Bapakku pernah bertutur.... "Bimbinglah anak-anakmu dengan baik selagi masih ada cukup waktumu, agar dia mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik pula, agar dia jadi lebih baik darimu....". Ah, aku mungkin bukan seorang ibu yang baik dan bisa berikan yang terbaik bagi mereka, namun aku berjanji akan membimbing mereka semampuku dan sebisaku, bapakku sayang.......
Ibuku
pernah berkata: Tidak mudah jadi seorang perempuan, pekerja, istri, dan
seorang ibu. Tidak ada yg mudah di dunia ini. Namun bisa kita jalani
jika mau, semoga akan selalu ada jalan mudah bagimu, anakku".
Ibu...
Terkadang, hidup tidak hadir mudah bagiku. Tidak seperti impian dan
anganku. Namun aku berjanji, terjatuh dan tersungkur, aku akan bangkit
kembali berkali dan berkali.
Maka,
kucoba membimbing mereka semua, anak-anakku, keluargaku, mengenali dan
memahami jutaan makna kehidupan, baik suka dan duka, baik dan buruk,
persahabatan dan kekerabatan yang ada. Kami tinggal di tengah
masyarakat desa ini, desa Padang Sambian Kelod. Mereka harus bisa
beradaptasi dimanapun, kapanpun, dan, dengan siapapun mereka berada
bersama. Dimana bumi dipijak, disana pula langit dijunjung,
mengembangkan semangat spiritual, jiwa kebersamaan dalam menjalin
harmoni, dan mengembangkan wawasan pengetahuan mereka seluas mungkin,
untuk menjadi semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari.....
Jum'at,
28 Maret 2014. Terjaga semenjak pukul 5 pagi, kutuntaskan urusan rumah
tangga, dari memasak, mencuci, dan kemudian berangkat kerja seperti
biasa. Kantorku terletak di Nusa Dua. Membutuhkan 45 menit berkendara di
atas sepeda motor tuaku tercinta. Menuntaskan beberapa berkas bimbingan
dari para murid, mengecek surat yang masuk, dan aku berpamitan untuk
pulang lebih awal, karena aku ingin mengikuti rangkaian kegiatan melasti
di desa dimana aku tinggal dan memiliki pondok mungil.
Ada
beberapa anak tetangga yang ingin ikut serta. Maka, kami bersiap diri
dan bergabung bersama rombongan. Pura Dalem Pejarakan Ulun Lencana,
Umadui. Banjar Jabapura, desa Padang Sambian Kelod. Kami bergerak
perlahan di bagian belakang iringan rombongan jempana, kereta yang
berisikan berbagai benda, simbol, perlambang, yang disucikan, dianggap
keramat, disakralkan, oleh masyarakat penyungsungnya. Kami bergerak
bersama menuju ke Pura Petitenget, Kerobokan.
Melasti
kali ini jatuh pada hari Jum'at, Sukra Umanis Ukir, 28 Maret 2014.
Udara panas di pagi hari ini tidak menyurutkan semangat mereka. Berjalan
perlahan menuju Pantai Petitenget Kerobokan..... inilah Genius Local
Wisdom, Indigenous Wisdom, Melasti, Melis, Melukat, dan, entah dengan
beragam istilah lain, sebagai bentuk dari upaya membersihkan beragam
pretima, benda yang disucikan, perlambang atau simbol yang dianggap
sakral, menyucikan diri, menyucikan hati, sucikan pikiran, perkataan dan
perbuatan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar