaya Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS) RI terdiri dari ; Prof.Dr. Sudaryono, SU, Brigjen Pol Drs. Cosmas lembang, Kolonel Kes Suhartono, SKM,BE, Shinta Tri Lestari dan Yayat Nuthayati.
Tim Survey diterima oleh Kakanwil Kemenag Sumut Drs.H. Abd. Rahim, M.Hum didampingi Kepala Bagian Tata Usaha Drs.H. Ahmad Hanafi, Kabid Urais Drs.H. Zulfan Arif, Kabid Hazawa Drs.H.Abd. Rahman Harahap, MA, Kabid Pekapontren & Penamas Drs.H. Jaharuddin, MA, Kabid Bimas Kristen Hasudunagan Simatupang serta beberapa pejabat eselon III dan eselon IV.
Kakanwil Kemeangsu Drs.H. Abd. Rahim, M.Hum dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa kunci keberhasilan membina kerukunan umat beragama di Sumatera tidak terlepas dari peran serta FKUB Sumut,dukungan penuh dari Gubernur Sumatera Utara, serta keterpaduan dari pimpinan SKPD plus Sumut, baik Pangdam I Bukit Barisan, Kapolda Sumut, Kajati Sumut, Ketua DPRD Sumut, juga peran aktif para Walikota dan Bupati se-Sumatera Utara.
Uraian informasi di atas menjelaskan......
betapa, keterlibatan dari beragam pihak akan dapat menjaga harmoni yang ada di antara sesama umat manusia dimana pun berada.
Namun, sudah tentu,
Untuk mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good
Governance) harus didukung dengan sistem Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang baik. Dengan pengelolaan sistem teknologi dan komunikasi
yang profesional diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag RI Drs.
Zubaidi, MEd saat membuka acara Workshop Pengelola Teknologi Informasi
dan Komunikasi Tahun 2012 di Lingkungan Kementerian Agama di Hotel Pusat
Informasi Haji (PIH) Batam Kepulauan Riau, Selasa 10 Aoril 2012.
http://sumut.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=76888
Kapinmas Kemenag RI juga mengatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang sudah menjadi The Way of Life (Cara Hidup) dan The Way of Thinking (Cara Berpikir).
Ini membuat kita semua sudah seharusnya “melek” teknologi agar tidak ketinggalan jaman dan selalu memperbaharui informasi. Memanfaatkan IT dan segala perangkatnya untuk mendukung kemajuan umat manusia itu sendiri.
Yeaaahhh....
Konflik, dimanapun, kapanpun, akan selalu ada, bahkan, dalam diri kita masing-masing.
Seperti yang dikemukakan Sudaryono, tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sosial Lemhanas mengatakan, ada peningkatan tajam dalam penanganan konflik melalui jalur hukum, sejak 2011. Dimana Kekerasan Diskriminasi berjumlah 210 Kasus per Tahun
"Jumlahnya kini mencapai lima juta kasus," ujar Sudaryono dalam acara Coffee Morning di Lemhannas, Jakarta Pusat, Jumat (12/10/2012).
Sudaryono menjelaskan, konflik terjadi lantaran adanya perbedaan kepentingan, yang bila ditanggapi dengan ego sepihak atau intoleransi, maka akan memicu kekerasan. Dari kajian Lemhannas, lanjutnya, ada kondisi-kondisi yang memang sengaja atau tidak sengaja menciptakan konflik di berbagai lingkungan.
"Potensi konflik muncul karena adanya klaim sepihak atas kebenaran. Kesenjangan sosial akan menimbulkan kecemburuan sosial," ucap Sudaryono. Sekitar dua bulan belakangan, terjadi sejumlah konflik, misalnya di Sampang, tawuran pelajar, serta tauran mahasiswa.
Agar konflik tidak berulang, papar Sudaryono, perlu pencegahan dini melalui pendidikan. Pendekatan keamanan pun harus dilakukan, supaya masyarakat tidak merasa terancam."Serta diikuti dengan penegakan hukum yang cepat," tegas Sudaryono
http://sumut.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=76888
Kapinmas Kemenag RI juga mengatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang sudah menjadi The Way of Life (Cara Hidup) dan The Way of Thinking (Cara Berpikir).
Ini membuat kita semua sudah seharusnya “melek” teknologi agar tidak ketinggalan jaman dan selalu memperbaharui informasi. Memanfaatkan IT dan segala perangkatnya untuk mendukung kemajuan umat manusia itu sendiri.
Yeaaahhh....
Konflik, dimanapun, kapanpun, akan selalu ada, bahkan, dalam diri kita masing-masing.
Seperti yang dikemukakan Sudaryono, tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sosial Lemhanas mengatakan, ada peningkatan tajam dalam penanganan konflik melalui jalur hukum, sejak 2011. Dimana Kekerasan Diskriminasi berjumlah 210 Kasus per Tahun
"Jumlahnya kini mencapai lima juta kasus," ujar Sudaryono dalam acara Coffee Morning di Lemhannas, Jakarta Pusat, Jumat (12/10/2012).
Sudaryono menjelaskan, konflik terjadi lantaran adanya perbedaan kepentingan, yang bila ditanggapi dengan ego sepihak atau intoleransi, maka akan memicu kekerasan. Dari kajian Lemhannas, lanjutnya, ada kondisi-kondisi yang memang sengaja atau tidak sengaja menciptakan konflik di berbagai lingkungan.
"Potensi konflik muncul karena adanya klaim sepihak atas kebenaran. Kesenjangan sosial akan menimbulkan kecemburuan sosial," ucap Sudaryono. Sekitar dua bulan belakangan, terjadi sejumlah konflik, misalnya di Sampang, tawuran pelajar, serta tauran mahasiswa.
Agar konflik tidak berulang, papar Sudaryono, perlu pencegahan dini melalui pendidikan. Pendekatan keamanan pun harus dilakukan, supaya masyarakat tidak merasa terancam."Serta diikuti dengan penegakan hukum yang cepat," tegas Sudaryono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar