Senin, 04 Oktober 2010
Arti Sahabat (Penasehat Spiritual?)
Sometimes you can't see yourself clearly until you see yourself through the eyes of others (Ellen De Generes via Haridiva)
Hmmm, benar juga. Terkadang.... kita ga bisa melihat diri kita sendiri dengan lebih jelas, bawaannya marah dan bersifat egois, tatkala mendengar orang lain membicarakan diri kita, melihat orang lain menjelekkan diri kita sendiri, menyinggung perasaan kita. Namun... Jika kita mau lebih bijak dan dewasa menyikapi ini... akan dapat kita telaah, bahwa sesungguhnya apa yang dibicarakan dan dilakukan orang terhadap diri kita, dapat berguna, bermanfaat, bagi upaya kita sendiri untuk mencoba bergaul, beradaptasi dengan lingkungan sekitar, yang bervariasi, yang ada di sekitar kita, bukannya malah bersikap memusuhi dan merencanakan untuk balas dendam.
Saat sedang menikmati acara di hari Minggu bersama Laskar Pelangiku, dengan bersepeda bersama mereka menuju pantai Legian, dekat Pura Petitenget, bermain pasir dan air laut, sebuah dering dari seorang sahabat menyita perhatian. "Bu Santi, saya sedang di Bali lagi. Boleh saya ketemu dengan ibu? saya sungguh sedang bingung, ga tahu harus bagaimana. Tapi saya sedang bersama teman2". Lalu kami sibuk saling bertepon ria, berkali mengirim pesan, memastikan waktu. Dan akhirnya kami putuskan berjumpa hari Senin sore di rumahku, 4 Oktober 2010, setelah aku tiba dari kuliah di kampus UNUD Jl. Sudirman dan selesai mengajar di kampus STPNDB Nusa Dua, sebelum keberangkatannya kembali dengan pesawat ke Jawa, di malam hari, dengan pesawat pk. 8 malam.
Ahh...
Wanita cantik ini adalah pemilik sebuah perusahaan, sudah beberapa kali ke Bali. Setiap ke Bali selalu menyempatkan hadir untuk diskusi. Topik yang kami diskusikan bisa bermacam-macam. Mulai dari anak2nya yang sedang tumbuh lincah dan sungguh cantik, bisnisnya yang sedang pasang surut, harapannya ke masa depan, dan... berbagai situasi global.
Hmmm, manusia. Dengan segala sisi manusiawinya. Selalu menyenangkan untuk mengetahui berbagai aspek yang ada dalam diri kita. Bahkan sesungguhnya, ibu cantik ini sudah tahu tentang dirinya. Bukankah... hanya diri kita sendiri yang paling mengenal diri kita? Segala kelemahan dan kelebihan diri kita. Namun hanya butuh introspeksi mendalam, ditambah dengan keinginan untuk mengetahui dari orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, mengenai masa depan, karma di masa lalu. Ya, dia ingin melihat dirinya dengan lebih jelas, semakin jelas lagi, melalui kacamata orang lain, melalui cermin jati dirinya, melalui konfirmasi dari orang lain. Ah, padahal, siapalah aku, siapalah diri ini, bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa, hanya wanita biasa, just an ordinary woman, yang punya sisi manusiawi pula. Sesungguhnya tiap orang hanya perlu teman curhat, sahabat, untuk berbagi rasa dan cerita, saling mendukung. Hadapi permasalahan akan jauh lebih menyenangkan jika ada dukungan, bersama jauh lebih baik daripada sendiri.
Swaha, sungguh Tuhan Maha Besar....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar