Minggu, 17 Juli 2011
Pulkam (2)
Berkumpul bersama dengan seluruh keluarga besar, dengan sekian banyak kepala keluarga, mulai dari mertua, para ipar, ponakan dan cucu, tentu menjadikan banyaknya pertemuan berbagai kepentingan dan harapan. Heboh, sudah tentu. Rame, benar. Namun, inilah keluarga besar. Dan, bagiku... selalu menyenangkan membiarkan semua mengalir apa adanya....
Seperti apa yang diuraikan oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, dalam berbagai aspek kehidupan, sepanjang hidup kita, bahkan, termasuk di dalam diri sendiri, kita akan selalu menghadapi Pertarungan Kekuasaan. Baginya, ini dalah suatu bentuk nyata pertemuan dari berbagai kepentingan dan harapan, tujuan yang ingin dicapai.
Dan, bagiku sendiri, sepanjang hidup kita, kita akan selalu menemui perjuangan yang harus kita hadapi, baik itu suka duka, lara pati, sedikit banyak, puas atau tidak, sakit atau sehat. Ada yang maunya mandi dahulu, ada yg ingin bermain terus, ada yang ingin selesaikan pekerjaan, ada yang ingin diberi jeda waktu istirahat berkali, ada yang mau ke barat, ada yg mau ke timur. Namun... bukan kah, ini adalah seni kehidupan pula? yang bakal mengantar kita menjadi manusia-manusia bijak dan smakin dewasa dari hari ke hari.....
Anak-anak berlarian kian kemari tiada henti, para ipar yang wanita sibuk dengan nanding banten bagi persiapan berbagai upacara kecil kami. Para ipar pria menyelesaikan berbagai perangkat dan perlengkapan persembahyangan. Sanggah cucuk, ben banten, ngae tum dan lawar.
Setelah semua persiapan selesai, aku mengendarai motor ke rumah ipar yang terletak di bagian atas bukit, membantunya membawa banten. Sungguh, perlu ketrampilan dalam mengendarai motor menembus jalan setapak ber semen yang dibangut dengan swadaya masyarakat ini. Betapa.... orang-orang gunung memiliki kearifan dan ketrampilan budaya yang tinggi dalam menjalani berbagai aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Kami wajib belajar dari teladan hidup mereka semua...... Hmmm, iparku ini sedang sakit. Namun ketabahan seorang wanita gunung, sungguh patut kuacungi jempol. Masih tetap berusaha menyelesaikan apa yang diyakininya sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan dengan membuat banten, tidak hanya bagi sanggah di rumahnya, juga untuk dihaturkan di sanggah rumah tua, atau rumah induk bagi kami semua. Mbok Tut Sukati..... Ketabahan dan keteguhan hatinya menjadi inspirasiku dalam menuntaskan yadnya, bagi Tuhan dan sesama umat manusia.
Hari ini, Penampahan Kuningan, atau, sehari menjelang hari raya Kuningan. Jum'at 15 Juli 2011, sekaligus bertepatan dengan hari raya Purnama, bulan bulat penuh. Kami juga merayakan otonan si kecil, Kadek Dika. Pemangku lanang istri selesai memuput upacara otonan tepat pukul 7 malam.
Besok, Sabtu 16 Juli 2011, adalah hari raya Kuningan. Kuningan adalah nama wuku dlm kelender Bali. Kuningan jatuh pada sabtu kliwon wuku Kuningan. Di hari ini, umat Hindu memuja Mahadewa yg disimbolkan dengan warna kuning, warna Kemakmuran. Mahadewa adalah istilah bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Semoga terwujud kemakmuran untuk semua.
Maka, kami terlibat dengan beragam persiapan ini. menata banten dan unggahan di tiap tugu, mulai dari tugu Padmasana / Surya, Penunggun Karang, Dewa Hyang, Bethare Hyang Guru / Rong Telu, Ngurah Sakti.
Selalu indah kunikmati tiap pergerakan yang hadir dalam memuji Tuhan ini.... Ah.... astungkara Ida Sang Hyang Widhi Wasa, smoga masih bisa selalu kudapatkan kesempatan ini berkali dan berkali lagi....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar