Hari Sabtu, 3 Sept 2011. Tiba dari Kerambitan sehabis persiapkan perlengkapan upacara jelang Ngaben Bapak.... pukul 6 sore di rumah mungilku kujumpai anak2 bersama simbok. Hmmm, sudah lumayan lama tidak pergi bersama. Maka, ke Carrefour supermarket kurencanakan. Juga, beberapa kebutuhan keluarga harus kulengkapi. Sekalian, mengajak simbok berjalan2 bersama.
Yudha bermain di ruang jaring bola aku berbelanja dengan simbok. Acara yang lumayan melelahkan sepanjang hari ini. Mana keesokan hari harus kembali ke Tabanan, ponakan menikah. Kami libur selama dua hari dari aktivitas membuat banten untuk Ngaben, dan fokus pada acara pernikahan.
Hari - hari ini, sungguh melelahkan. Demi melaksanakan amanat orang tua, keluarga, tetangga dan para sahabat, ehm..... Mencoba menyelaraskan semua nya agar berjalan lancar. Pagi, menuntaskan urusan RT, selama libur lebaran seminggu kemarin, sebelum berangkat ke Kerambitan. Dan pulang malam hari dengan kondisi lelah....
Minggu, 4 Sept 2011, acara pernikahan ponakanku yang bekerja di salah satu hotel di kuta. ratusan orang dari adat desa Batuaji Kerambitan dan pihak keluarga suaminya, dari banjar Bona Gianyar, tiba dan ikut merayakan pernikahan mereka. Seperti biasa.... seksi dapur adalah bagianku.
Pada saat menjelang keberangkatan pihak keluarga wanita ke banjar Bona, aku ingin ikut dengan mengiringi naik motorku. Namun tidak tega melihat begitu banyak hal belum tuntas. Perabot belum dirapikan, berbagai peralatan makan dan memasak belum tuntas dicuci. Hmmm. Harus mengorbankan perasaan dan menuntaskan dengan kerja. Maka, segera kusingsing lengan baju.
Senin, 5 Sept 2011. Pagi ini adalah hari pertama anak2ku bersekolah setelah libur panjang seminggu. Tugas rutin seorang ibu, menyiapkan seragam anak2, sarapan mereka, pelajaran sepanjang hari, mengingatkan untuk makan siang, dll... Lalu aku berangkat ke Nusa Dua. STPNDB. Meminta bu Asti mengajar di kelasku, menemui bu Juli, melapor pada Pak Gung Anom soal permohonan cutiku, dan beberapa hal lain.
Selesai dengan kegiatan di kampus, aku segera menuju Tabanan. Masih banyak hal yang harus di cek selalu, demi hasil terbaik yang bisa kulakukan berkaitan dengan Ngaben. Pukul 11 tiba dengan mengendarai astrea 800 tercinta, kusadari janji untuk melaksanakan ujian laporan Praktek Kerja Nyata bersama 7 murid ku adalah siang ini. Ahaiiii..... sungguh carut marut dunia, aku pikun !!! Mereka menilpon ku, dan kami membuat janji untuk bertemu hari2 berikutnya di STPNDB.
Pimpinan tertinggi di kantorku menelpon dan memberitahu, besok jadwal Psikotes bagi beberapa orang lulusan STPNDB yang bakal direkrut oleh kementerian kami. Well, tugas negara lain memanggil. Harus berikan yang terbaik. Kukontak ibu Sulis, rekan sejawat, dan kami berjanji melaksanakan tugas ini bersama, keesokan hari, di kantor.
Ibuku bakal tiba esok hari pula, dengan pesawat terakhir Lion Air, di malam hari. Hohoho..... dan, bahkan, hingga kini, belum kudapatkan kode pesawat penerbangan ibu ku ini. Hmmm, gimana sih, ibu dan adik2ku???? Ditanya dan diingatkan berkali, tetap saja terlewatkan. Alamat.... bakal berangin2 dah, kutunggui kedatangan mereka di bandara Ngurah Rai, Denpasar. hehehe....
Malam hari, Senin, 5 Sept 2011, di Jroan Batuaji Klod, beberapa pria yang masih memiliki hubungan keluarga datang berkunjung. Kami mulai membuat katik sate, klakat, dan berbagai perlengkapan lain. Aku bergerak kembali ke Denpasar dalam situasi letih.
Dudonan / rangkaian upacara Pitra Yadnya / Ngaben bapak kandungku :
1. Minggu, 11 Sept 2011, Kajeng Paing Matal, Ngungkap Sadha
Bersembahyang bersama anggota keluarga, mulai dari Merajan Alit, Merajan Ageng,
Pura Kahyangan, Pura Puseh, Pura Dalem, sebagai pertanda diawalinya rangkaian
upacara.
2. Rabu, 14 Sept 2011, Kajeng Kliwon Matal, Ngulapin
Menjemput arwah dari orang yang telah meninggal, yang akan diikutsertakan dalam
upacara Ngaben, langsung dilanjutkan dengan Nyiraman dan Ngeringkes
3. Kamis, 15 Sept 2011, Pasah Umanis Matal, Menek Bia
Persiapan ngunggahang banten dan segala rentetan upakara Ngaben
4. Jum'at, 16 Sept 2011, Gunung Tegeh Paing Matal,
Mirak, Muspa, Ngaskara, Ngebejiang.
Upacara bagi seluruh anggota keluarga untuk menghormati arwah orang yang telah
meninggal dengan berdoa dan bersujud menghormatinya
5. Sabtu, 17 Sept 2011, Kajeng Pon Matal,
Ngaben / Pelebon, puncak karya, lanjut dengan Nelu Bulanin dan Ngotonin (upacara
semenjak seseorang lahir, sebagai pertanda dan penanda bahwa dia ada di dunia),
Mesangih (Mepandes/Potong gigi), Ngerorasin, dan Ngelinggihang (Menempatkan arwah
orang yang telah di aben di Merajan keluarga masing2)
Bapak kandungku akan di aben dengan diikuti oleh 7 sawa / arwah lain dari orang yang telah meninggal dunia. Maka dalam prosesi Ngaben kali ini, terdapat 8 sawa. Yaitu :
1. I Dewa Made Tjeteg (bapakku)
2. I Dewa Ketut Sepatika
3. I Dewa Nyoman Kaler
4. I Dewa Nyoman Darsana
5. Ni Desak Nyoman Kenak
6. Ni Desak Putu Gedut
7. Ni Desak Nyoman Kerti
8. Ni Desak Putu Mungkrug
Bagi sebagian masyarakat, Ngaben adalah pembuangan uang semata. Masih banyak kebutuhan lain yang bisa disalurkan tanpa menghamburkan dana..... Namun bagi sebagian masyarakat lain, upacara Ngaben memiliki sejuta makna di baliknya. Sama saja seperti mudik saat lebaran bagi umat muslim, ziarah rohani bagi umat Kristiani, dan banyak yang dilakukan umat lainnya lagi.
Ngaben juga berarti berkumpulnya kembali keluarga besar yang tersebar dimana-mana. Kakak dan kedua adikku bersama keluarga mereka masing2, tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan banyak tempat lainnya. Sungguh sangat jarang bisa berjumpa mereka karena kesibukan dan kehendak yang berbeda-beda. Ini adalah sebuah moment yang bisa kami pergunakan.
Ibuku, adalah seorang wanita hebat, pekerja keras dan selalu penuh semangat. Beliau yang bersikeras untuk melaksanakan upacara Ngaben bapak. Bahkan, setelah 4 tahun meninggalnya bapak, ibu selalu bangun pukul 5 pagi dan melangsungkan Puja Trisandhya rutin 3 X sehari, tetap menghaturkan persembahan makanan dan minuman bagi bapak, yang sudah melalui prosesi pengabenan di Pontianak. Hmmm, sungguh sebuah hal yang patut ditiru oleh kami, anak2nya, bahkan, siapapun.... dalam memuja dan memuji kebesaran Tuhan.
Dalam berbagai kegiatan kita di dunia, seperti yang kukenal dari kuliah Prof. Nengah Bawa Atmaja... selalu terdapat pertarungan. Kekuasaan, antara yang dikuasai dan yang menguasai. entah dengan konflik dalam diri sendiri, dengan orang lain, bahkan keluarga sendiri. Banyak konflik yang kami hadapi, di antara empat bersaudara, sebelum klop soal melangsungkan upacara ini. Banyak hal lain pula, dengan jenis upacara, fungsi, bentuk dan makna Ngaben, dengan para keluarga besar di Jroan Batuaji Klod, Kerambitan Tabanan. Demikian pula, dengan suami dan anak2ku, juga para sahabat, para murid, rekan kerja.... harus mengatur jadwal kuliahku sendiri. Hmmmm.
Namun, jejak langkah untuk mewujudkan niat suci ini, semoga dapat terlaksana dengan lancar. Jangan pernah meninggalkan kami, Tuhanku, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kami selalu membutuhkan bimbingan Mu, tuntunan Mu, arahan Mu, agar tidak salah langkah, dan menimbulkan kesan tidak baik nantinya, apalagi sampai menimbulkan perpecahan di antara keluarga dan para sahabat. Swaha.....
Yudha bermain di ruang jaring bola aku berbelanja dengan simbok. Acara yang lumayan melelahkan sepanjang hari ini. Mana keesokan hari harus kembali ke Tabanan, ponakan menikah. Kami libur selama dua hari dari aktivitas membuat banten untuk Ngaben, dan fokus pada acara pernikahan.
Hari - hari ini, sungguh melelahkan. Demi melaksanakan amanat orang tua, keluarga, tetangga dan para sahabat, ehm..... Mencoba menyelaraskan semua nya agar berjalan lancar. Pagi, menuntaskan urusan RT, selama libur lebaran seminggu kemarin, sebelum berangkat ke Kerambitan. Dan pulang malam hari dengan kondisi lelah....
Minggu, 4 Sept 2011, acara pernikahan ponakanku yang bekerja di salah satu hotel di kuta. ratusan orang dari adat desa Batuaji Kerambitan dan pihak keluarga suaminya, dari banjar Bona Gianyar, tiba dan ikut merayakan pernikahan mereka. Seperti biasa.... seksi dapur adalah bagianku.
Pada saat menjelang keberangkatan pihak keluarga wanita ke banjar Bona, aku ingin ikut dengan mengiringi naik motorku. Namun tidak tega melihat begitu banyak hal belum tuntas. Perabot belum dirapikan, berbagai peralatan makan dan memasak belum tuntas dicuci. Hmmm. Harus mengorbankan perasaan dan menuntaskan dengan kerja. Maka, segera kusingsing lengan baju.
Senin, 5 Sept 2011. Pagi ini adalah hari pertama anak2ku bersekolah setelah libur panjang seminggu. Tugas rutin seorang ibu, menyiapkan seragam anak2, sarapan mereka, pelajaran sepanjang hari, mengingatkan untuk makan siang, dll... Lalu aku berangkat ke Nusa Dua. STPNDB. Meminta bu Asti mengajar di kelasku, menemui bu Juli, melapor pada Pak Gung Anom soal permohonan cutiku, dan beberapa hal lain.
Selesai dengan kegiatan di kampus, aku segera menuju Tabanan. Masih banyak hal yang harus di cek selalu, demi hasil terbaik yang bisa kulakukan berkaitan dengan Ngaben. Pukul 11 tiba dengan mengendarai astrea 800 tercinta, kusadari janji untuk melaksanakan ujian laporan Praktek Kerja Nyata bersama 7 murid ku adalah siang ini. Ahaiiii..... sungguh carut marut dunia, aku pikun !!! Mereka menilpon ku, dan kami membuat janji untuk bertemu hari2 berikutnya di STPNDB.
Pimpinan tertinggi di kantorku menelpon dan memberitahu, besok jadwal Psikotes bagi beberapa orang lulusan STPNDB yang bakal direkrut oleh kementerian kami. Well, tugas negara lain memanggil. Harus berikan yang terbaik. Kukontak ibu Sulis, rekan sejawat, dan kami berjanji melaksanakan tugas ini bersama, keesokan hari, di kantor.
Ibuku bakal tiba esok hari pula, dengan pesawat terakhir Lion Air, di malam hari. Hohoho..... dan, bahkan, hingga kini, belum kudapatkan kode pesawat penerbangan ibu ku ini. Hmmm, gimana sih, ibu dan adik2ku???? Ditanya dan diingatkan berkali, tetap saja terlewatkan. Alamat.... bakal berangin2 dah, kutunggui kedatangan mereka di bandara Ngurah Rai, Denpasar. hehehe....
Malam hari, Senin, 5 Sept 2011, di Jroan Batuaji Klod, beberapa pria yang masih memiliki hubungan keluarga datang berkunjung. Kami mulai membuat katik sate, klakat, dan berbagai perlengkapan lain. Aku bergerak kembali ke Denpasar dalam situasi letih.
Dudonan / rangkaian upacara Pitra Yadnya / Ngaben bapak kandungku :
1. Minggu, 11 Sept 2011, Kajeng Paing Matal, Ngungkap Sadha
Bersembahyang bersama anggota keluarga, mulai dari Merajan Alit, Merajan Ageng,
Pura Kahyangan, Pura Puseh, Pura Dalem, sebagai pertanda diawalinya rangkaian
upacara.
2. Rabu, 14 Sept 2011, Kajeng Kliwon Matal, Ngulapin
Menjemput arwah dari orang yang telah meninggal, yang akan diikutsertakan dalam
upacara Ngaben, langsung dilanjutkan dengan Nyiraman dan Ngeringkes
3. Kamis, 15 Sept 2011, Pasah Umanis Matal, Menek Bia
Persiapan ngunggahang banten dan segala rentetan upakara Ngaben
4. Jum'at, 16 Sept 2011, Gunung Tegeh Paing Matal,
Mirak, Muspa, Ngaskara, Ngebejiang.
Upacara bagi seluruh anggota keluarga untuk menghormati arwah orang yang telah
meninggal dengan berdoa dan bersujud menghormatinya
5. Sabtu, 17 Sept 2011, Kajeng Pon Matal,
Ngaben / Pelebon, puncak karya, lanjut dengan Nelu Bulanin dan Ngotonin (upacara
semenjak seseorang lahir, sebagai pertanda dan penanda bahwa dia ada di dunia),
Mesangih (Mepandes/Potong gigi), Ngerorasin, dan Ngelinggihang (Menempatkan arwah
orang yang telah di aben di Merajan keluarga masing2)
Bapak kandungku akan di aben dengan diikuti oleh 7 sawa / arwah lain dari orang yang telah meninggal dunia. Maka dalam prosesi Ngaben kali ini, terdapat 8 sawa. Yaitu :
1. I Dewa Made Tjeteg (bapakku)
2. I Dewa Ketut Sepatika
3. I Dewa Nyoman Kaler
4. I Dewa Nyoman Darsana
5. Ni Desak Nyoman Kenak
6. Ni Desak Putu Gedut
7. Ni Desak Nyoman Kerti
8. Ni Desak Putu Mungkrug
Bagi sebagian masyarakat, Ngaben adalah pembuangan uang semata. Masih banyak kebutuhan lain yang bisa disalurkan tanpa menghamburkan dana..... Namun bagi sebagian masyarakat lain, upacara Ngaben memiliki sejuta makna di baliknya. Sama saja seperti mudik saat lebaran bagi umat muslim, ziarah rohani bagi umat Kristiani, dan banyak yang dilakukan umat lainnya lagi.
Ngaben juga berarti berkumpulnya kembali keluarga besar yang tersebar dimana-mana. Kakak dan kedua adikku bersama keluarga mereka masing2, tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan banyak tempat lainnya. Sungguh sangat jarang bisa berjumpa mereka karena kesibukan dan kehendak yang berbeda-beda. Ini adalah sebuah moment yang bisa kami pergunakan.
Ibuku, adalah seorang wanita hebat, pekerja keras dan selalu penuh semangat. Beliau yang bersikeras untuk melaksanakan upacara Ngaben bapak. Bahkan, setelah 4 tahun meninggalnya bapak, ibu selalu bangun pukul 5 pagi dan melangsungkan Puja Trisandhya rutin 3 X sehari, tetap menghaturkan persembahan makanan dan minuman bagi bapak, yang sudah melalui prosesi pengabenan di Pontianak. Hmmm, sungguh sebuah hal yang patut ditiru oleh kami, anak2nya, bahkan, siapapun.... dalam memuja dan memuji kebesaran Tuhan.
Dalam berbagai kegiatan kita di dunia, seperti yang kukenal dari kuliah Prof. Nengah Bawa Atmaja... selalu terdapat pertarungan. Kekuasaan, antara yang dikuasai dan yang menguasai. entah dengan konflik dalam diri sendiri, dengan orang lain, bahkan keluarga sendiri. Banyak konflik yang kami hadapi, di antara empat bersaudara, sebelum klop soal melangsungkan upacara ini. Banyak hal lain pula, dengan jenis upacara, fungsi, bentuk dan makna Ngaben, dengan para keluarga besar di Jroan Batuaji Klod, Kerambitan Tabanan. Demikian pula, dengan suami dan anak2ku, juga para sahabat, para murid, rekan kerja.... harus mengatur jadwal kuliahku sendiri. Hmmmm.
Namun, jejak langkah untuk mewujudkan niat suci ini, semoga dapat terlaksana dengan lancar. Jangan pernah meninggalkan kami, Tuhanku, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kami selalu membutuhkan bimbingan Mu, tuntunan Mu, arahan Mu, agar tidak salah langkah, dan menimbulkan kesan tidak baik nantinya, apalagi sampai menimbulkan perpecahan di antara keluarga dan para sahabat. Swaha.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar