Pontianak, I’m in Love
Setelah bertahun tidak
bisa berkumpul bersama, kali ini kami bisa berkumpul sekeluarga. Keluarga besar
? tidak juga. Hanya kami, berempat bersaudara, juga ibu tercinta. Berlibur ?
Tidak juga. Ada beberapa urusan penting yang harus kami tuntaskan, dan
membutuhkan kehadiran kami bersaudara.
Sudah semenjak bapak
meninggal tahun 2008, kami meminta ibu beristirahat, berhenti bekerja, dan fokus
pada kesehatan diri. Namun, bukan ibu jika bisa semudah itu beralih kegiatan,
berhenti total dari seluruh aktivitas sehari-hari. Lagi pula, bukankah orangtua
akan jauh lebih sehat bila tetap beraktivitas dalam kesehariannya.
Berangkat dari Denpasar,
Bali, pada hari Senin, 24 Desember 2018, maka kulewatkan Hari Suci Galungan.
Tidak bisa bersembahyang bersama keluarga kecilku di Bali. Tiba di Pontianak
pada hari Senin, 24 Desember 2018, malam hari, aku berkumpul bersama ibu,
kakakku, Ni Desak Putu Evi Suandani, dan kedua adikku, I Dewa Komang Diwya
Artha Kesuma, dan I Dewa Ketut Karma Susatia.
Kami lewatkan malam
malam terakhir di Apotik Antara, yang terletak di depan Gereja Kristen
Immanuel, Jalan Raya Adisucipto, Km. 1,1. Pontianak. Malam-malam terakhir ? Ya,
karena rumah ini akan dijual, dan ibu tinggal bersama adikku juga keluarganya.
Rumah ini bukanlah
rumah pertama kami. Dahulu kami menempati perumahan tentara bagi para anggota
TNI Tanjung Pura, sehingga sempat pula mendapat gelar anak kolong. Kami tinggal
di perumahan hingga bersama saudara lain kutamatkan SMP di Santo Petrus yang
terletak di Kota Baru. Kemudian keluarga kami pindah ke rumah yang terletak di
Jalan Johar, di tengah kota Pontianak. Aku beserta kakan dan adik-adik
melanjutkan pendidikan ke kota Malang, menempuh pendidikan di SMA Santo Yusuf.
Terakhir, keluarga kami pindah ke rumah yang terletak di Jalan Raya Adisucipto
ini. Dan kini, rumah ini dijual. Kami sekeluarga berkumpul untuk menyelesaikan
administrasi yang diperlukan.
Perlahan, airmata
bergulir mengenang masa-masa yang begitu berkesan. Setelah beberapa kali
berpindah rumah, pertemuan yang tidak mungkin sesering dahulu, karena kami
berkembang, menikah, berkeluarga, dan disibukkan oleh berbagai macam kegiatan.
Aku di Bali, Kakakku beserta adik bungsu di Jakarta, dan adik nomer tiga tinggal
di kota yang sama dengan ibu, Pontianak, namun dengan rumah yang terpisah.
Pontianak, dengan
kenangan masa kecil saat berdiam di perumahan tentara, berenang di sumur besar
di belakang rumah kami, berjualan es lilin hingga manisan buah mangga
berkeliling di perumahan, berangkat sekolah bersama kakak dan adik naik truk
tentara, hingga berantem dengan anak cowok karena mereka mengganggu kakak dan
adik-adikku.
Pontianak, dengan
kenangan tentang banjir rob yang bisa terjadi karena air laut naik, dan kami
sibuk berlarian dengan harapan air terciprat bisa membuat kebahagiaan kami
bersama. Kenangan tentang saat saat hari suci umat beragama, dan kami saling
mengunjungi antar tetangga, bertukar makanan, memberi salam dan doa bagi yang
lainnya.
Pontianak, dengan
curahan air mata berkepanjangan saat bapak berpulang, tanpa sempat kujenguk
atau kurawat semasih hidup, dan upacara ngaben dilaksanakan di tempat yang
dibangun pertama kali oleh bapak bersama umat Hindu kota ini untuk pelaksanaan
ngaben.
Pontianak, my love will
always be here……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar