Hmmm.....
Jum'at, 9 Sept 2011, Pagi dari rumah di Denpasar, setelah selesai mengurus keluarga kecilku, lalu berangkat dengan motor menuju Jeroan Batuaji Klod, menemui emakku yang sedang di sana. Kemudian berangkat ke Sepang, Buleleng, menemui keluarga besar dari pihak suami, menyampaikan informasi tentang upacara Ngaben Bapak kandungku, yang akan kami selenggarakan 8 hari lagi, di Saniscara Pon Matal. Lalu kembali di sore hari ke Kerambitan.... dan malam pukul 11 tiba di Denpasar.
Sungguh sebuah hari heboh......
Sabtu, 10 September 2011. Pukul 5 pagi berangkat ke pasar di Abian Timbul untuk mengambil pesanan 30 potong kain sebagai punia bagi adat di desa Batuaji. Kemudian berangkat dengan hati gundah luar biasa, karena dana tarik tunai via atm mandiri di atm Panin Bank yang gagal, dan uangku hilang Rp. 500.000. Aaarrgghhh. Dari Denpasar aku menuju Kerambitan untuk kembali bergabung dengan kluarga besar. Mejejaitan, mebersih, bergabung dengan krama adat desa Batuaji Kelod, hingga tuntas pukul 9 malam, dan aku kembali pulang ke Denpasar untuk bergabung dengan suami dan kedua anakku.
Minggu, 11 Sept 2011. Kembali untuk ke sekian kali beranjak dari Denpasar menuju Tabanan. Kali ini acara Ngungkap Sadha. Kami bersama beriringan menuju ke Merajan Alit dan Merajan Agung, kemudian Pura Puseh dan Pura Dalem, lanjut ke Beji, ngaturang piuning, sebagai pertanda awal prosesi Ngaben. Suami dan ipar tiba dengan mobil, membawa 40 dus air minum gelas, 40 roll kain, gula sekian kilo. Mereka hanya sejenak, lalu pulang. Mertua lelaki yang sudah sangat sepuh, tinggal di rumah ipar. Dan kedua anakku menanti di rumah. Aku baru bisa menjumpai mereka pukul 10 malam.
Senin, 12 Sept. Harusnya hari ini ada kelasku. DIV MAH smt 1. Namun aku sudah mengajukan cuti 1 minggu untuk bisa fokus pada upacara ini. Tiba di Tabanan, kutahu, emak terbaring lemah. Jatuh sakit karena vertigo. Ah..... sungguh kasihan emak yang sudah setua ini, harus bersibuk2 ria..... Setelah cukup istirahat, pk 13.00 kami beranjak ke kota Tabanan. dua bank kami kunjungi, BRI dan Mandiri, sebelum ke pasar, berbelanja berbagai tambahan peralatan yang belum kami lengkapi.
Hmmm, berbagai aktivitas ini, lumayan menyita perhatian dan waktu. Tuhan..... smoga kami menjadi smakin bijak dari hari ke hari...... Aku, lumyan lelah. Adikku beserta istri dari Pontianak, bakal tiba dg pesawat terakhir, pk 11 malam, hari selasa, dan emak bersikeras untuk menjemput mereka di bandara Ngurah Rai, Denpasar. Suami kakakku jatuh sakit dan sedang di opname di jakarta, sedang dia berharap untuk bergabung dengan kami di Bali. Adikku yang menetap di Jakarta, bakal tiba pula bersama istri dan anak mereka. Sedang aku dan suami juga kedua anakku, penuh dengan berbagai aktivitas, dari hari ke hari....
Jum'at, 9 Sept 2011, Pagi dari rumah di Denpasar, setelah selesai mengurus keluarga kecilku, lalu berangkat dengan motor menuju Jeroan Batuaji Klod, menemui emakku yang sedang di sana. Kemudian berangkat ke Sepang, Buleleng, menemui keluarga besar dari pihak suami, menyampaikan informasi tentang upacara Ngaben Bapak kandungku, yang akan kami selenggarakan 8 hari lagi, di Saniscara Pon Matal. Lalu kembali di sore hari ke Kerambitan.... dan malam pukul 11 tiba di Denpasar.
Sungguh sebuah hari heboh......
Sabtu, 10 September 2011. Pukul 5 pagi berangkat ke pasar di Abian Timbul untuk mengambil pesanan 30 potong kain sebagai punia bagi adat di desa Batuaji. Kemudian berangkat dengan hati gundah luar biasa, karena dana tarik tunai via atm mandiri di atm Panin Bank yang gagal, dan uangku hilang Rp. 500.000. Aaarrgghhh. Dari Denpasar aku menuju Kerambitan untuk kembali bergabung dengan kluarga besar. Mejejaitan, mebersih, bergabung dengan krama adat desa Batuaji Kelod, hingga tuntas pukul 9 malam, dan aku kembali pulang ke Denpasar untuk bergabung dengan suami dan kedua anakku.
Minggu, 11 Sept 2011. Kembali untuk ke sekian kali beranjak dari Denpasar menuju Tabanan. Kali ini acara Ngungkap Sadha. Kami bersama beriringan menuju ke Merajan Alit dan Merajan Agung, kemudian Pura Puseh dan Pura Dalem, lanjut ke Beji, ngaturang piuning, sebagai pertanda awal prosesi Ngaben. Suami dan ipar tiba dengan mobil, membawa 40 dus air minum gelas, 40 roll kain, gula sekian kilo. Mereka hanya sejenak, lalu pulang. Mertua lelaki yang sudah sangat sepuh, tinggal di rumah ipar. Dan kedua anakku menanti di rumah. Aku baru bisa menjumpai mereka pukul 10 malam.
Senin, 12 Sept. Harusnya hari ini ada kelasku. DIV MAH smt 1. Namun aku sudah mengajukan cuti 1 minggu untuk bisa fokus pada upacara ini. Tiba di Tabanan, kutahu, emak terbaring lemah. Jatuh sakit karena vertigo. Ah..... sungguh kasihan emak yang sudah setua ini, harus bersibuk2 ria..... Setelah cukup istirahat, pk 13.00 kami beranjak ke kota Tabanan. dua bank kami kunjungi, BRI dan Mandiri, sebelum ke pasar, berbelanja berbagai tambahan peralatan yang belum kami lengkapi.
Hmmm, berbagai aktivitas ini, lumayan menyita perhatian dan waktu. Tuhan..... smoga kami menjadi smakin bijak dari hari ke hari...... Aku, lumyan lelah. Adikku beserta istri dari Pontianak, bakal tiba dg pesawat terakhir, pk 11 malam, hari selasa, dan emak bersikeras untuk menjemput mereka di bandara Ngurah Rai, Denpasar. Suami kakakku jatuh sakit dan sedang di opname di jakarta, sedang dia berharap untuk bergabung dengan kami di Bali. Adikku yang menetap di Jakarta, bakal tiba pula bersama istri dan anak mereka. Sedang aku dan suami juga kedua anakku, penuh dengan berbagai aktivitas, dari hari ke hari....
C'est la Vie....
Ini lah hidup dan kehidupan, dengan berbagai dinamika dan problema nya..... enjoy dan hadapi, jalani dengan sepenuh usaha. Berusaha berikan yang terbaik........ Menangis dan menyesali, ga bakal menyelesaikan masalah. Jadilah tegak berdiri dan melangkah, di jalan ksatria......
Ini lah hidup dan kehidupan, dengan berbagai dinamika dan problema nya..... enjoy dan hadapi, jalani dengan sepenuh usaha. Berusaha berikan yang terbaik........ Menangis dan menyesali, ga bakal menyelesaikan masalah. Jadilah tegak berdiri dan melangkah, di jalan ksatria......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar