"Brahmacaryena taf asa, Raja rastram vi
raksati, acaryo brahmacaryena, Brahmacarinam icchate”. (Atharwa Weda XI.5.1)
Artinya: Seorang raja, dengan sarana yang dia
miliki, menjalankan brahmacari, bisa melindungi bangsanya. Seorang pendidik
(guru pembimbing), yang sedang menjalankan brahmacari sendiri, berkeinginan mengajar
para siswa.
Uraian di atas
mengajarkan kita bahwa setiap manusia memiliki cara dan jalan masing-masing.
Seorang pemimpin, kaum bangsawan, pemuka agama, tokoh masyarakat, kelompok
cendekiawan, bahkan, orang biasa sekalipun, akan senantiasa belajar menemukan
jati diri, mengajar dirinya, membimbing orang lain, untuk menjadi kian bijak
dan dewasa dari hari ke hari. Setiap dari kita memiliki peran yang
berbeda-beda. Tugas kita bersama, menjalani setiap peran dan fungsi agar dapat
selaras dan harmonis dengan siapapun, kapanpun, dimanapun kita berada.
Rombongan
YJHN bergerak dari Bali pada hari Jum'at, 23 Agustus 2019, terbagi dalam tiga
kelompok, kelompok pertama berangkat dengan menggunakan kendaraan APV pukul 10
pagi, dengan supir bapak Buddy, bersama Bunda Ratu, Bunda Parwati, Ki Made
Sutama, Ki Komang Arya (5 orang). Rombongan yang berangkat di malam hari dari
Bali, pukul 21.00 dengan menggunakan kendaraan Hiace, supir Ki Nyoman Matra, Ki
Minggu Aditya, Ki Ketut Suja, Ki Kantha, Bunda Putu, Ki Taman, Ki Sura, Ki
Sukerta, Ki Nyoman Sukana, Bunda Sukana, Kadek Devi Sukana, mBak Ade Asry, Ki
Nyoman Tarna, Ki Anom Binarka, dan Sri Guru (15 orang). Rombongan yang
bergabung di Jawa Timur : Bunda Asti Sudira dan Yanti Yuseva dengan menggunakan
kendaraan Avanza.
Tujuan
pertama adalah Dusun Sumber Beji, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Malang,
bertemu dengan umat Hindu yang ada di sana, menyerahkan bantuan berupa dua set
Genta dan Sangku bagi pemangku Pura Dharma Bhakti, juga uang bantuan berjumlah
Rp. 2.000.000 bagi pembangunan Pura, diserahterimakan melalui bapak Musli, di
Dusun Sumber Beji RT 2 RW 8, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Pura
Dharma Bhakti, terletak di Dusun Sumber Beji, RT 2 RW 8 Desa Kranggan,
Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Pura ini termasuk dari 30 Pura yang diempon
oleh umat Hindu yang berdiam dan berada di Malang, dikenal sebagai arek Ngalam.
Misalnya saja, Pura Luhur Dwijawarsa di Gunung Buring Kedungkandang, Pura Eko
Bhakti di Desa Gelanggang kecamatan Pakisaji, Pura Eka Bhuwana di Desa
Wandanpuro Kecamatan Bululawang, Pura Eka Murti di Desa Druju Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Pura Indra Loka di Desa Sukodadi Kecamatan Wagir, Pura
Argo Kembang di Desa Gedangan Kecamatan Gedangan.
Berikutnya,
terkait Pawai Pembangunan Desa Tulungrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar,
Rombongan terpecah jadi dua. Mereka yang sudah melaksanakan tugas di Pura
Dharma Bhakti, Malang, tidak bisa bergerak balik arah kembali menuju Tumpang,
menuju Pura Puja Dharma yang terletak di Desa Tumpang Putih untuk bersatu
dengan rombongan YJHN lainnya. akhirnya diputuskan, seluruh rombongan baru akan
berkumpul di Kediri pada sore hari menjelang malam. Pawai Pembangunan Desa
Tulungrejo di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar pada hari Sabtu, 24 Agustus
2019, menutup jalan Baru Bantaran - Lapangan Desa Krisik pada pagi hingga siang
hari, hingga Pawai Pembangunan selesai.
Rombongan
Ki Kantha menuju Pura Puja Dharma di Dusun Dukuh Putih, Desa Tumpang Putih, RT
04 RW 01, di Blitar, berjumpa umat Hindu disana, menyerahkan bantuan melalui
bapak Leko. Rombongan Ki Buddy menuju Pura Argo Sunya, yang sedang melakukan
renovasi setelah alami longsoran beberapa waktu lalu.
Pura
Agung Argo Sunya terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten
Blitar. Bencana alam dengan banjir dan tanah longsor mengakibatkan Pura ini
alami musibah. Bupati Blitar, Rijanto, telah menyerahkan 1000 kantong semen
pada tanggal 31 Juli 2019 lalu yang diterima langsung oleh ketua PHDI Kabupaten
Blitar. Dan kini mereka membutuhkan bantuan untuk melakukan proses pengecatan
tembok Pura. YJHN memberikan bantuan dana bagi umat agar mereka semakin
termotivasi bekerja, memberikan yang terbaik bagi umat.
Setelah
menuntaskan Kunjungan Dharma di Pura Puja Dharma, Dusun Dukuh Putih, Desa
Tumpang Putih, rombongan Ki Kantha bergerak menuju Pura Dalem Calon Arang di
Dusun Putuk, Desa Banaran, Kecamatan
Kandangan, Kabupaten Kediri. Sedangkan rombongan Ki Buddy tetap bertahan di
Pura Argo Sunya di Desa Krisik karena tidak bisa bergerak mendekati Pura Dalem
Calon Arang akibat jalan raya masih ditutup dengan adanya Pawai Pembangunan Desa
Tulungrejo Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, yang berlangsung hingga malam
hari. Mereka masing-masing mekemit di dua Pura berbeda, terpisah jarak ratusan
km.
Pura
Dalem Calon Arang terletak di Jalan Cempoko Rejo RT 01 RW 04, Dusun Putuk, Desa
Banaran, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Pura Dalem Calon Arang ini
berjarak sekitar 25 km dari Situs Calon Arang. Situs Calon Arang terletak di
dalam Kawasan Wisata Calon Arang, di Desa Sukorejo, Kecamatan Gurahan,
Kabupaten Kediri. Di dalam Pura Dalem Calon Arang, terdapat sumber mata air
yang diyakini memiliki kekuatan menyembuhkan dan membersihkan segala penyakit
dalam diri seseorang, membersihkan energi negatif dan gangguan dari pihak lain.
Sumber mata air ini terkadang bisa berubah warna, dan sudah ada semenjak berpuluh
tahun silam. Mangku Dharma merupakan salah satu pemangku Pura ini.
Pagi
hari, Minggu 25 Agustus 2019, masing-masing rombongan bersembahyang dan
melanjutkan dengan berpamitan pada pengempon pura dan umat yang ada di
sekelilingnya, dan kembali melanjutkan perjalanan dengan merencanakan berjumpa
di situs Bung Karno pada siang hari, sebelum bersama beriringan kembali ke
Bali. Rombongan Ki Buddy bergerak dari Pura Agung Argo Sunya di Desa Krisik,
rombongan Ki Matra dan Ki Kantha, juga Bunda Asti Sudira, bergerak dari Pura
Dalem Calon Arang di Dusun Putuk Desa Banaran.
Yayasan
Jaringan Hindu Dharma, telah selesai melaksanakan lagi, tugas Dharma, yang
menjadi visi dan misi komunitas ini. Mereka adalah pejuang Dharma. Orang-orang
hebat dan Shakti ? Ah, tidak juga…. Mereka adalah orang-orang biasa, bukan
sempurna. Namun memiliki semangat, kemauan, dan kemampuan melaksanakan Yadnya
dan Dharma. Mari kita bersama menjaga perdamaian di bumi pertiwi, bahkan,
dimana pun kita berada….. Karena NKRI adalah harga mati.
Terima kasih atas kiriman foto dan catatan perjalanan yang sungguh luar biasa, para sahabat. Di dedikasikan bagi para pejuang Dharma, yang tiada lelah menebar damai di hati, juga di bumi pertiwi (Santidiwyarthi, 25 Agustus 2019)
Terima kasih atas kiriman foto dan catatan perjalanan yang sungguh luar biasa, para sahabat. Di dedikasikan bagi para pejuang Dharma, yang tiada lelah menebar damai di hati, juga di bumi pertiwi (Santidiwyarthi, 25 Agustus 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar