Sama seperti berbagai
daerah perbukitan dengan penghasil kopi, Pontianak juga terkenal dengan olahan kopi.
Salah satu jenis kopi yang dihasilkan adalah Robusta. Bila anda berkunjung ke
rumah-rumah penduduk di kampung, mereka akan menyapa ramah dan menghidangkan suguhan
kopi bagi anda. Istilah “sepok” diberikan bagi orang yang dianggap kampungan.
Oopps, namun jangan keliru! Istilah ini bahkan diberikan untuk menamai kopi
bubuk dalam kemasan yang bahkan sudah diekspor. Dibandrol dengan harga Rp.
65.000, kemasan ini bahkan laris manis dibawa sebagai buah tangan, alias oleh
oleh khas Pontianak.
Tidak hanya kopi. Masyarakat
juga mengemas berbagai bahan olahan lain terkait minuman yang sudah dikeringkan
berupa serbuk, dengan khasiat menyegarkan anggota tubuh, seperti jahe merah,
buah dewa, kunyit, sari kencur, buah asam. Ya, mereka menerapkan pengetahuan
dan pengalaman dalam bidang manajemen dan dunia pemasaran, mengemas produk se
menarik mungkin, se efisien mungkin, hingga memenuhi kualitas pelanggan dan bisa menarik penjualan.
Industri kopi nusantara
termasuk dalam 20 puncak industri kopi ternama kelas dunia. Hal ini memberi
gambaran bahwa mulai dari perencanaan, pembibitan, penanaman, pengolahan,
pengemasan, juga pemasaran dan kontrol kualitas layanan industri kopi nusantara
ini telah diakui dunia. Sejumlah agenda kegiatan, baik festival, event,
perlombaan, digelar sepanjang tahun di seluruh nusantara. Baik itu melibatkan
para petani kopi, pengusaha, pemerintah, masyarakat luas, kalangan pendidik,
kaum muda, hingga para pengambil kebijakan tingkat dunia.
Demikian pula hal nya
yang dilakukan oleh Kubu Raya, salah satu kabupaten muda di Propinsi Kalimantan
Barat. Beragam pengemasan yang terpampang disini memperlihatkan aneka
kreativitas produsen Instan Hijriah dalam menarik minat pembeli kopi.
Perkembangan pariwisata yang signifikan mulai terlihat nyata diiringi oleh
berbagai produk pariwisata, termasuk produk berupa barang, yakni kopi. Kopi lokal
Kalimantan Barat tampil menarik dan cantik menggugah selera di berbagai hotel
dan restoran ternama, bahkan dibawa sebagai tanda cinderamata oleh para
wisatawan.
Selama lebih dari dua dekade,
kopi merupakan produk pangan yang paling kompleks. Kopi tidak lagi hanya
sekedar pemuas dahaga atau pemasok kafein bagi tubuh, namun telah menjadi
penanda strata sosial. Kopi bukan lagi hanya sekedar diseduh dengan air panas,
dihidangkan begitu saja di depan kita. Ini merupakan masyarakat penikmat kopi
Generasi Gelombang Pertama (The First Wave) dari serangkaian evolusi konsumsi
kopi (Meilani, 2017).
Gegerasi Gelombang
Kedua (The Second Wave) merupakan generasi masyarakat penikmat kopi yang telah
mendekati puncak evolusi gastronomi kopi, menikmati kopi yang berkualitas,
seperti kopi arabika segar, beraroma menarik. Kopi ini merupakan kopi special bagi
penikmatnya, memiliki sertifikasi Fair Trade Coffee, dengan Organic
Certification, Shade / Bird – Friendly Certification, disajikan dengan penuh
Creativity & Eco – Friendly, dan berbagai persyaratan lain.
Sedangkan Generasi
Gelombang Ketiga (The Third Wave) adalah generasi masyarakat penikmat kopi
ekstrim yang lebih radikal, berani merogoh kantong dengan dalam, mengeluarkan
biaya dan tenaga, demi mendapatkan kopi yang berkualitas menurut mereka. Kopi
yang menurut mereka memiliki cerminan cita rasa tinggi peminumnya, berasal dari
daerah tertentu, diminum hanya pada resto tertentu, kopi yang memiliki teknik
brewing tersendiri, menghasilkan aroma unik dan khas. Bahkan, membuat peminum
kopi tersebut merasa bangga, karena tidak semua orang bisa meminum kopi
tersebut.
Agus dari Caswell (2017)
menjelaskan bahwa Indonesia menduduki posisi ketiga sebagai penghasil kopi
terbesar dan terbaik di dunia. Namun sayang sekali, kopi yang bagus dan
berkualitas yang kita miliki tersebut justru lebih dikenal dan dipahami oleh
orang luar negeri.Proses sangrai (roasting),
istirahat / pendinginan (resting), penggilingan, dan penyeduhan (brewing) kopi
membutuhkan teknik memadai melalui serangkaian uji. Ini yang kelak menentukan
tebal atau tidaknya rasa dan aroma kopi. Hal ini sungguh membutuhkan kesabaran
dari berbagai pelaku.
Proses brewing atau penyeduhan
terdiri dari tiga, yakni dengan menggunakan Metode tradisional : kopi tubruk,
kopi kertup, kopi saring, kopi tarik, dan sebagainya. Metode manual brew:
menggunakan Mokapot, Aeropress, Vietnam Dripp, Frech Press, Rockpresso, dan
Cold Brew.
Metode Espresso Base,
yakni dengan menggunakan mesin espresso. Kopi yang dihasilkan juga antara lain:
espresso, latte, cappuccino, dan Americano.
Jadi, kopi mana yang
akan anda pilih ?? mari angkat gelas kopi tinggi, dan, bersama kita seruput……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar