“Modernitas secanggih
apapun juga tak akan berdiri kokoh jika tidak dilandai prinsip yang
berlandaskan berdasarkan moral dan spiritual. Seni, akan selalu menyadarkan
kita tentang nilai-nilai hidup yang luhur” (Guruh Soekarno Putra)
Anak Agung Gde Oka Dalem menyelesaikan
studi pada Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Udayana. Lahir di Puri
Kaleran Peliatan, 5 Mei 1954, dari sang ayah, Anak Agung Gede Mandera, dan ibu
Jero Wiraga. Multi talenta beliau terlihat tidak hanya pada teknik arsitektur,
namun juga pada kepiawaian di bidang seni tari dan tabuh. Berkat didikan sang
ayah dan juga guru tari Baris, I Made Jimat.
Tidak hanya pementasan untuk sosial, di Pura, namun juga bersifat
komersial, berupa pegelaran di berbagai pelosok nusantara hingga mancanegara,
seperti Australia (1971), Meksiko (1980), Jepang (1985 – 1997), Amerika Serikat
(1989), Rusia (1994), dan India (1997).
Tesis Ni Komang Ayu Anantha Putri
menjelaskan (2017) bahwa Anak Agung Gede Oka Dalem merupakan pribadi yang
sungguh unik. Tidak hanya berlatar belakang keluarga seniman yang telah
membentuk kepribadian sebagai seniman tangguh dalam seni pertunjukan, seni tari
dan tabuh gaya Peliatan, namun sikap yang ditempa pengalaman sebagai sosok
dengan jiwa entrepreneur seni pertunjukan dengan kemasan pariwisata yang di
kelola secara professional. Kemampuan ini berkat adanya kemauan dan motivasi
tinggi, dengan dipengaruhi faktor eksternal juga internal, dari dalam diri, juga lingkungan.
Hal ini memberi gambaran sebagai seorang
seniman yang me taksu, memiliki spirit dan semangat seniman tari dan tabuh,
Anak Agung Gede Oka Dalem ditempa dari dalam diri juga lingkungan, selama
berpuluh tahun, menjadi seniman ahli, juga professional, dengan kemampuan
pengelolaan serta teknik yang tinggi dalam berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Kontribusi Anak Agung Gede Oka Dalem
sebagai tokoh penggerak kesenian, terutama seni pertunjukan pariwisata, juga dirasakan oleh masyarakat Desa Peliatan.
Hal ini terlihat pada segi ekonomi masyarakat, segi sosial, dan pelestarian
seni pertunjukan tradisional desa setempat.
Balerung Mandera Srinertya Waditra
berdiri semenjak tahun 2000 dengan maksud melestarikan seni tari / tabuh khas
Peliatan, seperti Palegongan klasik Peliatan, tempat pendidikan bagi para
generasi penerus, melahirkan seniman tari / tabuh yang berkualitas,
perkembangan karya seni untuk masa yang akan datang sesuai dengan perkembangan
jaman, melaksanakan pengabdian di bidang seni terkait upacara, adat istiadat,
sosial dan komersial.
Balerung berarti bangunan yang besar
atau megah. Mandera adalah nama tokoh seni tari sekaligus tabuh di desa
apeliatan yang merupakan tonggak awal berdirinya Gong Kebyar di Peliatan, pada
tahun 1926. Srinertya berarti seni tari, Waditra berarti seni tabuh. Seni tari dan tabuh gaya Peliatan
terkenal di dunia semenjak tahun 1931. Seni tabuh dan tari gaya Peliatan ini
merupakan cikal bakal tumbuh berkembangnya organisasi atau sekeha seni lain di
Peliatan atau daerah lain di Bali.
Balerung Mandera Srinertya Waditra
merupakan suatu wadah gabungan dari beberapa sanggar seni tabuh dan tari, baik
yang klasik maupun modern. Terdapat lima sanggar seni tari dan tabuh, di
antaranya Tirta Sari (Semara Pegulingan), Mekar Sari (Ladies Gamelan
Orchestra), Genta Bhuana Sari (Young Dancers & Musicians), Padma Kumara
Sari (Children Gamelan Group), dan Padma Nara Swara (Modern Dance Group) (Sri
Ardhini, 13/9/2017, https://www.cybertokoh.com/news/2017/09/13/6856/anak-agung-gde-oka-dalem-tampilkan-barungan-palegongan-kekebyaran-style-peliatan.html)
Gung Oka Dalem menjelaskan “Sudah
menjadi kewajiban kami sebagai generasi penerus, untuk melestarikan dan
mengembangkan seni tabuh dan tari gaya Peliatan, mengemasnya dalam berbagai
bentuk yang variatif dan juga dinamis, terkait perkembangan dunia saat ini”
Autobiografi singkat beliau
menjelaskan bahwa telah banyak aktivitas dan beragam upaya dilakukan terkait
pelestarian dan pengembangan seni tari juga seni tabuh, khususnya yang bercorak
ragam Peliatan. Beliau pula berkolaborasi dengan Guruh Sukarno Putra beberapa
kali, dalam menghasilkan karya seni tari juga tabuh, pada tahun 1982, 1984,
2007 . Berkolaborasi bersama Denny Malik dalam menghasilkan Tari Topeng. Berkolaborasi bersama Anak Agung Bagus
Mandera Erawan menghasilkan Legong Lanang Baru, yakni pada tahun 2013 Legong Lanang Nandira “Jaya
Pangus”, pada tahun 2015 Legong Lanang Nandira “Indra Maya”, dan pada tahun 2017
Legong Lanang Nandira “Raja Bedahulu”. Pada tahun 2017, beliau menghasilkan
karya seni Janger versi baru yang dipentaskan di saat Pesta Kesenian Bali ke 39
di Art Center, Denpasar Bali.
Peranan beliau sebagai Direktur
Artistik berkat tempaan belasan tahun pengalaman, baik di dalam maupun luar
negeri, telah terbukti dan teruji kualitasnya. Berbagai event terlaksana dengan
apik berkat penanganan seorang dengan multi talenta tinggi, Ir. Anak Agung Gede
Oka Dalem. Sebelumnya juga pernah digelar
Barungan Palegongan dan Kekebyaran Style Peliatan pada tanggal 27 – 28
Agustus 2017. Yang terakhir adalah pementasan seni tari dan seni tabuh di
hadapan rombongan dari IMF World Bank Annual Meeting, pada tanggal 28 Oktober
2018 di Balerung Stage Peliatan, Sanggar Balerung Mandera Srinertya Waditra.
Pagelaran kali ini sekaligus sebagai
wadah mempererat jalinan komunikasi para seniman seni tari dan seni tabuh,
khususnya Peliatan, memperlihatkan kematangan dalam proses latihan
berkepanjangan, ujian sebelum tampil
pentas di luar Bali, yakni Jakarta, dalam rangka Hari Suci Galungan dan Kuningan,
Natalan, juga Tahun Baru. Dan, Inilah seni tari dan seni tabuh Bali, baik
klasik maupun modern, Sanggar Balerung Mandera Srinertya Waditra, di Balerung
Stage Peliatan. Sebelumnya juga pernah digelar
Barungan Palegongan dan Kekebyaran Style Peliatan pada tanggal 27 – 28
Agustus 2017.
Banyak tarian sudah dimainkan,
banyak tarian sudah diciptakan oleh beliau, namun Anak Agung Oka Dalem tidak
akan berhenti hingga disini. Beliau ingin seni tabuh dan seni tari
dilestarikan, berkembang di tengah masyarakat, sehingga jauh lebih banyak lagi
naggota masyarakat yang terlibat, menyaksikan, menikmati dan mencintai seni
pertunjukan, khususnya seni tari dan seni tabuh.
“Modernitas secanggih
apapun juga tak akan berdiri kokoh jika tidak dilandai prinsip yang
berlandaskan berdasarkan moral dan spiritual. Seni, akan selalu menyadarkan
kita tentang nilai-nilai hidup yang luhur” (Guruh Soekarno Putra)
Pesona Legong Peliatan : Barungan
Palegongan Programme, Minggu, 23 Desember 2018
Genta Bhuana Sari
1.Pawai Penyambutan Lambang Sari
2.Tabuh Ujan Mas
3.Tari Legong Keraton Prabu Lasem
4.Tabuh Gambang Suling
5.Tari Trompong
6.Tari Kecak
Sekeha Gong Tirtasati
1.Tabuh Instrumental
2.Tari Legong Semarandhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar