http://metrobali.com/2013/05/09/puri-ubud-kembali-gelar-ritual-pengabenan-utama/
yang kulihat hari ini, adalah info tentang akan diadakannya kembali Pengabenan agung Puri Ubud di Gianyar.
Ah, jadi teringat kala pengabenan ayahnda tercinta, bertahun lalu......
Puri Ubud Kembali Gelar Ritual Pengabenan Utama
Ubud (Metrobali.com)-
Puri Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, kembali akan menggelar ritual
pengabenan (pelebon) berskala besar, sebagai penghormatan terakhir
terhadap almarhum Tjokorda Ngurah Wim Sukawati (90), putra sulung mantan
Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) Tjokorde Gde Raka Sukawati.
Almarhum yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI di Swiss
1975-1979 itu menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan intensif di
sebuah rumah sakit di Jakarta 24 Februari 2013 akibat penyakit menua.
Jenazah hingga kini masih disemayamkan di Puri Ubud, Kabupaten
Gianyar, 25 km timur laut Denpasar, karena baru akan dipelebon (kremasi)
pada hari Selasa, 14 Mei 2013, tutur keponakan almarhun, Tjokorda
Asmara Putra yang juga anggota Fraksi Demokrat DPRD Bali.
Tradisi pelebon di Puri Ubud menggunakan kelengkapan upacara antara
lain menara pengusungan jenazah (bade) bertingkat sembilan dengan total
ketinggian mencapai 25 meter. Selain itu juga dilengkapi dengan Naga banda dan lembu selem (hitam),
kelengkapannya tidak jauh dengan kegiatan serupa yang pernah digelar
sebelumnya, yakni 18 Agustus 2011 untuk menghormati jenazah Anak Agung
Niyang Rai (80) ibunda dari mantan bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha
Ardhana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace.
Bade dan kelengkapan ritual pengabenan lainnya kini sedang
dirampungkan melibatkan ratusan warga masyarakat dari Desa Pekraman
(Adat) Ubud seperti Banjar Sambahan, Ubud Kelod, Ubud Kaja, Taman Kelod,
Bentuyang, Kutuh kelod dan banjar Kutuh Kaja.
Material yang digunakan sepenuhnya dari bahan lokal dengan tenaga
sukarela secara bergilir dari ke 14 banjar di lingkungan Desa Adat Ubud. Kerangka bade yang sudah rampung itu dilengkapi dengan ornamen, sehingga tampak megah, menarik, unik dan mengandung unsur seni. Ornamen kelengkapannya bentuknya menyerupai berbagai jenis binatang
yang penggarapannya akan rampung dua-tiga hari sebelum kegiatan puncak.
Istri dari Belanda Almarhum Tjokorda Ngurah Wim Sukawati, putra dari
pasangan Tjokorde Gde Raka Sukawati- Gusti Agung Niang Putu, sekaligus
Raja Ubud periode 1917-1922 yang pernah dipercaya menjadi presiden NIT
periode 1946-1950 itu meninggalkan seorang istri Nelly Luchsinger (83),
perempuan asal Belanda yang dinikahinya. Pernikahan itu melahirkan dua anak masing-masing Tjokorda Gede Raka
Sven Sukawati dan Tjokorda Istri Vera Sukawati serta meninggalkan
seorang cucu.
Almarhum semasa hidupnya dikenal sebagai orang diplomat ulung pada
era pemerintahan Orde Lama (Bung Karno) maupun pada pemerintahan orde
Baru (Presiden Soeharto). Sosok kharismatik yang pernah dipercaya sebagai duta besar RI untuk
Swis periode 1975-1979, merintis karier dalam bidang kepolisian, pernah
menjabat komisaris PT Unilever Indonesia 1983-1999 dan direktur sejumlah
perusahaan swasta lainnya.
Putri almarhum, Tjokorda Istri Vera Sukawati mengaku sangat mengagumi
sosok sang ayah berkat kegigihannya menempa diri sehingga mampu
menjadikan dirinya seorang figur yang lengkap dan penuh talente dalam
berbagai bidang. Hal itu berkat almarhum memegang teguh komitmen hidup, selalu belajar disiplin, tegas dan lugas dalam bertindak.
Tjokorda Asmara Putra menambahkan, almarhum semasa hidupnya dikenal
sebagai sosok panutan dan keteladanan berkat menjalani kehidupan yang
menyukai tantangan hingga meraih prestasi gemilang dalam mengemban
tugas.
Bade bertingkat sembilan sebagai tempat pengusungan jenazah Tjokorda
Ngurah Wim Sukawati dibuat dari batang pohon pinang dan rangkaian bambu,
lengkap dengan pernak-pernik bunga emas untuk menggotong dari halaman
puri Ubud menuju setra (kuburan) tempat kremasi yang berjarak sekitar
1,2 km arah timur puri.
Upaya menggotong bade itu membutuhkan ribuan tenaga warga setempat
secara estafet. Sepanjang jalan yang dilewati pada kegiatan serupa tiga
kali sebelumnya, terakhir pada 18 Agustus 2011 saat penghormatan
terakhir kepada Anak Agung Niang Rai ibunda mantan Bupati Gianyar
Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menjadi “lautan manusia”, termasuk
wisatawan mancanegara yang secara khusus datang untuk menyaksikan
pelebon berskala utama yang hampir tidak ditemui di belahan negara
lainnya.
Demikian pula pengabenan yang pernah dilakukan Puri Ubud pada
pertengahan 2008 hampir seluruh hotel di perkampungan seniman Ubud dan
sekitarnya penuh, diperkirakan tidak kurang 350.000 wisatawan asing
menyaksikan kegiatan yang unik dan langka itu. Bahkan prosesi unik, langka dan menarik tersebut mendapat perhatian
besar dari pers di berbagai belahan dunia yang mengirim wartawan maupun
kameramen untuk meliput secara khusus pelaksanaan upacara penghormatan
terakhir terhadap sesupuh Puri Ubud yang semasa hidupnya sangat aktif
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Semua itu berkat karya seni menara pengusungan jenazah yang menjulang
tinggi yang mempunyai nilai magis digotong ke Setra Desa Adat Ubud yang
berjarak satu kilometer ke arah timur Puri Ubud.
Ubud yang dikenal sebagai perkampungan seniman, wilayahnya tidak
begitu luas, dulunya merupakan sebuah kerajaan kecil, dikitari sawah
menghijau, air mengalir jernih di sungai, pesona desa yang indah. “Para Dewata” menakdirkan sebagai tempat yang penuh kegemilangan,
alamnya menyimpan kekuatan gaib serta memiliki “benang merah” terhadap
perkembangan agama Hindu di Pulau Dewata.
Perkampungan seniman Ubud dalam perkembangannya kini menjadi “satu
titik desa dunia”, tempat manusia-manusia dari berbagai ras di dunia
bertemu, menikmati keindahan alam dan tradisi masyarakat setempat,
termasuk prosesi pelebon/ngaben yang diwarisi secara turun temurun.
“Dikenalnya Ubud sekarang di mancanegara merupakan sebuah anugerah
dan berkah yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan kepada
masyarakat setempat,” ujar Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, seorang
pewaris kalangan bangsawan Puri Ubud yang juga Ketua PHRI Bali sekaligus
mantan Bupati Gianyar. INT-MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar